Oleh: Erha Habibi*
KAJIAN | NUGres – Wanita Sholihah adalah sosok teladan yang menginspirasi dalam kehidupan seorang muslimah. Ia adalah wanita yang tidak hanya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga menjalankan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan penuh kesadaran dan ketulusan.
Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
Ketaatan wanita Sholihah kepada Allah adalah yang utama, karena ia menyadari bahwa hidupnya adalah untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dengan pemahaman ini, wanita Sholihah senantiasa berusaha untuk memenuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Begitu pula, ketaatannya kepada Rasulullah Saw adalah bentuk pengamalan ajaran Nabi Muhammad, yang tidak hanya mencakup ibadah, tetapi juga akhlak, etika, dan cara hidup yang penuh kasih sayang, kejujuran, serta penghormatan terhadap sesama.
Sebagai wanita Sholihah, ia memahami betul pentingnya menjaga adab dalam berbicara, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain, agar segala perbuatannya sesuai dengan sunnah Rasulullah.
Taat kepada Suami dengan Bijaksana
Sebagai seorang istri, wanita Sholihah juga menunjukkan ketaatannya kepada suaminya sebagai bagian dari keharmonisan rumah tangga.
Namun, ketaatan ini tidak bersifat mutlak dan buta. Ia hanya akan mematuhi perintah suami selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Suami yang bijaksana akan selalu memberikan perintah yang sesuai dengan ajaran agama, dan jika suatu perintah bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam, seorang istri berhak untuk menolaknya dengan cara yang bijaksana dan penuh kelembutan.
Keberanian Menegakkan Prinsip Agama
Tantangan terbesar bagi wanita Sholihah adalah keberaniannya untuk menegakkan prinsip agama, meskipun dihadapkan pada situasi sulit.
Ketika dihadapkan pada perintah yang tidak sesuai dengan syariat Islam, seorang istri harus mampu mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan penuh sopan santun, tetapi tetap tegas.
Ini bukan berarti ia tidak menghargai suami, tetapi justru sebagai bentuk pengorbanan dalam menjaga kehormatan keluarga dan agama.
Peran dalam Keluarga dan Masyarakat
Wanita Sholihah tidak hanya berfokus pada ketaatan pribadi, tetapi juga memiliki peran besar dalam membangun masyarakat yang lebih baik.
Sebagai ibu, pendidik, dan pemimpin dalam keluarga, ia turut menjaga akhlak dan moral generasi berikutnya.
Dalam mendidik anak-anaknya, wanita Sholihah memberikan contoh yang baik dan menanamkan nilai-nilai Islami, agar anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa, cerdas, dan berakhlak mulia.
Kriteria Wanita Sholihah dalam Al-Qur’an
Kriteria wanita Sholihah dijelaskan dalam Al-Qur’an dalam Surat An-Nisa’ ayat 34:
فالصالحة قانتات حافظات للغيب بما حفظ الله
“Maka wanita yang Sholihah adalah wanita yang taat, menjaga diri ketika suami tidak ada, karena Allah menjaga mereka.” (QS An-Nisa’ 34).
Wanita Sholihah adalah sosok yang mampu menjaga dirinya dan kehormatan suami, terutama ketika suami tidak berada di rumah.
Ketika suami bersama, ia berusaha membahagiakan suami, mematuhi perintahnya, dan menghindari perbuatan yang bisa menyebabkan suami marah. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab ‘Uqudul Lujain:
رضى الله في رضى زوج، وسخط الله في سخط زوج
“Ridlo Allah tergantung pada ridlo suami, dan murka Allah tergantung pada murka suami.”
Menjaga Kehormatan Diri
Sebagai wanita Sholihah, menjaga kehormatan diri adalah hal yang sangat penting. Ia harus mematuhi perintah Allah dan Rasul-Nya dengan menutup aurat, menundukkan pandangan, dan menjaga pergaulan. Semua ini dilakukan untuk melindungi dan menjaga kehormatan dirinya.
Wanita Sholihah juga memancarkan aura keindahan dari dalam dirinya, bukan hanya melalui pakaian atau aksesoris, tetapi melalui perilaku dan budi pekertinya yang mulia. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita Sholihah.”
Kesimpulan
Wanita Sholihah adalah sosok yang memiliki keseimbangan antara ketaatan kepada Allah, Rasulullah, dan suaminya.
Ia mampu menjaga martabatnya, menjaga batasan-batasan yang ditetapkan agama, dan memiliki keberanian untuk menolak perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Sosoknya menjadi lambang kehormatan dan keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat.
*Erha Habibi, warga Nahdlatul Ulama tinggal di Kabupaten Gresik.