Oleh: H. Marwan*
KOLOM KALEM | NUGres – Alhamdulillahirobbil Aalamiin.. diusia 54 tahun saya bersama istri bisa memenuhi panggilan ilahi robbi pergi ke tanah suci yang kedua kalinya. Pertama melaksanakan umrah pada tahun 2013, dan yang kedua menjalankan ibadah haji tahun 2024.
Dari jutaan orang di bumi ini, saya bersama istri sangat bahagia sekali karena menjadi bagian dari orang-orang yang terpilih dan beruntung untuk memenuhi panggilan Allah Swt.
Dalam perjalanan haji dan rangkaian ibadah haji banyak sekali kesan-kesan yang saya temui, yang tidak mungkin bisa saya narasikan secara rinci. Akan tetapi, ada dua momen yang paling berkesan yaitu ketika Thawaf Wada’ dan Pamit sama Rasulullah Saw.
Thawaf Wada’
Sangat terharu sekali. Menangis tak tertahankan saat melakukan thawaf wada’. Sambil berucap, terima kasihku kepada Ilaahi Robbi atas panggilan-Nya ditahun 2024. Semoga ini bukan yang terakhirku berkunjung ke Baitullah yang dirindukan oleh setiap umat Islam seluruh dunia. Walaupun umurku sudah 54 tahun, tapi saya yakin dengan ikhtiar dan takdir Allah dari Arrasy-Nya tidak akan memvonis hambanya hanya sekali datang ke Baitullah. Ketika rasa rindu ke Baitullah bergelayut dalam batinnya.
Tawaf wada’ itu menandakan berpisah sementara untuk kembali ke Baitullah dalam ruang dan suasana lain. Tetapi esensinya Allah akan menemui kekasihnya di tempat suci yang dirindukan. Rasa ingin dan ikhtiar insya Allah akan menuntun kami bersama jamaah haji KBIHU An-Nahdlah MWCNU Dukun Gresik untuk kembali ke Rumah Allah.
Mengapa Berat Meninggalkan Kota Makkah?
Sebab Allah berfirman:
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِّلنَّاسِ وَأَمْنًا
“Dan (ingatlah), ketika Kami menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman…” (Al-Baqarah 125).
Kata “Matsabah”, ialah tempat berkumpul. Sedangkan dalam makna lain dalam kamus Arab: موضع يرجع إليه مرة بعد أخرى (قاموس المعاني) kata Matsabah memiliki arti: tempat untuk didatangi kembali, sekali dan seterusnya.
Bisa jadi karena landasan inilah sehingga energi kerinduan seorang Muslim untuk berada di dekat Baitullah sangat besar.
Kendati begitu, ada tugas dan kewajiban yang lain. Seperti Nabi Muhammad, beliau kembali ke Madinah untuk melanjutkan sebuah perjuangan. Kita pun kembali ke Tanah Air Indonesia untuk berkhidmat dan lainnya.
Sekali lagi, semoga bukan kedatangan terakhir ke Kota Suci Mekkah sumber turunnya wahyu kepada Baginda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Amiin..
Pamit Rasullullah
Hal berkesan yang kedua ialah detik-detik akhir kepulangan kita ke Tanah Air Indonesia, yaitu pamit sama Rasulullah Saw.
Dengan khusyu’ dan merenung, betapa agungnya Rasulullah Saw, teramat besar sekali untuk umatnya. tapi belum tentu semua umatnya terbuka pengetahuan tentang Rasul mereka. Hanya sekedar tahu kelahirannya, kisah-kisah selama perjalanan hidupnya, membaca salawat, mengucapkan syahadat dengan nama Rasulullah dan seterusnya.
Saat itu ditempat yang mustajabah didekat maqbaroh Rasulullah Saw untuk mengenal Nabi secara lebih mendalam.
Kita datang ke Madinah dan ziarah ke maqbaroh Rasulullah di penghujung waktu itu untuk pamit dengan Nabi, betapa terharunya hingga tidak bisa terbendung tetesan air mata… ‘Alaika Nabiyullah, ‘alaika yaa Rasulullah, ‘alaika yaa habibullah… Panjenengan benar-benar merindukan umatnya.
Ada sebuah Riwayat:
ﻋﻦ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺃﺑﻰ ﺃﻭﻓﻰ: ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ – ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ – ﻗﺎﻝ ﺇﻧﻰ ﻟﻣﺸﺘﺎﻕ ﺇﻟﻰ ﺇﺧﻮاﻧﻰ ﻓﻘﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄﺎﺏ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺃﻟﺴﻨﺎ ﺇﺧﻮاﻧﻚ ﻗﺎﻝ ﻻ ﺃﻧﺘﻢ ﺃﺻﺤﺎﺑﻰ ﺇﺧﻮاﻧﻰ ﻗﻮﻡ ﺁﻣﻨﻮا ﺑﻰ ﻭﻟﻢ ﻳﺮﻭﻧﻰ
Dari Abdullah bin Aufa bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku rindu pada saudara- saudaraku”. Umar berkata “Bukankah kami saudaramu?” Nabi menjawab: “Bukan. Kalian adalah Sahabatku. Saudaraku adalah orang-orang yang iman kepadaku tapi tidak pernah melihatku,” (HR Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq).
Hadis tersebut diperkuat dengan riwayat lain:
ﻭﺩﺩﺕ ﺃﻧﻲ ﻟﻘﻴﺖ ﺇﺧﻮاﻧﻲ اﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮا ﻭﻟﻢ ﻳﺮﻭﻧﻲ (ﺣﻢ) ﻋﻦ ﺃﻧﺲ.
