MANYAR | NUGres – Sebermula Haul Malem Selikur Pondok Pesantren (PP) Mambaus Sholihin yang terletak di desa Suci kecamatan Manyar kabupaten Gresik, menjadi sarana santri, wali santri, alumni dan masyarakat umum berburu keberkahan majelis haul habaib dan masyayikh.
Seperti namanya, Haul Malam Selikur berlangsung setiap memasuki hari ke-21 di bulan suci Ramadhan. Gelaran ini menjadi momen istimewa karena mempertemukan habaib, ulama, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, santri, wali santri, alumni dan masyarakat umum.
Malem Selikur PP Mambaus Sholihin ialah majelis haul almarhum almaghfurlah Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani, serta haul KH Abdullah Faqih bin Thoyib. Kedua sosok mulia ini bertalian dengan perjalanan sejarah bagi keluarga, santri dan alumni Ponpes Mambaus Sholihin.
Ketua Himpunan Alumni Mambaus Sholihin (Himam) Pusat, Dr Maftuh mengatakan, Haul malam 21 Ramadan atau lebih dikenal dengan nama Haul Malem Selikur ini, bermula sebagai kegiatan penanda liburan santri PP Mambaus Sholihin selama bulan Ramadan.
“Saat itu romo kiai Masbuhin Faqih mengundang semaan al Qur’an Mantab yang kemudian berubah nama menjadi al Ittihad, untuk memperingati haul ayahanda beliau yakni KH Abdullah Faqih bin Thoyib,” terangnya kepada NUGres, Sabtu (30/3/2024).
Pada tahun 2005, sambung Dr Maftuh, karena sudah mengundang semaan kegiatan haul dikemas dengan pembacaan Yasin dan Tahlil. Dengan mengundang habaib dan masyayikh dari Langitan dan Sawahpulo. Hal ini, tidak lepas dari para guru dan habaib yang turut serta berperan membangun pendirian dan berkembangnya PP Mambaus Sholihin.
“Saat itu penanggungjawabnya diserahkan ke organisasi alumni yang mendapat perintah dari romo kiai. Mengundang para penghafal al Qur’an dari alumni untuk semaan bersama dengan para santri,” ujarnya.
“Pada saat era kepemimpinan H. Hilal yang menahkodai HIMAM, saat itu masih (HAMAM red), beliau berinisiatif untuk ittiba’ kepada romo kiai Masbuhin Faqih yang saat itu menjadi ketua umum Kesan yaitu organisasi alumni Pondok Langitan,” tukas Dr Maftuh.
Waktu itu romo kiai melalui organisasi Kesan mencoba mengajak para alumni Langitan, ikut membantu pembiayaan haul Langitan sebagai bentuk khidmah santri kepada kiai.
“H. Hilal sebagai salah satu santri senior dan punya kepemimpinan di Himam, berinisiatif meniru tindak lampah romo kiai di HIMAM, sejak itulah Haul KH Abdullah Faqih bin Toyyib yang kemudian dikenal dengan Haul malam selikur,” paparnya.
Adapun pelaksanaan haul, terang Dr Maftuh, menjadi tanggung jawab pengurus pusat Himpunan Alumni Mambaus Sholihin (Himam), sekaligus pendanaannya berasal dari urunan alumni sebagai bentuk khidmah alumni kepada kiai dan pondok hingga sekarang.
“Ditambah setelah wafatnya almarhum almaghfurlah Abuya Sayyid Muhamma bin Alawi al-Maliki al-Hasani, acara ini akhirnya juga memperingati haul Abuya. Karena selain keduanya sama-sama wafat di bulan Ramadan, Abuya juga merupakan guru dari romo kiai Masbuhin Faqih,” tutup Dr Maftuh mengakhiri penuturannya.
Penulis: Miftahul Faiz
Editor: Chidir Amirullah