BUNGAH | NUGres – Ngaji pasanan sudah menjadi tradisi yang banyak dijumpai di pondok pesantren (PP) salaf atau tradisional di Indonesia. Tradisi ngaji Kitab kuning ini biasa dijalankan oleh santri maupun kalangan masyarakat umum selama bulan Ramadan.
Seperti halnya di PP Zainal Abidin, Desa Bungah, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Pengasuh pesantren, KH. Ali Musthofa, secara khusus mengkaji kitab Adabul Alim wal Muta’alim karya KH Hasyim Asy’ari selama bergulirnya bulan suci Ramadan tahun ini.
Kitab Adabul Alim wal Muta’alim merupakan kitab kuning yang mengulas pedoman etika dan perilaku guru dan murid dalam proses belajar mengajar. Kitab ini telah diakui secara luas dalam tradisi keilmuan Islam dan terus dikaji di pesantren maupun lembaga pendidikan Islam di seluruh dunia.
“Ngaji pasanan sudah menjadi tradisi di pesantren ini setiap bulan ramadan. Tahun ini abah ngaji kitab Adabul Alim wal Muta’alim karya KH. Hasyim Asy’ari,” kata Abdul Malik, putra pengasuh PP Zainal Abidin Bungah, Ahad (2/3/2025).
Dikatakannya, keilmuan yang termuat dalam kitab kuning karya para ulama masih sangat relevan dengan kondisi kekinian dengan berbagai tantangan sosial. Sehingga bisa menjadi pedoman dan pondasi dalam kehidupan bermasyarakat, terutama bagi para santri.
“Maka ngaji kitab kuning itu ibarat ruhnya pesantren. Santri-santri yang sedang mondok wajib ngaji, sekalipun mereka sekolah ataupun kuliah, tetapi ngaji tetap menjadi kewajiban yang terus dijalankan,” terang Gus Malik.
Selain kitab Adabul Alim wal Muta’alim yang dibacakan oleh pengasuh, beberapa kitab kuning juga akan dikaji di pesantren Zainal Abidin Bungah selama bulan suci Ramadan 1446 Hijriah. Seperti kitab Washaya Al Abaa’ lil Abnaa’ karya Syaikh Muhammad Syakir.
“Beberapa kitab kuning juga akan dibacakan oleh pengurus pondok selama bulan Ramadan,” ucap Gus Malik.
Pengurus PP Zainal Abidin Bungah, Zainal Arifin mengatakan, bahwa kegiatan ngaji pasanan itu bakal berlangsung selama hampir sebulan penuh, pada bulan Ramadan. Seluruh kitab kuning yang dikaji juga akan sekaligus dikhatamkan.
“Biasanya sampai tanggal 27 Ramadan, kitab kitab kuning akan dikaji sampai khatam,” pungkas Zainal Arifin.
Editor: Chidir Amirullah