Jok Ngene-Ngene Ae, Yo Jok Ngono-Ngono Ae
Oleh Nur Fakih*
Indikator apalagi yang kurang untuk menyebut Gresik adalah Nahdlatul Ulama. Bukankah apa yang ada di NU ada di Gresik dan apa yang ada di Gresik ada di NU. Bukankah dua waliyullah; Malik Ibrahim dan Sunan Giri telah menyebarkan agama Islam melalui akulturasi budaya yang sampai saat ini langgeng diamalkan mayoritas umat Islam?.
Para auliyah telah membentuk masyarakat, yang secara kultural berkarakter ke-NU-an. Warisan para auliya itu disyiarkan oleh penerusnya melalaui lembaga-lembaga pendidikan formal dan nonformal yang tersebar merata di seluruh wilayah Gresik. Keberadaan ribuan Musalla dan Masjid turut mewarnai Gresik sebagai kota santri, kotanya warga nahdliyiin.
Dipotret dari sisi politik pemerintahan, Gresik pasca reformasi faktanya adalah milik NU. Kader-kader terbaiknya, seperti Dr. KH Robbach Ma’sum, selama dua periode menjadi orang nomor satu di Gresik. Dr. H. Moh. Qasim selama 10 tahun menjabat Wakil Bupati Gresik adalah pernah menjadi pengurus PCNU dan saat ini menjadi Ketua PKB, partai yang dilahirkan dari rahim sah NU. Duet kader NU Gus Yani- Ning Min yang terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati untuk 3,5 tahun mendatang diharapkan bisa mewujudkan perubahan untuk kesejahteraan dan kemakmuran warga Gresik.
Kekuatan NU secara politik semakin sempurna dengan tampilnya kader potensial NU, H Abdul Qadir yang menjadi Ketua DPRD Gresik. Lebih dari itu, di dalam gedung parlemen tersebut dijadikan markas kader-kader NU yang diberangkatkan berbagai partai politik, seperti PKB, PPP, Golkar, Nasdem, Gerindra, PDI-P dan lainnya. Lembaga legislatif dan eksekutif yang dipenuhi warga NU adalah bukti NU ada di mana-mana tetapi tidak kemana-mana.
Pada periode 2020-2024 inilah, posisi NU menempati kursi emasanya mengulang kejayaannya pada 2000-2010. Pada saat itu, NU memiliki KH Robbach Ma’sum yang memimpin Gresik dua periode dan Ir.Ahmad Nadir didapuk menjadi Ketua DPRD Gresik. Kekuatan politik NU itu disempurnakan oleh Dr. KH. Khusnul Khuluq sebagai Sekretaris Daerah Kab. Gresik merangkap Ketua PCNU Gresik.
Pertanyaan kritisnya adalah, mau apa PC NU Gresik dengan kekuatan full team ini? Peran apa yang akan dimainkan? Mampukah duet KH Mahfudz Ma’sum-KH Mulyadi menjadi lokomotif untuk menarik gerbong yang sarat beban ini?
Modal besar yang dimiliki NU itu realistis bisa membuka jalan selebar-lebarnya untuk mencemerlangkan organisasi berbintang sembilan ini. Dengan menguasai lini-lini penting dan strategis, kebijakan apa lagi yang tidak bisa dibuat untuk mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga Gresik. Inilah momentum yang tidak boleh disia-siakan, setelah satu dasawarsa yang lalu NU merasakan betapa perihnya duduk di atas kursi tanpa kaki tanpa sandaran dan penuh duri.
Era kebangkitan NU Gresik kedua ini, menata kembali posisi NU itu sangat penting dipikirkan lebih seksama dengan banyak belajar sejarah kejayaan NU Gresik pada awal tahun 2000-an. Dibesarkan oleh para tokoh bersejarah, tetapi saat itu NU justru menjadi rapuh. NU birokrat, NU politik, NU struktural dan NU kultural, masing-masing tidak jelas posisinya.
Ketidakjelasan posisi itu menjadi ruang kosong yang dimanfaatkan untuk memporak porandakannya melalui menejemen konflik yang dimainkan pihak-pihak yang berkepentingan. PCNU tidak menempati posisi yang tepat untuk merangkai kembali kekuatan-kekuatan yang semakin hari semakin ambyar. Dr.H.Khusnul Khuluq de facto memiliki dukungan politik yang kuat dari birokrat, warga, dan politik tetapi tidak memiliki dukungan suara signifikan untuk memenangkan dua kali pemilu kepada daerah.
Mereposisi peran dan fungsi NU tentu tidak seperti bayi baru lahir yang selalu meminta dirawat dan disusuhi juga tidak seperti anak muda yang selalu emosional dan cekak dalam berpikir. Posisinya juga tidak seperti orang tua yang sudah tak memiliki daya pikir yang cerdas dalam menangkap issu-issu yang berkembang di masyarakat.
NU adalah organisasi yang memiliki independensi dan idealisasi tinggi yang harus diterapkan dengan tepat. Kapan dan apa yang harus dilakukan saat NU berada di garis di depan, kapan dan apa yang harus dilakukan saat berdiri di belakang serta kapan dan apa yang harus dilakukan NU saat berada di tengah-tengah. Memutuskan posisi yang nggenah, saat ini tidaklah sulit karena NU sudah memiliki SDM yang unggul yang bisa diajak untuk melakukan dialog-dialog produktif dalam mengurai permasalahan dan menentukan arah perjuangan NU di Gresik.
Dan memang mau tidak mau, NU Gresik saat ini membutuhkan pengurus yang lebih banyak menyisihkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk NU. Banyak hal yang perlu ditata, banyak hal yang perlu diprogram, banyak hal yang perlu dikerjakan, banyak hal yang perlu selesaikan, banyak hal yang perlu dikreasikan, banyak hal yang perlu diinovasikan, banyak hal yang perlu disosialisasikan, banyak hal yang perlu disempurnakan dan banyak umat yang menunggu karyanya.
Dengan banyak melakukan evaluasi program kerja, Pengurus Cabang NU Gresik niscaya akan mengetahui kekuatannya, kelemahannya, peluang dan ancamannya. Maksudnya apa ini? Biar NU Gresik ke depan Jok Ngena- ngene ae, Yo Ojok ngono-ngono ae. Terus Yek Opo Carane? Sik tak mikir untuk ditulis minggu depan.