GRESIK | NUGres – Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Gresik kembali menggelar Ramadhan Progresif dalam rangkaian acara bertajuk Nyuprih Berkah Ing Bulan Suci Ramadhan.
Pada pertemuan kedua yang berlangsung pada Jumat (14/3/2025), menghadirkan narasumber Gus H. Muhammad Syamsud Dhuha, S.Psi., M.Si., dosen Universitas Qomaruddin Gresik, untuk mengulas tema “Psikologi Sosial dalam Ibadah Bulan Suci Ramadhan”.
Dalam pemaparannya, Gus Syam menjelaskan bahwa puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menahan segala hal yang dapat menggoda dan melemahkan jiwa seseorang. Ia juga menyinggung bagaimana Mahatma Gandhi pernah menggunakan puasa sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan.
“Puasa bukan hanya urusan pribadi antara manusia dan Tuhan, tetapi juga mengajarkan kita untuk merasakan penderitaan mereka yang hidup dalam keterbatasan. Ada dimensi sosial dalam ibadah ini yang mengajarkan empati dan solidaritas,” ujar Gus Syam, yang juga Alumni PMII ini.
Ia juga membahas bagaimana puasa dapat dikaitkan dengan teori psikologi sosial, khususnya dalam hierarki kebutuhan manusia. Menurutnya, kebutuhan manusia dimulai dari yang paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis seperti sandang, pangan dan papan, lalu meningkat ke rasa aman, kebutuhan sosial berupa kasih sayang dan penerimaan, hingga kebutuhan akan penghargaan serta rasa percaya diri. Di puncaknya, ada aktualisasi diri, yakni kondisi ketika seseorang mencapai potensi terbaiknya.
“Menariknya, puasa justru berada pada tingkatan tertinggi dalam piramida kebutuhan manusia, yaitu aktualisasi diri. Dengan berpuasa, seseorang sedang melatih dirinya untuk mencapai kesempurnaan pribadi, baik secara spiritual maupun sosial,” tambahnya.
Diskusi berlangsung menarik dengan sesi tanya jawab yang diikuti antusiasme, sebagaimana diungkapkan Sulthonul Aziz, Pengurus PMII Gresik bidang Komunikasi Organ Gerakan.
“Diskusi ini membuka wawasan kami bahwa puasa bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga memiliki dampak besar dalam kehidupan sosial dan psikologis manusia. Ini menjadi pengingat bahwa ibadah harus dijalankan dengan pemahaman yang lebih luas, bukan hanya sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai cara membentuk karakter dan kepekaan sosial,” ujar Sulton.
Dengan adanya kajian seperti ini, PMII Gresik berharap dapat terus menghadirkan diskusi yang tidak hanya memperdalam pemahaman agama, tetapi juga membangun kesadaran sosial di kalangan mahasiswa. (*)
Editor: Chidir Amirullah