BUNGAH | NUGres – Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Bungah (MWCNU Bungah) menggelar Lailatul Ijtima di Ranting Raci Delanyar di Masjid Al-Islah, pada Sabtu 21 Desember 2024. Rutinan ini menjadi kegiatan Lailatul Ijtima perdana yang diselenggarakan di ranting NU yang baru dibentuk tahun ini.
Kegiatan diawali dengan melakukan shalat ghaib berjamaah dan mengirimkan doa fatihah untuk para muasis NU dan warga nahdliyin yang sudah meninggal dunia. Acara dilanjutkan dengan membaca istighasah bersama dan tahlil.
Ketua Tanfidziyah Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Raci Delanyar, Moh. Najib dalam sambutannya menghaturkan terima kasih kepada ratusan nahdliyin yang sudi menyempatkan waktu untuk hadir dan khidmat mengikuti Lailatul Ijtima.”Semoga kehadiran kita, dicatat sebagai amal yang baik, dan mendapatkan ganjaran dari Allah,” harapnya.
Dilaksanakan di akhir tahun, acara Lailatul Ijtima itu mengusung tema pentingnya introspeksi dan evaluasi. Bukan hanya secara pribadi, tapi juga organisasi. Wakil Danramil Kecamatan Bungah, Bapak Rudi mengapresiasi Ranting NU Raci Delanyar, selain warganya yang guyub rukun, masjid yang megah, juga karena sikap toleransinya.
“Kita tetap menjalin kerukunan beragama, kita wajib toleransi jika ada yang berbeda. Tidak boleh saling membenci. Dan mengingat ini mendekati tahun baru, mari kita bersama melakukan evaluasi dan instrokpeksi diri. Tidak perlu minum-minuman keras,” pesannya.
Sementara itu, mewakili Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) MWCNU Bungah H. Muhammad Shodiqin menyampaikan beberapa progres terkait informasi keberangkatan jamaah. Salah satunya terkait adanya penggabungan dan pendampingan lansia, syaratnya sudah punya porsi 5 tahun. Lansia usia 84 bisa diberangkatkan tahun ini, syaratnya juga sudah punya porsi 5 tahun.
“Total jamaah sekarang ada 92. Tugas kami adalah melayani pendaftaran, perjalanan, di haramain, hingga pulang ke tanah air,” tuturnya sambil mengingatkan para jamaah untuk tidak mudah tergiur dengan adanya haji percepatan yang cenderung ilegal.
Sementara itu, Ketua Tanfidziyah MWCNU Bungah KH. M. Ala’uddin mengingatkan kembali bila pada hakikatnya Lailatul Ijtima merupakan kegiatan rutin bulanan yang sangat penting karena selain sebagai ajang merekatkan silaturrahmi, juga sebagai wadah untuk mengevaluasi dan transparansi.
“Rutinan Lailatul Ijtima kita sudah berjalan gantian, istikamah. Tidak perlu takut, suguhan bukan yang penting, juga tidak usah ngamplopi pengurus MWCNU. Karena intinya, Lailatul Ijtima ini saget kumpul guyup rukun, merencanakan masa depan NU ke depan, jadi bukan suguhane,” ungkapnya.
Sehubungan dengan evaluasi, pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin itu juga melaporkan kegiatan yang sudah dilakukan MWCNU Bungah selama sebulan, termasuk progres perkembangan pembangunan Gedung MWCNU Bungah.
“Monggo, para jamaah mengunjungi Gedung MWCNU Bungah. Itu bukan Gedung milik seorang, tapi milik kita bersama. Beberapa lembaga dan banom sudah mulai berkantor di sana. Silahkan, kita juga butuh masukan dan saran dari seluruh nahdliyin,” imbuhnya.
KH. M. Ala’uddin juga menambahkan bahwa di akhir tahun ini, KBIHU MWCNU Bungah diberi kehormatan sebagai contoh untuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Itu menunjukkan kinerja pengurus yang baik.
“Karena itu bagus. Akuntabilitas jelas. Jadi KBIHU MWCNU Bungah bukan milik pak Shodiqin, milik kita bersama. Monggo yang mau tahu keuangan, datang ke kantor. Monggo ikut mengawasi. Karena itu, Pengurus berkomitmen dilarang menerima pendaftaran di rumah, di warung, atau di jalan. Tapi wajib di kantor. Agar transparansi,” tegasnya.
Tidak hanya KBIHU, MWCNU Bungah juga akan diadakan penilaian lembaga-lembaga di seluruh Indonesia. “Jadi mulai dari PWNU hingga Ranting, nanti akan diadakan penilaian sekaligus evaluasi. Yang dinilai dan dievaluasi ada 9 poin, termasuk kelengkapan organisasi, plakat, SK, kantor, dsb. Rumah sakit ini punya MWC atau tidak, ini nanti uangnya berapa, semua akan dinilai,” tambahnya.
Di akhir, KH. M. Ala’uddin mengumumkan bahwa Lailatul Ijtima bulan depan akan dilaksanakan di Ranting Karang Liman Mengare. “Perlu diingatkan lagi, Lailatul Ijtima ini bukan ajang jor-joran berkat, bukan jor-joran panganan, tapi silaturrahmi dan evaluasi,” tandasnya, memungkasi.
Penulis: Maghfur Munif
Editor: Chidir Amirullah