CERME | NUGres – 3 Januari 1986 menjadi hari bersejarah bagi santri Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa. Momen tersebut tentu tidak ingin terlewati begitu saja, apalagi bagi para santri pendekar Pagar Nusa untuk mengingat kembali dan merefleksikan tujuan utama dari dibentuknya pencak silat yang didirikan oleh KH Suharbillah, KH Maksum Jauhari atau Gus Maksum, dan KH Mustofa Bisri.
Seperti yang dilakukan oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa Cerme merayakan harlah yang ke – 37. Dalam pelaksanaannya, Pagar Nusa Cerme berbagi nasi kebuli dan susu kurma. Acara dipusatkan di SMP YPI 1 Darussalam Cerme, Minggu, 15 Januari 2023.
Sebanyak 30 santri pendekar Pagar Nusa Cerme tampak antusias berbagi ratusan bingkisan kepada pengendara motor yang melintas secara gratis. Kegiatan dimulai sejak pukul 07.00 sampai 08.00 WIB. Tidak tanggung-tanggung, sejumlah 500 bungkus nasi kebuli dan susu kurma ludes dalam waktu satu jam.
Ketua PAC Pagar Nusa Cerme, Ahmad Ali Asfahani mengatakan bahwa, kegiatan ini merupakan serangkaian dari perayaan Harlah Pagar Nusa.
“Selain kegiatan gebyar sebelumnya, ini juga menandakan bahwa santri Pagar Nusa tidak hanya pandai silat, tapi juga punya kegiatan sosial,” kata pria yang akrab disapa Kang Ifan.
Ia menegaskan, santri Pagar Nusa Cerme tidak hanya dicetak untuk pandai menjaga diri, lingkungan sekitar, dan khususnya para Kiai atau tokoh NU di wilayah Cerme.
“Termasuk menjaga dan menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari yang berlandaskan tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i’tidal (berprinsip) ala kiai-kiai NU,” tambah dia.
Sementara itu, Majelis Pendekar Pagar Nusa Cerme, H. Nasirin mengungkapkan bahwa, didikan dan penggemblengan yang diperoleh selama berlatih, tentu juga perlu menerapkan ilmu-ilmu tersebut di kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Ajaran NU ini luwes. Tidak mengajarkan kebencian apalagi melakukan tindak kekerasan. Seperti makna dari Islam itu sendiri, yakni bagaimana kehadiran kita itu bisa turut mengamankan orang lain. Aman harta, martabat, dan harga diri. Intinya berusaha untuk bersama-sama saling menyelamatkan. Bukan untuk gagah-gagahan atau pamer,” tandas dia.
Sehingga, ilmu beladiri yang dimiliki digunakan untuk berdakwah serta menjaga, dan memajukan NU pada khususnya, negara pada umumnya sebagaimana yang dilakukan para santri dan para Kiai terdahulu.
Sebagaimana yang diketahui, Pencak Silat Pagar Nusa lahir dan dibentuk di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur. Pagar Nusa memiki arti sebagai pagarnya NU dan bangsa, dengan tujuan untuk mengembangkan, menggali, dan melestarikan budaya bela diri pencak silat di Indonesia. (Febri/Chidir)