Songsong 100 Tahun NU
Oleh Nur Fakih*
Dimana lagi kekuatan NU sebenarnya, kalau tidak di desa yang menjadi basis riilnya. Mereka lebih paham tentang peta kondisi dan lebih paham apa yang harus dikerjakan. Pengurus di basis NU itu setiap waktu bergelut langsung dengan permasalahan umat, sekaligus memformulasikan solusi yang taktis dan strategis untuk mengangkat marwah NU.
Kaum dhuafa’ yang terlantar, janda yang disia-siakan, anak yatim yang tak terurus dan kebobrokan moral anak-anak akibat pendidikan yang rendah dan salah pergaulan, adalah deretan persoalan yang harus dihadapi pengurus di akar rumput. Belum lagi harus menghadapi teror dari kelompok minoritas yang berdakwah agar warga nahdliyin meninggalkan ajaran aswajanya. Untuk itu, penguatan pengurus ranting dan MWC adalah suatu keharusan selain untuk menjaga aqidah aswaja sekaligus sebagai upaya pemberdayaan.
Seperti yang dilakukan pengurus MWC NU Bungah saat dipimpin Ir.Moh Hamdan selaku ketua Tanfidziyah dan KH As’ad Thoha menjadi Rais Syuriyah. Kedua tokoh NU itu berhasil mengawali pendirian rumah sakit yang dikelola MWC. Usaha layanan bidang kesehatan ini memicu pengurus-pengurus MWC NU yang lain untuk bergerak lebih maju dengan program kegiatan yang variatif yang dibutuhkan warga desa.
Dan kini MWC NU Dukun, setelah berganti mesin baru langsung tancap gas pada saat semua pengurus MWC NU di Gresik sudah jauh melangkah dengan program keumatannya. Hanya dalam tempo sekitar empat tahun, MWC yang sejak lama mati suri itu, justru berhasil meninggalkan senior-seniornya.
Kantor kecil yang sebelumnya berdiri merana di pinggir jalan Mojopetung itu, sudah berubah menjadi gedung megah bertingkat. Di dalamnya ada kantor MWC, musallla, kantor KSPPS, kantor lembaga dan badan otonom. Di lantai atas, dibangun auditorium mewah untuk memenuhi kebutuhan warga, seperti resepsi pernikahan, pendidikan dan pelatihan, halal bihalal, wisuda siswa dan lainnya.
Kantor MWC NU Dukun ini dibangun dengan dana gotong royong pengurus, donator dan warga nahdliyin. Gerakan penghimpunan dana itu sangat massif, tanah di samping barat kantor seharga Rp 800 juta dibeli untuk pembangunan rumah sakit NU.
Seperti air bah, usai pintu pertama dibuka, unit-unit usaha baru bermunculan. Koperasi simpan pinjam berbasis syari’ah saat ini sudah bisa memberi deviden untuk MWC NU Dukun sebesar Rp 900 juta, disusul usaha digital printing yang menyetor keuntungan sebesar Rp 80 juta. Dan pada tiga bulan mendatang kebun pisang cavendis yang ditanam di atas lahan seluas 1,4 h mulai memberi manfaat untuk mendukung kegiatan MWC NU.
MWC NU Dukun, begitu tamaknya untuk membangun ekonomi warga. Kaun nahdliyin yang tidak pernah sepi dari kegiatan ritual dan acara-acara pertemuan diendus sebagai potensi baru untuk pengembangan pabrik roti Numani. Usaha barkley ini juga sudah menambah pundi-pundi MWC Dukun. Setelah itu NU Mart yang menyediakan beragam kebutuhan petani juga siap-siap memberi kontribusi untuk menunjang kegiatan MWC.
Kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap kinerja pengurus, dikembangkanlah program SSS (Sodaqah Sedino Sewu) yang sampai saat ini menjadi ikon kebanggaan warga NU Dukun. Dari kegiatan S3 ini, di Dukun sudah dilarang ada janda terlantar, kaum dhuafa’ tersia-siakan, anak yatim terhinakan dan tidak boleh ada anak putus sekolah, dana S3 bisa digunakan untuk memberi beasiswa sampai ke jenjang pendidikan tinggi.
Dengan melihat kegiatan MWC NU Dukun, maka tidak selayaknya kalau pengurus PC NU Gresik masih nyenyak membiarkan potensi besar itu terbengkalai. MWC Dukun, sudah membuktikan bahwa membangun sesuatu di NU tidaklah repot, semua persoalan bisa diatasi, karena warga nahdliyin itu mudah diajak berkorban, berkorban apa saja termasuk dana, tenaga, waktu dan pikiran.
Mumpung masih ada waktu sekitar lima tahun lagi untuk menyongsong 100 tahun. Banyak hal yang bisa dilakukan duet KH Mahfudz Ma’sum-KH Mulyadi. Kalau benar periode lalu, anak-anak ayam itu kehilangan induknya, maka sudah waktunya NU bawah, yang bergerak bottom up dan NU atas yang bergerak top down bertemu membentuk kekuatan besar untuk umat yang selalu menunggu dan menunggu datangnya era keemasan itu. ***