BAWEAN | NUGres – Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) bersama Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bawean, akan menghidupkan kembali Klinik Kesehatan PCNU Bawean yang lama mati suri. Hal ini terungkap saat kunjungan Gus Yani di Pulau Bawean, Kamis (13/7/2023) lalu.
Dikatakan Gus Yani, upaya menghidupkan kembali klinik kesehatan ini merupakan salah satu dari dua hasil pembahasan bersama dengan PCNU Bawean.
“Upaya ini tentunya merupakan tantangan tersendiri, lantaran klinik kesehatan ini sudah lama mati. Namun, saya bersama jajaran di Pemkab Gresik siap untuk memberikan dukungan penuh. Sehingga harapannya klinik kesehatan ini, bisa segara bangkit kembali untuk melayani masyarakat Bawean,” tegas Gus Yani, Kamis (13/7/2023).
Upaya Gus Yani dan PCNU Bawean ini, sejatinya juga mendapat dukungan positif dari PCNU Gresik. Info terakhir, Klinik Mabarrot MWNU Wringinanom siap untuk memberikan pendampingan dan bimbingan. Dengan sinergi yang baik tersebut, harapannya klinik kesehatan yang sudah mati sejak bertahun-tahun ini bisa segera berdiri di Kecamatan Tambak.
“Klinik kesehatan PCNU Bawean ini nantinya menjadi tambahan fasilitas kesehatan di Pulau Bawean. Semakin banyaknya fasilitas kesehatan yang tersedia ditambah dengan program UHC (Universal Health Coverage) yang sukses berjalan, menjadi formula yang apik dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,” terangnya.
Disamping membahas klinik kesehatan, Gus Yani dan PCNU Bawean juga berkomitmen dalam “kampanye” gerakan kembali ke langgar/surau. Gerakan ini berhubungan erat dengan nilai budaya di Pulau Bawean, terkait kedudukan langgar atau surau bagi masyarakat Bawean.
Memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam, langgar atau surau memainkan peranan penting dalam penyebaran pendidikan Islam di Pulau Bawean. Sejarah mencatat, penyebaran dan pendidikan Agama Islam di Pulau Bawean bersumber dari langgar atau surau yang ada di hampir setiap kampung.
“Dulu, kehidupan masa kecil kita tidak bisa lepas dari langgar atau surau. Artinya, tempat ini menjadi pusat pendidikan, baik itu agama atau yang lain. Ini adalah bentuk kearifan lokal Bawean yang harus kita lestarikan di tengah perkembangan zaman,” sambungnya.
Gerakan kembali ke langgar/surau tersebut, memiliki misi untuk menjadikan langgar atau surau kembali ramai dan menjadi pusat peradaban. Upaya ini dilakukan dengan menjadikan tempat tersebut menjadi tempat yang nyaman.
“Jangan sampai langgar atau surau ini malah kalah ramai dengan warung kopi atau kafe,” tutup Gus Yani.