Nabi bersabda, “Aku menginginkan berjumpa dengan saudara-saudaraku. Yaitu orang-orang yg beriman tapi tidak melihatku”. (Hadist Riwayat Ahmad dari Anas)
Riwayat lain di jelaskan dalam kitab Hujjah Aswaja halaman 72:
من زارنى بعدمماتى فكأنمازارنى فى حياتى
“Barang siapa yg ziarah dimakamku [maqbaroku] sesudah aku meninggal dunia, maka seakan-akan ia ziarah pada diriku pada wàktu hidupku”.
Subhanallah…
Lantas adakah ‘Ziarah Wada’ Makam Nabi?
Ya, ada. Seperti penjelasan salah seorang ulama besar dari mazhab Syafi’i yakni Imam Nawawi 676 H, dijelaskan :
ﻭﺇﺫا ﺃﺭاﺩ اﻟﺨﺮﻭﺝ ﻣﻦ اﻟﻤﺪﻳﻨﺔ ﻭاﻟﺴﻔﺮ اﺳﺘﺤﺐ ﺃﻥ ﻳﻮﺩﻉ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﺑﺮﻛﻌﺘﻴﻦ، ﻭﻳﺪﻋﻮ ﺑﻤﺎ ﺃﺣﺐ ﺛﻢ ﻳﺄﺗﻲ اﻟﻘﺒﺮ ﻓﻴﺴﻠﻢ ﻛﻤﺎ ﺳﻠﻢ ﺃﻭﻻ، ﻭﻳﻌﻴﺪ اﻟﺪﻋﺎء، ﻭﻳﻮﺩﻉ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻳﻘﻮﻝ:
“Jika hendak keluar dari Madinah dan bepergian maka dianjurkan pamitan ke masjid dengan 2 rakaat, berdoa dengan yang ia inginkan. Kemudian mendatangi makam Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Didahului dengan salam, berdoa dan berpamit kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam seraya berdoa:
” اﻟﻠﻬﻢ ﻻ ﺗﺠﻌﻞ ﻫﺬا ﺁﺧﺮ اﻟﻌﻬﺪ ﺑﺤﺮﻡ ﺭﺳﻮﻟﻚ، ﻭﻳﺴﺮ ﻟﻲ اﻟﻌﻮﺩ ﺇﻟﻰ اﻟﺤﺮﻣﻴﻦ ﺳﺒﻴﻼ ﺳﻬﻠﺔ ﺑﻤﻨﻚ ﻭﻓﻀﻠﻚ، ﻭاﺭﺯﻗﻨﻲ اﻟﻌﻔﻮ ﻭاﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭاﻵﺧﺮﺓ، ﻭﺭﺩﻧﺎ ﺳﺎﻟﻤﻴﻦ ﻏﺎﻧﻤﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﻭﻃﺎﻧﻨﺎ ﺁﻣﻨﻴﻦ “.
“Ya Allah jangan jadikan ini sebagai akhir kedatangan ke Kota Mulia Rasul Mu. Mudahkan bagiku kembali ke 2 Tanah Haram dengan kemudahan dari anugerah-Mu. Beri aku rezeki ampunan dan kesehatan di dunia dan akhirat. Kembalikan kami ke negara kami dalam keadaan selamat dan membawa banyak pahala, juga aman”. (Al-Adzkar, 205)
Adapun Hujjah istinbathnya yaitu Sahabat Abdullah bin Umar:
عن اﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﺇﺫا ﺃﺭاﺩ ﺃﻥ ﻳﺨﺮﺝ ﺩﺧﻞ اﻟﻤﺴﺠﺪ ﻓﺼﻠﻰ، ﺛﻢ ﺃﺗﻰ ﻗﺒﺮ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻘﺎﻝ: «اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ، اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﻳﺎ ﺃﺑﺎ ﺑﻜﺮ، اﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻚ ﻳﺎ ﺃﺑﺘﺎﻩ»، ﺛﻢ ﻳﺄﺧﺬ ﻭﺟﻬﻪ ﻭﻛﺎﻥ ﺇﺫا ﻗﺪﻡ ﻣﻦ ﺳﻔﺮ ﻳﻔﻌﻞ ﺫﻟﻚ ﻗﺒﻞ ﺃﻥ ﻳﺪﺧﻞ ﻣﻨﺰﻟﻪ
Dari Ibnu Umar bahwa jika ia hendak keluar (Madinah) maka ia masuk ke masjid, salat 2 rakaat lalu datang ke makam Nabi dan berkata: “Salam untukmu wahai Rasulullah, Abu Bakar dan ayahku”. Lalu berangkat. Jika Ibnu Umar datang dari perjalanan maka ia melakukan hal tersebut sebelum masuk ke rumahnya (Mushanaf Ibni Abi Syaibah)
Inilah dalil bahwa ketika akan meninggalkan Madinah berpamitan ke makam Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Wallahu A’lam.
Terakhir, saya ucapkan terima kasih banyak kepada KBIHU An-Nahdlah MWCNU Dukun wabil khusus Kiai Afif yang luar biasa sumbangsih pelayanan yang terbaik selama kami berada di Mekkah maupun di Madinah. Semoga apa yang panjenengan lakukan menjadi ladang pahala dilipat gandakan Allah Swt, dan semoga KBIHU An Nahdlah MWCNU Dukun semakin maju dengan ridha Allah Swt.
*H. Marwan, salah seorang jamaah haji KBIH An-Nahdlah MWCNU Dukun Gresik 1445 H/2024