Oleh : Nur Fakih*
Konfercab PC NU Gresik yang diselenggarakan pada Minggu, 05 Desember 2021 di Ponpes Darul Ihsan, Menganti telah memilih KH Machfudz Ma’sum sebagai Rais Syuriyah dan KH Mulyadi menduduki kursi Ketua Tanfidziyah Periode 2021-2026. Konfercab PC NU yang diselenggarakan menjelang akhir tahun 2021 adalah kali pertama dalam sejarah perjalanan NU Gresik yang berhasil mengawinkan dua tokoh Utara dan Selatan.
Dalam Konfercab PCNU ini juga yang pertama dalam sejarah seorang Rais Syuriyah PCNU Gresik terpilih untuk keempat kalinya. Dan yang pertama juga, tampilnya dua kiai beda generasi yang masing-masing memiliki pondok pesantren yang menjadi mercusuar lembaga pendidikan NU di dua kutub yang berbeda.
KH Machfudz Ma’sum, Rois Syuriyah terpilih telah berusia mendekati angka 80 tahun. Kiai sepuh ini adalah satu-satunya generasi politisi Masyumi yang masih tersisa. Yai Fudz, panggilan KH Mahfudz Ma’sum, juga termasuk satu-satunya generasi tua Partai Persatuan Pembangunan yang masih diberkahi usia panjang. Tiga masa; Orla, Orba dan Orde Reformasi yang dijelajahinya akan menjadi modal baik untuk menjaga marwah Nahdlatul Ulama.
Dalam keluarga besar Yai Fudz, adalah satu-satunya keluarga politik yang sukses. Sang adik, KH Robbach Ma’sum adalah Ketua Tanfidz DPC PKB Gresik yang pertama, pernah menjadi Ketua DPRD Gresik dan yang pertama seorang santri yang berhasil menduduki kursi Bupati Gresik dua periode. Sang adik yang lain, Hj Sakinah Ma’sum adalah mantan anggota DPRD Jatim begitu pula si ragil, Wafirah Ma’sum sampai saat ini menjadi wakil rakyat di gedung DPRD Gresik. Mereka semuanya adalah sederet nama beken politikus PKB. Pengalaman politik Yai Fudz yang panjang, meski sudah lama meng-off kan mesin politiknya, tetapi dirinya selalu on fire saat dibutuhkan.
Yai Fudz adalah tokoh kharismatik yang diamanati KH Ma’sum untuk memimpin Pondok Pesantren Ihyaul Ulum, Dukun. Dalam sejarahnya, pesantren inilah yang menjadi garda depan sekaligus menjadi benteng pertahanan yang kokoh untuk membendung penyebaran gerakan wahabi. Melalui pendidikan untuk mencerdaskan santri-santri yang sebagian besar berasal dari masyarakat agraris, Pondok Pesantren Ihyaul Ulum telah berhasil mencetak kader-kader yang menekuni beragam profesi.
Maka, ketika KH Mulyadi tampil sebagai Ketua Tanfidziyah PC NU Gresik tentu tidak bisa dibandingkan dengan jejak perjuangan Yai Fudz dalam membesakan NU secara jam’iyah dan jama’ah. Namun, hadirnya Yai Mul sebagai orang nomor satu di jajaran tanfidziyah bakal meng- empowering- sisi-sisi penting organisai agar bergerak lebih dinamis, lincah dan on target.
Prestasi Yai Mulyadi telah ditunjukkan melalui keberhasilannya membesarkan lembaga pendidikan Al-Azhar mulai dari nol. Dengan bermodal sepetak tanah kini sudah melebar menjadi berpetak-petak, mulai tidak ada bangunan kini sudah berdiri bangunan megah bertingkat-tingkat, mulai tidak ada santri kini sudah ribuan santri menikmati layanan jasa pendidikan formal maupun noformal, bahkan sampai perguruan tinggi. Ini bukan karena hasil kerja bim salabim adakadabra, tetapi karena Yai Mul mempunyai kapasitas untuk mengorganisir beragam potensi.
Secara formal, Yai Mul tidak hanya diusung masyarakat NU dari wilayah Gresik Selatan. Namun secara geografis, ketua tanfidziyah ini lebih dekat dengan masyarakat yang sarat dengan industrialisasi yang tumbuh pesat dibanding wilayah Gresik Utara. Tantangan warga NU di kawasan industri akan berbeda, kalau tidak boleh dikatakan lebih berat dan lebih kompleks dibanding masyarakat agraris. Letaknya yang berdekatan dengan Surabaya berpengaruh kuat terhadap tumbuh kembangnya budaya Arek yang jauh beda dengan pola pendekatan dakwah dengan masyarakat agraris.
Sungguh tepat jika PC NU Gresik sekarang ini mulai mendisain program kegiatan yang lebih serius untuk merawat dan melakukan pendampingan warganya di wilayah Gresik Selatan. Bukan berarti Yai Mul hanya memfungsikan diri secara eksklusif di daerahnya sendiri, tetapi pergeseran kepemimpinan secara geografis dari Gresik Tengah dan Utara ke Gresik Selatan, grand disain NU Gresik ke depan lebih inklusif dan berkarya sesuai kebutuhan dan tumbuh kembangnya peradaban. Program kegiatannya pun bakal langsung menukik pada sasaran yang tepat.
Yang terakhir dan ini yang pertma adalah tampilnya dua nama yang diadopsi dari dua bahasa berbeda. Yai Machfudz memakai lafadz bahasa Arab yang bermakna yang terpelihara, yang terjaga sementara Yai Mulyadi berasal dari bahasa Indonesia yang artinya lelaki yang mulya. Hal ini bisa dimaknai kelak orang-orang nomor satu PCNU Gresik ini akan menjadi sosok figur yang mampu memulyakan NU baik secara struktural maupun kultural dengan tetap menjaga kehormatan organisasi dan umatnya dalam segala situasi dan kondisi.
Dalam diskusi kecil, muncul pertanyaan yang menggelitik, apakah tampilnya Yai Mul dari Gresik Selatan sebagai bentuk penghormatan atas desakan tokoh-tokoh dari Gresik Selatan yang harapannya tidak diakomodir pada saat Pemilukada 2019? ‘’Ah…Anda bisa menafsirnya lewat jalan lain saja. (Lanjut bagian kedua)
*Pemerhati Sosial Budaya Gresik, tinggal di Cakra Kembangan