PANCENG | NUGres – Nyadhong Dunga Medhar Sabda: Mengetuk Pintu Langit Menanam Hikmah di Bumi, demikian lah tema Haul Masyayikh dan Tadarus Budaya yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ikhlas, Mulyorejo Dalegan Panceng Gresik, Rabu (12/4/2023) malam.
Santri Ponpes Al Ikhlas, Warga masyarakat setempat, serta tamu undangan dari berbagai daerah, nampak khidmat mengikuti gelaran Haul Masyayikh serta Guru mulia dengan kegiatan Tawasul, Yasin, Tahlil hingga untaian doa juga mengalir kepada para masyayikh.
Pada Haul Masyayikh yang diperingati yakni almarhum para Masyayikh Ponpes Al Ikhlas, Ulama dan juga Tokoh Lesbumi NU yakni Almaghfurlah Kiai Agus Sunyoto, Ki Joko Bodho, KH Muchtar Djamil, KH Thohir, ldan KH Mahfudz Ma’shum.
Usai bertawasulan membaca Yasin dan Tahlil yang dipimpin secara langsung oleh Pengasuh Ponpes Al Ikhlas KH Alfin Sunhaji, kegiatan malam itu dilanjutkan dengan Ngaji Budaya bersama Lesbumi NU Gresik berikut Putro Wayah atau zuriah masyayikh.
Ketua Lesbumi NU Gresik, Lukmanul Hakim memandu kegiatan Nyadhong. Nampak hadir Gus Danial Mahfudz (Putra kelima KH Mahfudz Ma’shum), Gus Zulfikar Muhamamad (Putra sulung KH Agus Sunyoto), Diaz Nawaksara, dan Ki Youming Adi Yusuf.
Dalam kesempatanya, Menurut Ki Youming Adi Yusuf selaku Penggiat Ikatan Dukun Nusantara menjelaskan bila Nyadhong memiliki makna mewadahi barokah para Kiai.
Sedangkan untuk Medhar Sabda ini memiliki makna menapak tilasi ajaran dan nilai-nilai luhur yang diperjalankan oleh para Masyayikh dan guru mulia.
“Umbul dungo niki bagiane poro Ulama poro Kiai. Status kito niki santri nggih bagian nyadhong, nampani dungane poro kiai. Bagian golek berkahe. Nek iso wadahe sing gedhe,” katanya.
Sementara itu, Gus Danial Mahfudz Ma’shum mengajak semua yang hadir di bulan suci Ramadhan menjadi momen untuk melakukan perenungan. “Karena dengan melakukan perenungan ini, akan membawa perubahan,” ujar Gus Dani.
Lebih lanjut, Gus Dani juga mewedar sikap Almarhum Almaghfurlah KH Mahfudz Ma’shu (Kiai Fudz). Ia juga menyebut, sosok Kiai Fudz selalu mengjarkannya untuk berlaku sabar dan ngalah.
“Karena kesabaran dan sikap mengalah Abah saya ini, membuat abah disegani dan bisa diterima oleh semua kalangan. Termasuk “lawan” Kiai Fudz dalam hal Fikroh sekalipun. Semua menerima Kiai Fudz sebagai teladan, sebagai sosok Kiai Sepuh hingga akhir hayatnya,” kisah Gus Dani.
Pada gilirannya, Gus Zulfikar Muhammad, Putra KH Ng Agus Sunyoto menyampaikan kisah hidup sang Ayah. Kendati, ia dilatih untuk mandiri dan menjadi diri sendiri, Gus Zul melihat sang Ayah sebagai seorang Pembaharu.
“Pada akhirnya saya tahu bapak adalah seorang Pembaharu, itu karena bapak telah memberi manfaat dan menjadi sumber ilmu. Ini dibuktikan dengan berbagai karyanya, juga para Santri serta Muhibbinnya,” ungkap Gus Zul yang kini juga terlibat di kepengurusan Lesbumi PBNU.
Di penghujung acara, Santri Kiai Agus Sunyoto yakni Ajengan Diaz Nawaksara mengulas hakikat puasa hingga perjuangan meraih Lailatul Qodar. Kegiatan Nyadhong Dhunga Medhar Sabda, Haul Masyayikh dan Tadarus Budaya ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Ketua MWCNU Panceng, Kiai Halim.
Selanjutnya, para tamu undangan mengikuti ramah tamah bersama Pengasuh Ponpes Al Ikhlas KH Alfin, di Cafe BLK Ponpes Al Ikhlas.