BUNGAH | NUGres – Pondok Pesantren Manbaul Ulum Mojopuro Gede, Bungah Gresik, menyelenggarakan Sarasehan Budaya yang membahas Babad Sejarah Desa Mojopuro Gede, Sabtu (25/2/2023) malam.
Dari pertemuan dan diskusi yang membincang mengenai riwayat Desa Mojopuro Gede, muncul sebuah dugaan bila desa ini memiliki akar sejarah yang terhubung dengan para Ulama islam di era Walisongo.
Hadir memberikan ulasan KRT. Gus M Lutfi Ghozali. Ia dikenal sebagai salah seorang tokoh pemerhati dan pelestari nisan-nisan kuno. Gus Lutfi berasal dr Sepanjang Sidoarjo.
Dalam diskusi ia mulai menyampaikan pentingnya masyarakat hari ini melestarikan kisah sejarah dan mengambil ilham yang bisa dipetik dari intisarinya.
“Penelusuran mengenai makam dan benda-benda kuno, tidak hanya berbicara hal gaib dan isyaroh saja, namun harus dianalisa juga kaitan sejarah dan hubungannya dengan peradaban masyarakat di masa lalu,” katanya.
Sementara itu, narasumber kedua yakni Ketua Yayasan Nawa Nata Arya, Gus Syaiful Arif dari Pakal Surabaya. Ia juga dikenal sebagai salah satu pemegang manuskrip Suluk Singonegoro Giri kedaton, (Giri kesepuluh). Gus Syaiful Arif mengulas sejarah Mbah Abdul Qohar yang membabat Desa Mojopuro.
Menurutnya, Mbah Abdul Qohar merupakan putra dari Sunan Giri pertama (Raden Paku), dari Istri Beliau yang bernama Nyai Usami binti Abdurrahman bin Ibrahim al Ghozi.
Pengambilan nama Mojopuro disinyalir berasal dari Bajhrapura. Secara bahasa dapat diartikan Gapuro, atau Pura tempat peribadatan Hindu zaman Majapahit. Dalam misi dakwah ini lah mbah Abdul Qohar diperintahkan untuk menempati Bajhrapura, diantarnya melalui Tarekat Syatoriyah.
“Beliau berjuang sampai akhir hayatnya, Mbah Abdul Qohar atau juga dikenal sebagai Dampuawang dimakamkan di Dusun Kaweden, Desa Mojopuro ini,” sambungnya.
Di akhir ulasan sejarah peradaban Desa Mojopuro Gede dalam sarasehan peradaban di Pesantren yang diasuh oleh Dr KH M. Shohib Rifa’i ini, semakin menguatkan anggitan bila nama Dusun Kaweden itu dinisbatkan pada status Mbah Abdul Qohar yang ditugaskan sebagai Wedana di Bajrhapura.
Selain dihadiri oleh para sesepuh desa setempat, kegiatan ini juga nampak dihadiri oleh para tetokoh yang memberikan minat terhadap penelusuran sejarah dan pecinta budaya di Kabupaten Gresik. (HO/Chidir)