GRESIK | NUGres – Beberapa kali, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda Ansor Gresik, Abdul Rokhim, M.Pd.I., menggunakan diksi GP Ansor “Tidak boleh hanya gagah-gagagan”.
Pesan pucuk pimpinan organisasi pemuda NU di Gresik itu telah disampaikan dua kali. Yakni saat memberikan sambutan dalam Pelantikan PAC GP Ansor Gresik, Sabtu malam (29/7) di GNI Gresik, dan PAC GP Ansor Bungah, Ahad pagi (30/7) di Aula YPP Qomaruddin, Gresik.
Saat dikonfirmasi NUGres, mengenai apa sesungguhnya pesan utuh dan yang melatarbelakangi penggunaan dari diksi “tidak boleh gagah-gagahan” ini, ia lalu menerangkan bahwa terinspirasi atas apa yang disampaikan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf dalam salah satu sambutannya baru-baru ini.
“Saya menyimak beberapa waktu lalu, apa yang disampaikan Ketua PBNU bagaimana kerja-kerja jamiyyah ini harus kongkrit dan terukur. Semua desain produk program yang digagas harus dimulai dari maksud yang jelas,” kata Abdul Rokhim, Senin (31/7/2023) pagi.
Artinya, lanjut sahabat Rokhim, bahwa setiap gagasan, kata, dan kalimat yang telah tertuang dalam program kerja yang disusun oleh seluruh Pimpinan GP Ansor baik Pimpinan Anak Cabang maupun rantingnya tidak boleh sekedar bunyi-bunyian indah namun kosong.
“Siapa yang tidak tahu kiprah GP Ansor? Dipuncak Harlah 1 Abad NU itu publik melihat bahwa GP Ansor melalui Bansernya memiliki kekuatan yang luar biasa. Belum lagi setiap momen penting lainnya, GP Ansor adalah stakeholder yang selalu diajak oleh berbagai pihak,” jelasnya.
Oleh karenanya, Ketua PC GP Ansor sekaligus Ketua Satuan Tugas Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (Satgas GKMNU) Kabupaten Gresik ini melanjutkan, potensi gagah-gagahan itu bisa saja muncul secara alamiah, apalagi GP Ansor telah terlihat perannya.
“Maka kita sebagai pimpinan atau kader gerakan pemuda ansor jangan sampai hanya gagah-gagahan, tapi harus konkrit dan terukur kerjanya. Ini untuk mewujudkan cita-cita GP Ansor,” sambung dia.
“Sekali lagi saya tekankan kepada sluruh kader GP Ansor Kabupaten Gresik di semua level harus jelas, terukur, dan mampu dilihat capaiannya. Selain itu, kaderisasi penguatan SDM harus jalan. Tidak ada dalam kamus, organisasi tanpa kader,” tandasnya.