BUNGAH | NUGres – Setiap memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw di wilayah Sampurnan Bungah, rupanya menggugah para akademisi Ma’had Al Jami’ah Universitas Qomaruddin (UQ Gresik), kembali menggelar Majelis Ya Kafi.
Pada edisi keenam Majelis Ya Kafi, yang notabene forum cendekiawan muda Qomaruddin untuk Ngaji Ngopi Para Santri, pada Senin (9/10/2023) malam, di Fakultas Kopi (FK) di lingkungan UQ Gresik, mendiskusikan tema Syaraf al-Anam ala Sampurnan.
Sejumlah mahasiswa, alumni pondok sampurnan (Pondok Qomaruddin Bungah) dan masyarakat umum dari Bungah dan sekitarnya nampak gayeng menyimak ulasan cerita yang melekat di momen Mauludan Syaraf al-Anam. Ulasan itu mengalir dari sesepuh atau pakar “Pembawak” shalawat Syaraf al-Anam ala Sampurnan.
Host Majelis Ya Kafi, Ahmad Maghfur, sedikit mengulas latar belakang acara malam itu. Ia juga memperkenalkan dua narasumber.
Pertama yaitu KH Moh Najib yang merupakan “Pembawak” shalawatan Syaraf al-Anam di Sampurnan Bungah. Sedang narasumber kedua yakni Gus Ihsanul Kirom yang berfokus melakukan pengkajian ilmu Arudh.
“Ya Kafi yang keenam ini sebenarnya topiknya mengkaji ‘Qur’an Sampurnan’, namun karena ini berada di bulan mulud, maka bincang santai mengangkat tema Syaroful Anam Qomaruddin,” ujar Ahmad Maghfur yang juga Ketua LTN MWCNU Bungah tersebut.
Sebelum perbincangan dengan diiringi kopi hangat gratis, acara malam itu dimulai dengan pembacaan shalawat ‘Assalamu Alaik’ oleh KH Moh Najib. Ia merupakan salah seorang tokoh yang kerap diminta memimpin membacakan Syaraf al-Anam utamanya saat mauludan di gelar di sejumlah pondok pesantren, masjid hingga langgar di Sampurnan, Bungah.
Seusai pembacaan ‘Assalamu Alaik’ oleh KH Moh Najib, memberikan sekapur sirih mewakili Ma’had Jamiyah UQ Gresik Gus Hasan Mahfudz. Kesempatan ini dimanfaatkan Gus Mahfudz untuk berbagi refleksi Syaraf al-Anam.
“Syaraf al-Anam memang tidak sepopuler dibandingkan dengan Maulid Simt al-Durar, Diba’, Maulid Barzanzi. Tapi kenapa kalau kita nyantri dulu beli cetakan kudus halaman pertama adalah Syaraf al-Anam, kan ini unik?,” ungkapnya.
Gus Mahfudz juga menyambut positif Majelis Ya Kafi merespons tradisi pembacaan Syaraf al-Anam. Momentum malam ini merupakan upaya yang bagus untuk mulai mencatat seluruh informasi dan sejarah agar tidak hilang.
Selanjutnya, mengawali ulasannya, narasumber pertama KH Moh Najib mewedar sejumlah irama yang ia dengar secara langsung dari para Kiai Sampurnan pada saat ia masih kecil.
“Saya mengikuti (Mauludan) sejak kecil, ada (Pernah menyaksikan langsung secara urut) Mbah saya, Mbah Soleh Tsalis, Mbah Ber, Kiai Ya’qub, Kholil Khozin, H. Khusaini, Abdussalam,” tutur KH Moh. Najib.
Selama ini atau semasa hidup, menurutnya sama sekali tidak pernah mendengar lagu dalam mauludan Syaraf al-Anam di Sampurnan Bungah berubah nadanya. Ia juga berharap agar maulud Syaraf al-Anam tetap sebagaimana yang diwariskan Kiai Sampurnan jaman dahulu.
Menambahkan keterangan dari KH Moh Najib, Kiai Mudhofar Usman yang juga santri sepuh sampurnan dan menggeluti sejarah Qomaruddin.
“Sampurnan itu sentralnya gerakan baca sholawat. Pertama kali dibawa oleh almukarrom almarhum Kiai Haji Muhammad Ya’qub. Beliau kakek Buyutnya KH Moh Najib,” terangnya.
Kiai Mudhofar juga mewedar bahwa KH Ya’qub ini yang pertama kali memperkenalkan bacaan lagu-lagu Syaraf al-Anam ke para santri di Sampurnan. Sepulang dari Tanah Suci Mekkah.
“Jadi kalau sampean bayangkan dari tanah suci, itu bukan berarti naik haji seperti orang sekarang–40 hari sudah kembali. Endak, kalau haji dulu itu mesti nahun di sana,” tandasnya.
Pada gilirannya, narasumber kedua Gus Ihsanul Kirom membedah Syaroful Anam dari sisi historis dan ilmu arudh. Menurutnya, para kiai yang mencipta nada Syaraf al-Anam telah mencermati betul pilihan bahar sehingga menurutnya tidak perlu diubah.
“Untuk pengarang, kita tahu Imam Al Hariri berasal dari Murisa Spanyol, kulo baca di Alif.id itu satu daerah dengan Ibnu Al Arabi As-sufi. Sebab daerah situ, maka madzhab yang dipakai adalah Maliki,” ujar Gus Kirom, mengawali.
Karena waktu yang terbatas dan sejarah Maulid Syaraf al-Anam sudah banyak diulas, maka Gus Kirom berfokus membedah ilmu Arudh serta mewedar syarah kitab yang dipinjami Kiai Asnafi.
Mengulas syarah Syaroful Anam melalui Kitab Fathu Shomad Al-Alim Karangan Syekh Nawawi Al Bantani, yang dikhatamkan Kiai Asnafi 16 Juli 1981 atau bertepatan pada Ramadhan 1401 Hijriah dari Kiai Thohir Adlan.
Menurut Gus Kirom, Syekh Nawawi al-Bantani menyebutkan sarah kitab ini dengan dua nama yang pertama Fathu Shomad al-Alim ‘Ala Maulidi Syekh Ahmad bin Qosim. Yang kedua, Bulughul Fauzi li Bayani Al-Faadi Maulidi Ibni al-Jauzi.
“Supaya generasi muda ini selain jago dalam membawak’i syarofal anam juga mempunyai kemampuan memahami artinya, berdasarkan apa? Dengan koridor teks dalam kitab Fathus Shomadil Alam,” harapnya.
Kesimpulan Diksusi Tradisi Maulid Syaroful Anam Sampurnan
Kesimpulan atau rekomendasi Majelis Ya Kafi malam itu antara lain, Pertama; nada atau lagu dalam setiap momen Maulud di Sampurnan bersifat pakem dan struktur lagunya. Hal itu sebagaimana nada yang telah diajarkan secara turun temurun oleh para Kiai Sampurnan terdahulu.
Kemudian rekomendasi kedua yakni, pentingnya shalawat itu bukan hanya senandung, maka sebisa mungkin para santri di Bungah juga mengkaji atau memaknai secara mendalam shalawat Syaraf al-Anam. Karenanya, pesantren-pesantren di Bungah perlu ngaji kitab karya Syekh Nawawi al-Bantani yaitu kitab Fathu Shomad Al-Alim demi menjaga kelestarian Maulud ala Sampurnan yang lebih bermakna.
Sebagai informasi, kegiatan Majelis Ya Kafi edisi ke-6 ini juga diarsipkan di kanal Youtube Pondok Qomaruddin.