*Oleh Maulidiyah Aprila Rokhim
KOLOM KALEM | NUGres – Hai Dyra, ini aku, Audy, teman masa kecilmu. Apakah dirimu baik-baik saja di sana? Apa Bandung secemerlang itu sampai kamu tak kunjung kembali datang? Sungguh menyiksaku jika kamu telah menemukan teman baru yang lebih tahu seluk-beluk seorang Dyra. Tidak! Aku hanya bercanda, aku masih ingat dengan perjanjian kita, berusaha terus bahagia di tengah pertikaian dunia.
Dyra, masih ingatkah kamu dengan boneka beruang milikku? Boneka itu sudah bulukan dan sewajarnya harus dibuang. Tapi aku memutuskan untuk tetap menjaganya karena ada rekaman tawa kita di balik raga boneka itu. Akhir-akhir ini aku sering membaca bacaan yang berbau sastra. Pasti kamu akan tertawa ketika membacanya. Benar saja Audy kecil yang kamu tahu sangat membenci yang namanya kata kerja membaca.
Aku tak mengerti mengapa semakin bertumbuh: membaca dan menulis adalah jalan terakhir ketika suara lirih kita sudah tak lagi didengar. Dari banyaknya jenis sastra, aku tertarik dengan cerpen dan puisi, tapi untuk kali ini aku akan bercerita tentang puisi yang terakhir kubaca. Akolade, itu adalah judul puisinya.
Pasti kata itu canggung di telingamu, begitu pun aku yang merasa kikuk ketika membaca penulis dari puisi ini. Penulis yang bernama Dian Hartati. Seorang penyair wanita Indonesia yang memiliki banyak sekali karangan puisi yang indah. Menurutmu apa sih arti dari judul Akolade ini? Setelah aku cari di KBBI, Akolade bermakna tanda kurung besar atau kurung kurawal.
Puisi ini memiliki gaya puitis yang sederhana dengan pemilihan kata yang masih bisa diterima dan mudah diartikan spontan oleh saraf. Bagiku ini tergolong puisi yang cukup panjang. Terdiri dari tujuh bait dengan jumlah baris yang tidak menentu, tapi sudah banyak mengandung amanat di dalamnya. Dari kalimat terakhir di bait pembuka saja puisi ini sudah menarik untuk terbalut ke dalamnya: sanggupkah aku melupa namamu.
Kalimat itu seakan menggambarkan jeritan yang ditujukan untuk masa kanak-kanak kita. Sebab beberapa tahun lagi kita akan menginjak periode dewasa, di mana diri ini dituntut untuk segera meninggalkan fase berayun-ayun kaki. Apa aku akan sanggup merelakan kenangan berjalan begitu saja? Yang pasti aku akan menjalaninya dengan raga yang terbentuk ketika aku kecil.
Dyra, aku akan jadi orang pertama yang mengatakan sungguh cantik puisi Akolade ini. Puisi ini benar-benar mengisyaratkan: ketika malam tiba, jalanan pagi, silauan cahaya, satuan waktu dan riuhan nada perlahan akan hilang dan diganti oleh kesenyapan. Hanya satu keinginan yang aku harapkan, diizinkan untuk mengingat nama, kata, dan cerita yang sudah lama tak berjumpa.
Sampai kapan pun hidupku tak akan sunyi jika masih bisa membawa diriku dulu pergi
kemana saja. Kamu juga harus selalu ingat, semua yang telah berlalu masih bisa kamu bawa sampai kapan pun. Seperti yang dikatakan di bait penutup puisi Akolade: bolehkah aku memanggil namamu, menjaga rindu untukmu, walau semua takkan kembali. Jadi, kamu tak perlu khawatir, karena semua yang telah terjadi akan selalu mengikutimu.
Sekarang aku tahu apa makna judul dari puisi ini. Kubaca berkali-kali, kupaham maksud dari Akolade tanda kurung besar atau kurung kurawal. Ternyata makna dari Akolade inilah yang mengemas makna puisi ini menjadi satu. Dalam sudut pandangku, tanda kurung besar atau kurung kurawal ditunjukkan untuk menceritakan masa kecil kita. Masa di mana diri atau karakter dibentuk oleh lingkungan yang akan dipergunakan untuk menggenggam dunia. Artinya, tanda kurung atau kurung kurawal adalah sesuatu yang penting. Bagian inti. Bagian yang mengisyaratkan masa kecil seseorang.
Aku harap kamu paham dengan cerita singkat tentang puisi ini. Jika ada waktu segeralah membaca puisi Akolade ini. Ada banyak makna yang tersimpan di baliknya. Agar tak terlalu panjang, aku cukupkan sampai di sini ya. Jaga baik-baik dirimu di sana. Tetap bersenang-senang dan aku menunggu kedatanganmu kembali. Salam hangat dariku: Audy. (*)
*Maulidiyah Aprila Rokhim, di tahun 2023 ini belajar di SMA NU I Gresik kelas XI-1. Suka menulis cerpen dan puisi. Serta mengunjungi tempat-tempat yang bersejarah. Motto: “Hiduplah dengan nyaman, karena Tuhan menciptakan jalan ceritamu berbeda dari yang lain.”.
🫶🏻🫶🏻🫶🏻🫶🏻