GRESIK | NUGres – Devisi Riset dan Kajian Lesbumi NU Gresik (Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama Gresik), Youming Adi Yusuf menyampaikan, bahwa Ngaji Sejarah Desa merupakan hal penting.
Menurutnya di era modern ini, semakin banyak masyarakat Indonesia yang sadar akan pentingnya menjaga dan menghidupkan kembali jati diri bangsa yang bersumber dari akar sejarah dan kebudayaan lokal.
“Pemahaman ini telah menginspirasi berbagai inisiatif untuk menggali kembali sejarah dan kebudayaan setempat. Salah satunya terlihat dalam fenomena yang muncul di berbagai desa di Indonesia,” ujar Youming.
“Tujuan dari Ngaji Sejarah Desa ini bukan hanya sekadar mendengarkan narasi sejarah, tetapi juga membuka kesempatan bagi masyarakat desa untuk turut berinteraksi, bertanya, dan memahami sejarah serta budaya yang mereka warisi,” sambungnya.
Dengan pengkajian sejarah desa ini, kata Youming, paparan sejarah desa akan dapat mengungkap cerita menarik tentang tokoh-tokoh berpengaruh dalam sejarah desa, dan membahas aspek-aspek budaya yang melekat kuat di masyarakat.
“Maka perlu didorong kajian sejarah ini dengan kolaborasi yang baik antara stakeholder masyarakat hingga dukungan pemerintah desa setempat. Kolaborasi ini kemudian membuktikan ada langkah nyata dan bersama-sama melestarikan nilai-nilai budaya dan sejarah lokal,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kegiatan Ngaji Sejarah Desa ini tak bisa diabaikan. Masyarakat yang memahami sejarah dan budaya mereka akan lebih kuat dalam menjaga identitas, menghargai keragaman, dan mampu bersaing dalam era globalisasi yang terus berkembang.
Inisiatif semacam ini memiliki potensi untuk menciptakan dampak yang berkelanjutan, baik bagi masyarakat setempat maupun bagi lingkup yang lebih luas.
Youming juga menguraikan beberapa alasan mengapa acara Ngaji Sejarah Desa layak mendapat perhatian lebih lanjut, di antaranya sebagai berikut:
1. Pemeliharaan Identitas dan Jati Diri. Dengan memahami sejarah dan budaya lokal, masyarakat desa dapat memperkuat identitas mereka sendiri. Ini membantu menjaga warisan budaya unik dan mencegah hilangnya nilai-nilai yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
2. Pendidikan dan Pembelajaran Alternatif. Acara “Ngaji Sejarah” memberikan pendekatan pembelajaran yang berbeda dan menarik. Melalui pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan narasumber, masyarakat dapat belajar dengan cara yang lebih menyenangkan dan interaktif.
3. Penghargaan terhadap Tokoh dan Peristiwa Bersejarah. Mengingat kembali tokoh-tokoh dan peristiwa bersejarah yang telah membentuk desa adalah cara menghormati dan mengenang jasa mereka. Hal ini juga bisa memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk terlibat dalam pembangunan masyarakat.
4. Penguatan Hubungan Sosial. Acara semacam ini menciptakan kesempatan bagi warga desa untuk berkumpul, berinteraksi, dan saling berbagi. Ini bisa memperkuat rasa persaudaraan dan kebersamaan di antara masyarakat.
5. Dorongan Kreativitas dan Inovasi. Dari sejarah dan budaya lokal, bisa lahir gagasan-gagasan baru dan inovasi yang relevan dengan konteks saat ini. Hal ini membuka peluang untuk pengembangan ekonomi kreatif dan sektor lainnya.
6. Menanamkan Cinta Tanah Air. Dengan mengenal lebih dalam sejarah dan budaya lokal, masyarakat bisa tumbuh dengan cinta dan rasa tanggung jawab terhadap tanah airnya. Ini bisa mendorong partisipasi aktif dalam pembangunan dan perbaikan desa.
Dalam perjalanannya, acara seperti “Ngaji Sejarah” juga bisa menjadi contoh inspiratif bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia. Sebuah gerakan yang menghargai akar budaya dan sejarah lokal dapat menghasilkan dampak yang signifikan dalam membangun bangsa yang kuat dan berbudaya.
Ini adalah langkah penting dalam menjaga keanekaragaman budaya Indonesia dan membentuk pondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih baik.
“Semoga inisiatif semacam ini terus berkembang dan memberikan inspirasi bagi banyak komunitas lainnya untuk melakukan hal serupa,” pungkas anggota Devisi Riset dan Kajian Lesbumi NU Gresik 2021 – 2026 ini.
Editor: Chidir Amirullah