GRESIK | NUGres – Salah satu ulama di Kabupaten Gresik yang juga memiliki dedikasi dan kontribusi besar dalam melestarikan dakwah Islam agar tetap berdenyut di tengah masyarakat kawasan perkotaan Gresik ialah KH Achmad Danyalin.
Ulama yang tahun ini, 2025, haulnya diperingati yang ke 38 tahun merupakan Nadzir Masjid Jami Gresik.
Sosok fakih dan memancarkan ke-wira’i-an dalam jiwanya itu terkenang sebagai pribadi yang tegak-teguh dalam menjaga prinsip serta nilai ajaran syariat Islam.
Prinsip yang dipancangkan untuk diterapkan sehari-hari. Terlebih, ia bebankan perwujudannya ke dalam laku keseharian semasa hidupnya.
Tak diragukan lagi kedalaman ilmu agama Kiai Danyalin, sehingga namanya pun tercatat dalam deretan imam besar Masjid Jami’ Gresik. Masjid Jami’ yang letaknya berada di jantung kota Gresik. Kiai Danyalin merupakan sosok yang bersahaja. Kendati dalam kehidupannya.
Jika Sudah Berniat, Jangan Sekali-kali Mengingkarinya
Salah satu bentuk konsistensi Kiai Danyalin ialah mengenai niat. Dalam pandangan Kiai Danyalin, niat yang menjadi fondasi bahkan spirit sebuah amal perbuatan, harus diwujudkan.
Hal itu disampaikan secara langsung oleh salah seorang dzuriyah Kiai Danyalin, yang penulis kenal dengan nama Cak Farid. Cak Farid bercerita dalam suatu kesempatan, mengenai ajaran luhur yang diwariskan oleh Kiai Danyalin, yaitu *Niat harus diwujudkan*.
“Salah satu pesan dari Mbah Danyalin (Kiai Danyalin) itu, kalau sudah berniat—contohnya mau bikin majelis atau acara apa pun dalam NU, jangan sekali-kali mengurungkannya. Kiai Danyalin pesan niat harus tetap jalan,” ucapnya.
“Berapa pun orangnya. Bagaimana pun kondisinya. Apalagi kalau niat itu berdasarkan kesepakatan, baik itu telah ditentukan waktu maupun tempat penyelenggaraannya,” kisah Cak Farid kepada penulis pada 20 Oktober 2023 silam, menjelang ziarah ke makbarah KH Danyalin serta para Muassis dan Masyayikh NU yang diselenggarakan oleh Lesbumi NU Cabang Gresik berkolaborasi dengan GP Ansor.
Wasiat, Memilih Tempat Peristirahatan Terakhir
Selain konsisten dalam menggenggam dan mewujudkan niatan. Kiai Danyalin juga dikisahkan merupakan sosok ulama yang sederhana.
Tentang kesederhanaan ulama Gresik yang pernah menjabat sebagai Pengurus Tjabang Nahdlatoel Oelama Grissee (sekarang: Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama) ini membulatkan keputusan di mana ia dimakamkan kelak.
“Jadi Mbah Buyut, dalam cerita yang pernah saya dengar dari bapak saya, pernah diminta oleh para jamaah Masjid Jami waktu itu kalau wafatnya kelak dimakamkan di komplek pemakaman Masjid Jami’ Gresik. Makam Masjid Jami’ ini lokasinya tepat di depan bangunan masjid,” kisah Fatoni, cicit Kiai Danyalin kepada penulis dalam sebuah pertemuan di Kantor PCNU Gresik, pada Sabtu 8 Februari 2025.
Alasan mengapa Kiai Danyalin ingin dimakamkan di pemakaman umum Tlogopklojok, dan enggan di makamkan di komplek pemakam di area Masjid Jami Gresik juga diungkapkan oleh Fatoni.
“Sebenarnya permintaan para jamaah lebih dikarenakan Mbah Danyalin itu Nadzir Masjid Jami. Ia juga Imam Besar Masjid Jami. Mayoritas imam besar ini dimakamkan di kawasan Masjid Jami. Tapi Mbah Danyalin tidak mau dimakamkan di sana (area masjid),” ungkapnya.
“Keengganan beliau juga dirupakan wasiat dengan meminta dimakamkan di Makam Islam Tlogopojok. Sehingga seluruh keluarga, keturunan-keturunan beliau juga mengikuti, dimakamkan di Makam Islam Tlogopojok semua,” sambungnya, memungkasi.
Untuk diketahui, Haul ke-38 KH Achmad Danyalin digelar pada 20 – 21 Februari 2025. Acara diawali dengan Khotmil Qur’an di hari pertama. Selanjutnya pada hari kedua, digelar ziarah makam, dan tahlil yang dilaksanakan mulai dari jamaah umum, TPQ, tahlil khusus jamaah pria dan tahlil khusus bagi jamaah wanita.
Penulis: Chidir Amirullah