BUNGAH | NUGres – Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama Bungah (MWCNU Bungah) melanjutkan kajian rutin Lailatul Kopdar #2 pada Senin (25/3/2024) dengan membahas Hadits ke-39 Arbain Nawawi.
Digelar di Gedung MWCNU Bungah, Lailatul Kopdar #2 Pertemuan ketigabelas dihadiri sekitar 70 nahdliyin dari berbagai lembaga MWCNU Bungah, diantaranya: Aswaja Center PAC Fatayat NU, GP Ansor, IPNU-IPPNU dan Pimpinan Ranting Ipnu Ippnu, GP Anshor, Fatayat NU Ranting Kaliwot dan Mojopurogede.
Hadits ke-39 Arbain Nawawi itu dibacakan oleh Gus Ahmad Tajul Hamdi, putra dari KH. Thohawi Hadin (Alm), dengan banyak penjelasan, baik dari syarah kitab Arbain Nawawi maupun keterangan dari guru-gurunya. Membincang ‘nisyan wal khoto’, bagi alumni Pondok Kwagean merupakan Hal yang penting untuk dilakukan karena hadits tersebut merupakan salah satu bukti nikmatnya para nahdliyin menjadi umat Rasulallah.
Ia menjelaskan bahwa hadits tersebut menunjukkan luasnya rahmat Allah pada umatnya, dengan memberikan maaf kepada hambanya ketika keliru (khoto’) atau lupa (nisyan), terkhusus kepada umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
“Enaknya umat Rasulallah itu, salah satunya ini … Kesalahan yang dibuat tanpa sengaja, itu tidak dicatet. Tajawwus. Tajawwus itu tidak dicatat. Apalagi, dosa kita itu masih ditunggu, pagi melakukan dosa, sore ditunggu taubatnya,” terangnya saat setelah menerjemahkan hadits tersebut dengan khas pesantren (makna pegon).
Hadits ke-39 Arbain Nawawi itu, menurut Gus Tajul, berhubungan erat dengan peristiwa turunnya ayat terakhir surat Al-Baqarah, di mana ayat tersebut merupakan jawaban langsung dari Allah saat turun ayat 286 Surat Al-Baqarah, “Ya Allah, janganlah engkau hukum kami jika kami lupa atau keliru.”
“Umat Rasulallah itu seenak-enaknya umat. Sekelas Nabi Musa saja pengen jadi umat Rasulallah. Tapi jarang dari kita yang bersyukur, itu menunjukkan betapa khoto’ dan nisyan-nya kita,” imbuh Gus Tajul.
Menurut Gus Tajul, mengutip keterangan gurunya waktu mondok, Khoto’ itu kurang pas. “Ora salah dan ora bener. Misalnya sholat, kita keliru, tidak ada tumakninah. Begitu juga dengan nisyan, lupa. Lupa tidak tumakninah. Itu tidak dicatet,” terang Gus Tajul.
Karena itu, menurut Gus Tajul, potensi keliru dan lupa manusia itu sangat besar. Selain sebagai makhluk individu, juga sebagai makhluk sosial.
“Jadi, hak dengan Allah itu begitu rohmat, tapi tetap harus menghormati hak makhluk lain. Loro atine koncone sampean, tetep harus sampean ijoli. Siapapun makhluk itu. Mateni lamuk, itu juga harus diganti,” terangnya.
“Aqliyahnya manusianya manusia itu tidak akan mengalahkan khoto’ dan nisyan-nya kita. Sampean pegang betul. Karena kita memang umatnya Rasulallah. Tidak usah berpikir dosa kita banyak sekali. Ada banyak kemurahan. Ada solusi. Jangan dibuat sumpek,” pungkasnya.
Editor: Maghfur Munif