DRIYOREJO | NUGres – Pimpinan Ranting IPNU IPPNU Bambe, Driyorejo, menggelar seminar dengan tema “Menjawab Problematika Pemuda dalam Prespektif Fiqih”, Ahad (5/2/2023) di Gedung Pertemuan Desa tersebut.
Kegiatan yang bertempat di ujung perbatasan Surabaya dan Sidoarjo ini mendapatkan animo yang luar biasa. Bahkan ada beberapa peserta yang rela datang dari kecamatan lain di luar Driyorejo. Sedangkan peserta terjauh datang dari Kabupaten Jombang.
Terlihat jajaran Pimpinan badan otonom NU turut hadir memeriahkan seminar yang dimulai pukul 08.00 WIB tersebut. Mulai dari jajaran Pengurus Ranting NU Desa Bambe, GP Ansor, Fatayat, Muslimat, PAC IPNU IPPNU Driyorejo serta PC IPNU IPPNU Gresik.
Ketua Panitia Seminar Fikih, Dwi Wahyu, sampai menutup pendaftaran sejak H-2. Ini dikarenakan peserta yang mengikuti sudah lebih dari kapasitas tempat pertemuan, yaitu berjumlah 160 peserta.
Berkesampatan memberikan sambutan dalam acara ini, Camat Driyorejo, Narto, mengapresiasi dan mendukung peran pemuda. Khususnya untuk menjawab keraguan serta kekhawatiran pemuda di zaman sekarang.
“Saya berharap dari PR IPNU IPPNU Bambe ini untuk lebih sering mengadakan kegiatan yang positif, sehingga desa yang menjadi tolak ukur desa se-driyorejo ini bisa melahirkan bakat-bakat mulai dari pemudanya, saya tunggu di MTQ Tingkat kabupaten 2 tahun sekali,” kata Camat Narto, usai ikut mendengarkan lantunan ayat suci Al Quran.
Ketua Pimpinan Cabang IPNU Gresik, Syifa’ul Mukminin, sekaligus sebagai pemateri menekankan bagaimana fundamentalnya IPNU-IPPNU mengikuti zaman didaerah nya masing-masing.
“Bagaimana tidak bangga kita yang menjadi bagian organisasi terbesar se-Indonesia harus berperan dan terlibat aktif pada apapun itu yang mempunyai nilai positif di tempat kita berada,” tandas rekan Fa’ul, sapaan akrabnya.
Lora Husein Basyaiban, sebagai pemateri utama menjadi fokus pada seminar tersebut karena dibalik wajahnya yang menawan, ia juga renyah menjelaskan kepada audien.
Hal itu misalnya kala ia menguraikan tentang bagaimana tata cara mengenal dan belajar fikih serta langkah menerapkan dalam kehidupan sehari-hari para pelajar dan pemuda.
“Hidup ini tentang dua kemungkinan. Kalau kalian tidak bisa mewarnai circle kalian, maka jangan coba-coba berteman dengan bestie yang condong mendorong kita ke dalam api neraka. Jikalau kalian bisa menjadi pewarna bagi circle kalian, maka ajaklah besti kalian untuk bersahabat hingga Surga-nya. Barokalloh fiikum,” tutur Lora Husein dari serangkaian tausiyahnya.
Seminar fikih anak bagi anak muda dan para pelajar NU ini berakhir tepat pukul 11.15 WIB. Sejumlah kader Pelajar NU nampak setia menunggu Lora Husein selesai ramah tamah, dan meminta ijin untuk berswafoto bersama dengannya secara bergantian. (Anang Sufyan Sauri/Chidir)