GRESIK | NUGres – Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Gresik meluncurkan maskot terbarunya, yakni si Boras (Kebo Giras) dan si Bolem (Kebo Kalem).
Boras disimbolkan dengan visualisasi kerbau yang mengenakan Udeng Khas Gresik di kepalanya, serta memakai jas IPNU. Selanjutnya, Bolem disimbolkan dengan visualisasi kerbau yang mengenakan jilbab di kepalanya, serta memakai jas IPPNU.
Pembuatan maskot Boras dan Bolem sebagai maskot PC IPNU IPPNU Gresik memiliki tujuan kuat untuk menyampaikan pesan yang beragam dan sangat penting untuk diketahui, baik secara filosofis, visual, maupun historis.
Peluncuran maskot baru ini diharapkan mampu menjadi ruh bagi para kader. Termasuk bagaimana keberagaman, keluasan, serta kedalaman makna yang terkandung dapat mewakili semangat yang diusung dalam organisasi pelajar NU di Gresik. Semoga, pesan-pesan yang diusung oleh maskot-maskot ini mampu menginspirasi sekaligus memberikan nilai positif bagi seluruh kader IPNU dan IPPNU Gresik untuk diimplementasikan dalam kepengurusan masa khidmat 2023 – 2025.
Makna Historis
1. Kebo Giras
Kebo Giras sendiri merupakan julukan dari klub sepak bola asal Kota Gresik, PS Petrokimia Gresik, yang memiliki sejarah prestasi cukup mentereng di kancah sepakbola nasional hingga internasional. Klub ini tercatat berdiri pada 20 Mei 1988.
Tak hanya itu, klub ini juga pernah meraih gelar juara Divisi Utama Liga Indonesia pada tahun 2002. Usai mengalahkan Persita Tangerang dengan skor 2-1 di partai final melalui perpanjangan waktu.
Bahkan, tim ini juga telah melahirkan pemain-pemain hebat seperti Jacksen F. Tiago, Ferri Raymond Hattu, Carlos de Mello, dan kiper Derryl Sinnerine. Hingga pada akhir tahun 2005, PS Petrokimia Putra meleburkan diri dengan klub eks-Perserikatan Persegres Gresik menjadi wajah sepakbola Gresik yang baru Gresik United (GU).
2. Udeng
Udeng Gresik telah lama menjadi bagian integral dari budaya Gresik, meskipun Gresik terkenal sebagai Kota Santri. Seiring dengan masuknya agama Islam ke Indonesia, tradisi penggunaan udeng juga diadopsi dalam pondok pesantren. Para kiai dan santri tidak hanya menggunakan udeng saat mengaji, namun juga dalam kehidupan sehari-hari.
Pada abad ke-19, udeng khas Gresik menjadi simbol dari kehormatan dan kewibawaan. Para kiai memakai udeng ini dalam kegiatan keagamaan maupun pemerintahan. Bahkan, pada masa itu, Tumenggung Pusponegoro atau Bupati Gresik pertama, juga menggunakan udeng saat menjalankan tugas pemerintahan.
Tradisi penggunaan udeng inilah yang kemudian menjadi ciri khas budaya pesisir dan budaya santri di Gresik. Dengan demikian, udeng Gresik bukan hanya simbol dari keagungan dan kehormatan, tetapi juga merupakan bagian tak terpisahkan dari sejarah dan identitas kultural masyarakat Gresik.
3. Jilbab
Sejarah mencatatkan, pada 19 Maret 1982 terkait larangan pemakaian jilbab bagi siswi Muslim di sekolah formal membawa dampak sosial dan resistensi yang cukup kuat, hingga muncul pementasan naskah Lautan Jilbab di penjuru kota di Indonesia, khususnya di Jawa oleh Emha Ainun Nadjib.
Hal ini menjadi kritik sosial terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tidak memperhatikan kaum marjinal. Pementasan Lautan Jilbab menjadi simbol resistensi dan keberpihakan terhadap wong cilik, termasuk muslimah berjilbab, yang mengalami tekanan dari pemerintah.
Makna Filosofis
1. Kebo Giras (Boras) dan Kebo Kalem (Bolem). Kebo Giras melambangkan semangat kegigihan, keuletan, dan kegigihan yang selalu kuat. Kebo Giras juga melambangkan cekatan dan keaktifan, yang merepresentasikan semangat untuk mencapai tujuan. Sementara itu, Kebo Kalem mewakili kelembutan, keberanian, dan ketahanan.
Hal ini menjadi simbol dari semangat dan karakter bagi kader pelajar NU di Gresik, yang diharapkan dapat menginspirasi untuk menjadi pribadi yang tangguh namun tetap mengutamakan kesantunan layaknya santri.
2. Udeng. Udeng ini memiliki bentuk seperti perahu nelayan, mencerminkan ciri khas budaya pesisir dan budaya santri. Filosofi dari udeng tersebut mengarah pada nilai-nilai religius. Yakni, hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan (hablumminallah) serta hubungan horizontal antara manusia dengan sesama (hablumminannas).
3. Jilbab. Penggunaan jilbab oleh si Bolem sebagai simbol yang kuat dalam masyarakat. Sekaligus sebagai penanda kehormatan, kekuatan, dan perlindungan bagi kaum perempuan.
Tak hanya itu, jilbab bukan hanya sekadar penutup kepala dan rambut bagi perempuan saja. Melainkan, bagian dari representasi kegigihan dan keberanian, yang merupakan simbol dari perlawanan, perlindungan terhadap nilai-nilai agama, dan keberpihakan terhadap kaum marjinal.
4. Jas IPNU dan Jas IPPNU. Jas IPNU-IPPNU yang dikenakan oleh si Boras dan Bolem merupakan representasi yang juga melambangkan eratnya persatuan beserta kesatuan antara kader pelajar IPNU dan IPPNU di Kabupaten Gresik.
Penulis: Febrian Kisworo
Editor: Chidir Amirullah