GRESIK | NUGres – Sudah sejak delapan tahun silam—sejak ia merasakan kedamaian batinnya, Musta’in terus menekuni blusukan, atau beberapa orang menyebutnya dengan Nyekar Kuburan (Nyarkub).
Tak tanggung-tanggung, dalam melakoni penjelahannya di berbagai tempat bersejarah dan keramat, Musta’in dari yang tersebar di Kabupaten Gresik, Lamongan, hingga Tuban.
Kendati Nyarkub yang dilakukan Musta’in sebenarnya lumrah bahkan merupakan hal yang remeh temeh, sebab semua orang dapat melakukan hal serupa. Hanya saja yang bikin istimewa, Musta’in istikamah atau rajin melakoni kegemarannya itu hingga kini.
Lelaki yang berprofesi sebagai guru seni dan budaya di beberapa madrasah ini rajin mengunjungi makam-makam keramat seperti makam wali, tokoh era kerajaan, hingga situs-situs yang konon memiliki muatan sejarah.
Ketika NUGres menanyakan mengenai berapa situs atau makam keramat yang telah ia kunjungi? Musta’in lupa jumlah pastinya. Menurutnya, dari jejak digital yang ia tinggalkan jumlahnya sudah mencapai ratusan.
“Tapi saya ingat kapan saya memulainya. Penjelajahan saya dimulai dari Gresik. Di puncak Giri Kedaton, Sidomukti Kebomas. Di situs peninggalan Kanjeng Sunan Giri ini batin saya merasakan ketenangan. Bahkan saya merasa mendengar suara bisikan yang mengarahkan saya untuk melanjutkan, mengunjungi tempat-tempat lainnya,” kisah pria asli Malang yang kini tinggal di Dusun Perengkulon, Desa Melirang Bungah Gresik ini.
Usai dari situs Giri Kedaton itu, penjelajahan Musta’in dimulai. Bahkan, muncul inisiatif mendokumentasikan perjalanannya. Ia merekam semua alur. Seperti saat dirinya melintasi rute perjalanan, masuk ke gang-gang desa, hingga tiba di lokasi dan mengeksplorasinya. Semua kisah perjalanannya dikemas Musta’in secara cukup rinci, menjadi seikat cerita.
Ia juga membagikan video perjalanannya itu di akun facebook miliknya sebagai kenang-kenangan. Sekaligus, sebagai penanda kalau-kalau ia sudah menempuh perjalanan itu. “Saat itu saya bisa dibilang seorang Fesbuker. Ohya, akun saya; Pak Musta’in. Sampean bisa lihat beberapa video penjelajahan saya di sana,” sambungnya.
Musta’in bilang, jika menelusuri tempat-tempat keramat memang ada suka dukanya. Namun ia mengaku, jika sepanjang perjalanan yang dilakoni itu lebih banyak sukanya. “Lebih banyak sukanya. Walau memang ada makam yang “menolak” didatangi, bahkan tidak mau diekspos, dukanya hanya itu.” lanjut dia.
Pernah Alami Kejadian Mistis
Dalam melakukan penjelajahannya situs maupun makam keramat di wilayah Gresik, Lamongan hingga Tuban itu Musta’in hanya menggunakan skema random. Ia tidak memakai riset yang berbelit-belit. Yang dipikirkan Musta’in bagaimana mata kepalanya melihat secara langsung, bagaimana sampai di lokasi dan mendokumentasikannya.
Karena ketidaktahuannya, sering pula Musta’in menanyakan tempat yang ia jujug ke penduduk, perjalanan yang random itu tidak jarang mengarahkannya ke sebuah perbukitan, gunung, goa, hutan, bahkan pernah di tengah pertambakan yang begitu sepi.
Musta’in menjalajahi situs maupun makam keramat yang belum dikenal jamak orang. Orang masih dengar-dengar, tapi Musta’in yang juga pernah bergiat di Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia di Gresik ini sudah berada langsung ke tempat tersebut.
Kepada NUGres, Musta’in juga cerita pernah suatu waktu, ia mengalami kejadian yang tidak wajar. Kejadian mistis. “Saya pernah mengalami kejadian mistis. Rasanya seperti kesetrum, kurang lebih 3 detik. Itu lantaran saya lupa tidak berdoa dulu, mengucapkan salam atau kirim fatihah sebagaimana kebiasaan saya ziarah kubur,” ungkap pria kelahiran 1975 ini.
Selain itu, Musta’in yang mengaku tidak memiliki kemampuan merasakan kehadiran makhluk gaib atau istilahnya indigo, namun sebab kebiasaannya berziarah ini, ia jadi bisa membaca situasi seperti apakah tempat yang ia tuju welcome, netral atau menolak.
“Saya tidak punya (kemampuan telepati), tapi akhirnya saya bisa merasakan, oh ini tempatnya ‘welcome’, ini tempatnya netral, dan ini tempat enggak mau diekspos,” jelas Alumnus Seni Rupa ini.
Untuk tempat yang tidak mau diekspos itu, selain hawanya yang sudah dapat ia rasakan, kadang video hasil dokumentasinya ‘error’.
“Padahal saya jelas-jelas merekam tempat itu. Tapi sesampai di rumah. Videonya bukan tidak bisa diputar melainkan kosong dari galeri saya. Yah ini cerita pengalaman saya,” ungkap Musta’n.
Komentar Netizen Jadi Navigasi
Saat pandemi covid, salah seorang teman Musta’in menyarankannya agar arsip videonya dipindah ke Youtube.
“Saat pandemi ada teman saya menyarankan saya untuk membuat youtube, akhirnya saya buat. Saya edit sebisa saya. Dan karena saya bisa sedikit memainkan alat musik, saya mengisi lagunya sebagian besar saya bikin sendiri,” kata Musta’in yang pernah menjadi Pengurus Lesbumi NU Gresik ini.
Dengan editan sekenanya, video yang diunggah di akun youtube; Art & Heritage Wisata Religi, Wisata Alam dan Wisata Sejarah, milik Musta’in itu kini sudah 224 judul.
Sementara untuk subsciber-nya menyentuh angka 5,16 ribu, saat NUGres mengaksesnya pada Kamis (27/4/2023). Sedangkan salah satu video Musta’in yang tertinggi dilihat sebanyak 118 ribu kali. Adapun total videonya telah ditonton sebanyak 689.903 kali sejak dibuat pada 27 Oktober 2020 silam.
Kini, Musta’in semakin mendapatkan perhatian dari para penonton setianya. Ia bahkan mengaku beberapa kali mendapatkan kiriman komentar saran atau rekomendasi dari para netizen terkait situs maupun makam keramat yang perlu didatangi dan dieksplor.