GRESIK | NUGres – Bubur suro merupakan kuliner tradisional yang identik disajikan di perayaan Tahun Baru Islam atau Satu Suro khususnya masyarakat Jawa. Sajian lezat ini mempunyai filosofi tersendiri, yakni ketika berlabuhnya kapal Nabi Nuh di Bulan As-Syuro, umat pengikutnya membuat sajian sebagai tanda syukur.
Tradisi itu juga terus dilestarikan turun temurun sampai sekarang oleh para pelajar NU di SMP Mu’allimat NU Gresik. Tujuannya, tidak lain adalah untuk mengenalkan siswa agar terampil memasak bubur suro.
“Lomba memasak bubur suro hasilnya bisa dimakan bersama setelah sebelumnya dinilai oleh para juri,” kata Kepala Sekolah, M. Syarifudin.
Para siswa, sambung dia, dipersilakan mengkreasikan kreativitas mereka agar penganan berbahan dasar beras itu lebih menarik saat disajikan. Alhasil bubur Suro mereka kreasikan dengan topping mulai dari telur gulung, udang, kering tempe hingga daging sapi. Tak ketinggalan, buah delima, jagung, tomat, serta aneka sayur.
“Selain memasak juga mendongeng. Total ada 8 kelompok, satu kelompok empat siswa,” ujar pria yang akrab disapa Arif.
Arif menerangkan, kegiatan memasak bubur Suro merupakan juga sebagai upaya melestarikan tradisi di puasa As-syuro atau 10 Muharram.
“Ini untuk melestarikan tradisi. Melalui lomba menghias bubur suro, anak-anak akan mengenal tradisi leluhur mereka,” tandas dia.
Menurutnya, selain sebagai upaya melestarikan tradisi, lomba menghias bubur suro juga salah satu cara untuk menumbuhkan kreativitas. Sebab seluruh peserta didik di sekolah tersebut merupakan perempuan sehingga patut diasah kreativitas dalam memasak.
“Ini juga untuk merangsang siswi agar lebih kreatif dalam hal kuliner,” pungkasnya menanggapi memasak bubur suro yang terus dilestarikan SMP Mu’allimat NU Gresik.(Rifqi)