GRESIK | NUGres – KH. Mulyadi secara sah terpilih sebagai Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama (PCNU) Gresik dalam perhelatan Konferensi Cabang (Konfercab) di Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ihsan Menganti Gresik, Minggu (5/12).
Kiyai Mulyadi terpilih secara aklamasi dengan perolehan 209 suara sah dari ranting NU se-Kabupaten Gresik. Pengasuh ponpes Al Azhar Menganti itu mampu menyisihkan petahana dan dua kontestan kuat lainnya. Ia langsung melenggang, sebab tata tertib calon harus mendapat minimal 150 suara.
Lahir pada 09 Desember 1965 di Kecamatan Kedamean dari pasangan Ayahanda Karto dan Ibunda Mariati, Kiai Mulyadi semasa kecil didampingi lima saudara kandungnya, saudara Sampur, saudara Muhtadi (KH. Muhtadi alm, pengasuh PP. Darussalam Katimoho), saudara Sami dan saudara Supadi (KH. Supadi, Pengasuh Pondok Pesantren di Trawas Mojokerto/ Menantu Mbah Yai Naim).
Sosok Kiai Mulyadi muda merupakan pejuang yang gigih dan haus akan menimba ilmu serta berorganisasi, hal itu menjadi pertanda sejak masih belia. Membaca sudah menjadi menu utama dalam kehidupan Kiai Mulyadi muda.
Maka tak heran, jika Kiai Mulyadi menjadi individu yang sangat mengedepankan kecintaanya terhadap ilmu dan ulama, sebuah jargon yang sering dilontarkan pada santri dan seluruh siswa dibawah naungan Lembaga Pendidikan Islam Al-Azhar Menganti dengan sebutan “Mahabbah bil ilmi wal ulama’”, sebuah hegemoni mendasar untuk menguatkan karakter pada jiwa para penuntut ilmu.
Segudang riwayat pendidikan, organisasi, bahkan prestasi telah melekat. Kiai yang saat ini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) Cabang Gresik itu pun sukses mendirikan sejumlah lembaga pendidikan formal dan non formal.
Ia juga berhasil melakukan terobosan dalam menyapa perekonomian masyarakat dengan mendirikan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Khoiru Ummah pada awal tahun 2021. Sejalan dengan sosok Kiai dengan latar belakang pesantren dan pendidikan umum.
Kiai Mulyadi dalam memberikan gagasan pendidikan banyak merujuk pemikiran pendiri organisasi Nahdlatul Ulama’ (NU) sebagai dasar berpijak dalam mengambil keputusan, sebagaimana pesan dalam Qanun Asasi bahwa dalam proses berjuang harus mengutamakan kebersamaan, yaitu bersama menuju kebaikan dan membangun sebuah peradaban Islam.
Di dunia pondok pesantren, Kiai Mulyadi memiliki gagasan penguatan pesantren ketika sudah mempunyai jati diri sendiri, disitulah sebuah peradaban Islam akan mengalami masa keemasan, serta dijadikannya pesantren sebagai pusat peradaban pendidikan Islam yang dapat mensinerginkan antara agama dan Negara. Sebagaimana pesan pendiri Nahdlatul Ulama’ (NU) KH. M. Hasyim Asyari dalam resolusi jihadnya yaitu “Cinta Tanah Air Sebagian Dari Iman”.
Sementara di dunia pendidikan formal, Kiai Mulyadi memberikan nasehat atau tips sukses menjadi seorang guru di tengah era digital serta carut marutnya pendidikan yang terlalu berkiblat pada dunia barat. Untuk itu, kiai Mulyadi lebih menekankan bahwa salah satu tips guru yang sukses yaitu mendapat “fi dunia khazanah wa fil akhirati khazanah”, maka para guru harus tetap memegang pengingat di atas sebagai pedoman dalam menjalani tugas sebagai pendidik (guru).
Kini, Kiai Mulyadi bersama Rois Syuriah dan seluruh jajaran pengurus PCNU Gresik di masa khidmatnya akan mengarungi roda organisasi selama periode 2021-2026, dengan merancang program-program kerja yang bertujuan untuk memajukan dan melakukan pengembangan, serta penguatan kelembagaan organisasi, pemberdayaan perekonomian, dan berbagai rencana program strategis lainnya. (Rifqi)