Tuntutan untuk Ikhlas dalam perbuatan baik memang tak semudah diucapkan, tak hanya bagi orang yang bersedekah, bagi seorang Guru, Ustadz bahkan Kiai pun, ikhlas merupakan usaha besar dan panjang yang harus dilatih.
Demi bisa ikhlas pulalah yang menjadikan santri asal Blora, Sahal Musyafa meninggalkan rumah, merantau ke daerah Gresik. Bukan dunia pendidikan atau dakwah yang ia lakoni, justru batu cadas dan terik sengatan sinar matahari yang menemaninya menjadi kuli batu.
“Pada tahun 2001 saya merantau ke Gresik hanya sebagai tukang batu, tak pernah sedikitpun saya bermimpi bisa membangun rumah di Gresik, apalagi membangun pesantren,” kenangnya saat ditemui NUGres.
Kiai Sahal merupakan putra seorang kyai dari Blora, Jawa tengah. Sebelum merantau, ia telah diamanati untuk menjadi Kepala Madrasah Diniyyah di Pesantren milik sang ayah. Namun saat itu ia merasakan keimanannya goyah, sehingga ia memutuskan untuk pergi merantau meninggalkan rumah beserta amanah dipundaknya.
“Menjadi Kepala Madrasah Diniyah disana itu tanpa bisyaroh (baca; bayaran). Makanya saya berpikir bagaimana dengan biya pendidikan anak-anak, apa saya bisa ngirim anak ke pondok nanti,” uangkapnya mengenang kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan khawatir di benaknya saat itu.
“Ini yang saya sebut dengan keimanan saya sedang goyah. sehingga saya memutuskan untuk merantau. Kalau keimanan saya saat itu tidak goyah, saya tidak sampai disini. Tapi, pasti saya meyakini kalau semuanya sudah datur Allah, ” lanjutnya.
Alumni Kajen Pati, PP. Kulon Banon di bawah asuhan KH Muzammil Thohir Nawawi sepupu Mbah Sahal Mahfudz ini sangat kuat memegang prinsip dari sang Guru sebagai pondasi hidupnya di tengah-tengah masyarakat.
“Nang ndi ae awakmu manggon, asal gelem nulingi/urip-urip agamane Gusti Allah, opo wae masalah lan kebutuhanmu bakal ditulungi Gusti Allah. Tapi kudu di eling-eling, nulung iku bila syai’, ora kerono opo-opo koyok amplop,” tutur Kiai sahal menirukan amanah pesan sang Guru.
Takdir Allah SWT menuntun sang kuli batu ini kembali ke jalan ilmu, jalan dakwah santri mengamalkan ilmunya. Siapa sangka, kini ia berhasil mendirikan pesantren di kota Gresik ini. ia beri nama Pondok Pesantren (PP) Roudhatus Salam. Pesantren yang beliau dirikan pada tahun 2018 itu terletak di komplek perumahan Banjarsari, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.
Meski belum genap 2 tahun berdiri, ia berhasil membentuk santri-santrinya mampu membaca kitab kuning dan menghafalkan Al-Qur’an. Bahkan di pesantrenya, para santri tak diwajibkan membayar sepeserpun untuk biaya makan dan pendidikan alias gratis.
“Saya tidak pernah merasa terbebani ketika ada santri yang masuk. Saya akan selalu siap untuk membimbing secara penuh. Karena saya berkeyakinan semua santri yang sampai disini adalah dikirim Allah. Tentunya Allah mengirim berikut rizkinya,” tegas Kiai yang juga anggota tim Bahsul Masail PCNU Gresik ini.
Disamping membimbing para santri bisa membaca kitab, lanjuta Kiai Sahal. Disini saya dibantu anak saya yang haamilul al-Qur’an (hafal al-Qur’an) untuk membimbing para santri menghafalkan Qur’an.
Kontributor : Syafiuno
Editor : Ahmad Zain