SIDAYU | NUGres – Selasar Gedung Kawedanan Sidayu menjadi tidak biasa, Jumat (22/4/2022) malam. Lampu pertunjukan berkedip-kedip menyorot karpet hijau sebagai panggung. Lalu di sisi pojok serambi bangunan tua itu, beberapa orang sibuk menata bebuku mulai dari tema filsafat, sastra, hingga buku tentang sejarah para Kiai, Pesantren, hingga tentang Nahdlatul Ulama.
Ketua Lesbumi NU Gresik, Lukmanul Hakim, dalam sambutannya mengatakan kegiatan menonton, membedah film dan ekspos literasi ini merupakan rangkaian Suluk Kebudayaan Kesatu LESBUMI NU Gresik.
Ia mengatakan, sebelumnya LESBUMI NU Gresik telah menggelar Kegiatan Pameran Rempah dan Diskusi Publik mengenai rempah dan etonomedisin dalam kesehatan masyarakat di Gedung PCNU Gresik, beberapa hari lalu.
“Suluk Kebudayaan yang digagas dan direalisasikan oleh LESBUMI NU Gresik ini menjadi pengejawantahan dari Ziarah Situs Menempa Ritus. Perjalanan para Salik Kebudayaan tidaklah sekedar melangkahkan kaki, namun butuh strategi dan target yang dituju,” katanya.
Terkhusus untuk kegiatan Nobar, Bedah Film, dan Pameran Buku tersebut, Penyair berkacamata yang kerap terlihat mengenakan surjan ini menyatakan, bila kegiatan itu merupakan upayanya untuk berkonsolidasi menghimpun Sineas di Gresik.
“Dalam struktur LESBUMI NU ada Divisi Film. Harapannya divisi kita ini nanti dapat memproduk konten film, melakukan alih wahana dan sebagainya. Maka dimulai malam ini, berkolaborasi dengan komunitas film di Gresik, termasuk hari ini dengan teman-teman komunitas ‘Pondok Krearif Kita’ yang telah membuat film pendek berjudul Ngidul,” tutupnya.
Sementara dalam Bedah Film, para pemeran nampak hadir di muka forum. Adapun sang Sutradara film berdurasi total 7 menit 33 detik berjudul ‘Ngidul’, yakni Cak Mualif membagikan proses pembuatan film pelajar tersebut.
“Film pendek berjudul ‘Ngidul’ ini sendiri merupakan film dengan latarbelakang kearifan tradisi. Ngidul adalah istilah tradisi hajatan warga di Kelurahan Sidomukti Kecamatan Kebomas Gresik,” urainya.
Ditambahkan Mualif, proses pembuatan film ‘Ngidul’ memang semula targetnya yakni diikutsertakan dalam perlombaan Hari Santri Nasional yang digelar oleh NU Care-LAZIZNU, pada 2021 silam. Film Ngidul, baginya telah melewati berbagai tantangan.
“Film ini dikerjakan selama 20 hari. Mulai dari pra produksi yakni penyusunan naskah film dan sebagainya, lalu proses produksi, hingga pasca produksi. Waktunya sangat pendek. Dengan talent yang sama sekali tidak memiliki ‘basic’ teater. Pemerannya anak-anak Madrasah Tsanawiyah Maarif kelas 7 dan 8. Dan di sini lah tantangannya,” imbuhnya Mualif yang sehari-hari bekerja sebagai guru ini.
Menurut Rachma, Pemeran utama dalam film itu, kendati dirinya belum pernah terlibat dalam seni peran atau akting, namun ia mendapatkan sedikit solusi dari meniru dari menonton film. “Tipsnya sederhana, saya cuman menonton FTV (melihat pemeran berakting),” ungkapnya singkat.
Tidak hanya diksusi film, kegiatan malam itu sekaligus diisi dengan apresiasi pembacaan surat-surat Raden Ajeng Kartini oleh Ning Mida, puisi Karawang Bekasi karya Chairil Anwar oleh Nur Khasanan dan Musik Akustik dari talent komunitas Pondok Kreatif Kita.
Kegiatan ini juga disemarakkan oleh PAC IPNU-IPPNU Sidayu, Komunitas Teater Sekolah Gresik (Kotaseger), dan komunitas lainnya. Selanjutnya, dalam timeline Suluk Kebudayaan #1 LESBUMI NU Gresik juga akan menapak tradisi Sanggring Kolak Ayam ke 497 di Gumeno pada malam 23 Ramadan mendatang. (Tim Lesbuminugres)