MANYAR | NUGres – Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor (MDS RA) Pimpinan Ranting (PR) GP Ansor Manyar Sidorukun menggelar kirim doa bersama warga, sekaligus melestarikan tradisi temurun berjuluk Bari’an.
Sedikit berbeda dengan wilayah lain, sejumlah warga Desa Manyar Sidorukun menyebut tradisi Megengan dengan istilah Bari’an.
Bari’an dilakukan warga setempat di komplek makam sesepuh desa yakni Mbok Ayu atau Mbah Buyut Sarkeli.
Berdasarkan cerita tutur warga sekitar juga sesepuh yang ada di Desa Manyar Sidorukun, bila Mbah Buyut Sarkeli ini diyakini merupakan keturunan dari Sunan Kramat Mengare.
Adapun nama asli Mbah Buyut Sarkeli yaitu Hj. Yaroh. Dalam kisahnya, Buyut Sarkeli ditemukan meninggal dan mengapung di sebuah sungai di sisi sebelah timur desa.
Lalu saat itu, masyarakat mencoba mengaramkan jenazah tersebut. Namun ternyata, setiap kali dikaramkan jenazah tersebut kembali lagi di kampung tersebut. Akhirnya warga memakamkannya dan warga menyebutnya Sarkali.
Ketua PR GP Ansor Manyar Sidorukun, Nanda, menyampaikan bila terdapat nilai yang positif dalam bari’an ini. Hal ini sama halnya ketika warga NU menggelar ziarah, Nyekar, Megengan dan istilah Bari’an pun demikian di desanya.
“Bari’an yang diadakan di komplek makam Mbah Buyut Sarkeli ini adalah tradisi yang diturunkan oleh sesepuh dan sampai sekarang masih dilaksanakan untuk menyambut bulan Ramadhan,” terang Ketua PR Ranting GP Ansor Sidorukun.
Pada gilirannya, Gus Ishomul Yakin selaku Ketua PR MDS RA Manyar Sidorukun, menambahkan bahwa tradisi Bari’an di Manyar Sidorukun ini merupakan tradisi Islam dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.
“Dalam Bari’an ini, umat Islam (masyarakat yang melaksanakan megengan) mengharap kepada Allah agar diberi kekuatan lahir dan batin dalam melaksanakan puasa Ramadhan” tuturnya.
Tak hanya itu, ia juga menuturkan kepada generasi muda agar tetap melestarikan tradisi Bari’an ini sebagai tradisi untuk mendoakan para leluhur islam.
“Tradisi Bari’an ini patut kita lestarikan, agar generasi penerus kita mengetahui tujuannya adalah untuk mendoakan orang tua dan para leluhur yang telah meninggal agar diampuni segala dosa-dosanya, diterima semua amal kebaikannya,” pungkasnya.
Sampai sekarang Bari’an di desa Manyar Sidorukun menjadi tradisi warga untuk berziarah kubur mendoakan leluhur menyambut bulan suci Ramadhan.