BUNGAH | NUGres – Malam itu, Senin 19 Agustus 2024, terlihat beberapa sesepuh, puluhan santri, dan pemuda dari Bungah juga wilayah sekitarnya menghadiri forum di sebuah kedai berjuluk Fakultas Kopi, di kompleks Universitas Qomaruddin, Bungah, Gresik.
Sebelum acara dimulai, sambil menunggu narasumber hadir, peserta forum “Ngaji Ngopi Para Santri” dalam Majelis Ya Kafi dipersilahkan mengambil segelas kopi hitam atau teh dalam peranti elektronik di sudut ruangan. Tak hanya minuman hangat, disediakan pula kudapan gorengan seperti bonggolan, ote-ote, dan tahu isi.
Diketahui, Majelis Ya Kafi yang kini sudah memasuki edisi ke-7 ini merupakan program apik Ma’had Al Jami’ah Universitas Qomaruddin dalam rangka menggali, mengarsip, sekaligus menyebarluaskan khazanah keilmuan pondok sampurnan, yang dikemas dengan diskusi santai, egaliter, interaktif, sehingga menjadi momen yang kerap ditunggu-tunggu kalangan muda.
Sementara Majelis Ya Kafi malam itu mengusung tajuk Bincang Santai Sanad Al-Qur’an, menghadirkan dua orang narasumber yakni, Kepala Madrasah Tahfidzul Qur’an Qomaruddin Gus Iqbal Abadi. Adapun narasumber kedua yakni Imam salat rawatib Masjid Kiai Gede Bungah, Ustadz Moh Najib.
Forum malam itu dipandu oleh moderator, Gus Ulin Nuha. Mengawalinya, dirinya mengatakan bahwa forum kali ini akan membahas tentang Al-Qur’an atau bisa sampai membahas sanadnya, metode mengajar, dan sebagiannya. Ia juga menengahkan bahwa sanad merupakan sesuatu yang sangat penting.
Bahkan ia memberikan gambaran bagaimana pentingnya sanad sambil mengutip ungkapan, Al isnadu minaddin walaulal isnadu laqala man sya-a ma sya-a. Seturut kemudian dijelaskan artinya.
“Jadi, sanad itu sebagian daripada agama, jika bukan karena sanad maka pasti siapa pun akan berkata, akan kehendaknnya sendiri. Artinya seseoarang kalau tidak punya sanad yang jelas maka seseorang itu akan ngomong karepe dewe,” ungkapnya
Ustadz Moh. Najib dalam pemaparan yang pertama membagikan ingatannya mengenai bagaimana pola pengajaran Al-Qur’an oleh para ulama tempo dulu di Sampurnan Bungah, Gresik.
Seperti dilansir Qomaruddin.com, Ustadz Moh. Najib menjelaskan bahwa dulu di Sampurnan, metode pengajarannya juga adalah talaqqi. Sementara untuk kitab atau bahan ajar yang digunakan adalah kitab Hidayatus Shibyan dan Jazariyah (berbentuk nadhom).
Pada gilirannya, Gus Iqbal memaparkan dengan menjelaskan bahwa dalam metode pengajaran Al-Quran, metode talaqqi atau face to face adalah metode yang terbaik.
“Jadi dengan bertemu langsung, bermusyafahah, bagaimana seorang guru mempraktekkan dan ditirukan langsung oleh muridnya. Ketika murid salah, langsung ditegur. Istilahnya ‘adu lambe’,” jelasnya.
Lebih jauh, dalam interaksi yang sangat hidup, terkuak pula bahwa tidak sedikit santri Sampurnan dalam pendidikan Al-Quran juga berjejaring dengan Sidayu.
Nah, untuk lebih lengkapnya, dapat menyimak kembali Bincang Santai Sanad Al-Quran Majelis Ya Kafi edisi ke-7, di Channel YouTube: Pondok Qomaruddin
Editor: Chidir Amirullah