CERME | NUGres – Aksi heroik dan cepat tanggap dilakukan oleh Satuan Koordinasi Rayon (Satkoryon) Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Cerme, Gresik. Sebanyak 25 anggota diterjunkan secara langsung di lapangan, membantu warga terdampak banjir di Desa Jono, Kecamatan Cerme.
Beberapa aksi heroik yang dilakukan yakni, membantu warga setempat beserta pihak berwenang untuk memasang dinding penahan akibat jebolnya tanggul sungai Kali Lamong yang melintas di desa tersebut.
Tidak hanya itu, mereka juga turut membantu dalam menyalurkan bantuan makanan, termasuk juga bersiaga di posko dapur umum di balai desa setempat; siap siaga tenaga untuk sewaktu-waktu apabila ada hal penting yang perlu dibantu.
“Saat ini kita terus siaga. Beberapa personel kita bagi, ada yang menjaga di posko MWC NU depan SMK Darussalam Cerme, dan ada yang membantu evakuasi warga terdampak banjir di sini,” kata Kasatkoryon Banser Cerme, Ahmad Ali Asfahani saat ditemui NUGres disela-sela melakukan evakuasi, Jumat (24/2/2023).
Sebagai informasi, banjir tahunan yang terjadi di Kabupaten Gresik khususnya di wilayah selatan hingga saat ini tetap menjadi sorotan bagi Pemerintah Kabupaten Gresik. Tercatat ada empat kecamatan yakni Balongpanggang, Benjeng, Cerme, dan Kedamean.
Kolam Retensi Jadi Ikhtiar Pemkab Gresik Kendalikan Banjir
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) berkomitmen untuk mencarikan solusi persoalan banjir tersebut. Bahkan, ia gerak cepat bagaimana wewenang yang dipegang dapat dimanfaatkan secara cepat, jelas, terukur, dan terarah.
Hal itu disampaikannya, kala hadir secara langsung meninjau kondisi warga Desa Jono yang terdampak banjir luapan sungai Kali Lamong.
“Kami, selama dua tahun ini sudah berupaya menempuh dengan tidak menunggu dalam keterbatasan kewenangan terkait sungai dari BBWS dan Pemerintah pusat,” ujarnya.
Untuk itu, dirinya telah melakukan terobosan melakukan normalisasi Kali Lamong sekaligus membebaskan lahan warga di wilayah bantaran sungai.
Tidak berhenti di situ, pihaknya juga berencana akan membuat kolam retensi di beberapa titik yang sudah dipetakan melalui kajian berdasarkan titik elevasi terendah.
“Solusinya tidak hanya normalisasi, tetapi kami mencoba mendesain dengan panjangnya sungai kali Lamong ini dengan kolam-kolam retensi. Kami akan melihat, titik kecamatan yang sering terjadi banjir, itu harus segera dibuatkan kolam retensi dengan kewenangan daerah di bawah luasan 5 hektar. Asumsi kami adalah, ketika luasan 5 hektar dengan kedalaman 4 meter maka bisa menampung air 200 kubik,” tandas dia. (Febri/Chidir)