GRESIK | NUGres – Perlahan matahari mengurangi terik, sinarnya kian teduh menandai hari telah bergulir menuju waktu sore. Sepasang toa berwarna putih di gerbang lorong perkampungan terdengar bertalu-talu lantunan shalawat diiringi irama hadrah.
“Ayo dibeber klosoe, iki tamu-tamu wis mulai akeh sing teko,” ajakan salah seorang remaja, dilehernya terkalungkan id-card bertulis panitia. NUGres turut ngalap barokah momen Haul ke-100 KH Muhammad Zubair, pada Jumat (25/4/2025) sore, yang dipusatkan di sebuah Langgar (surau) di Kelurahan Pekauman, Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik.
Jamaah berduyun-duyun memenuhi surau yang oleh warga telah familiar menyebut bangunan bersejarah itu dengan Langgar Pondok. Ada pula yang menyebutnya Langgar Kiai Zubair.
Saat berjalan dari arah depan Langgar Pondok menuju ke gerbang samping utara, terlihat bangunan tua. Sebuah bangunan yang dulu merupakan “gudekan” atau istilah jaman sekarang “ndalem”, tempat KH Muhammad Zubair.

Di dalam gudekan berpanggung itu, terlihat beberapa kamar. Seluruh bangunan tua itu tampak dari bilah-bilah papan jati kawak. Daun jendela terlihat dilengkapi besi yang yang berkarat di makan usia.
Sementara sepanjang lorong jalan tersuguh pemandangan anak-anak yang tengah membaca tahlil didampingi oleh ibundanya. Panitia menyambut anak-anak dari sejumlah TPQ membagikan bingkisan jajanan kepada mereka. Semakin sore jumlahnya terus bertambah. Lorong jalan perkampungan di depan lembaga pendidikan bertulis SALAFIYAH itu tumpah, dipenuhi anak-anak.
Di sisi lain, di dalam Langgar Pondok para tokoh pemuka tampak duduk penuh dengan keakraban. Hingga rangkaian acara dibacakan oleh pembagi acara. Tim hadrah Banjari Sirojul Haramain membuka acara dengan lantunan shalawat nabi.
Kemudian pada bagian tawasul fatihah dipimpin oleh KH Umar Toha, ia merupakan sosok tokoh yang dikenal luas sebagai Imam Masjid Jamik Gresik. Dilanjutkan dengan Qiro’atul Qur’an olh Ustadz Khusnul Khuluq. Pembacaan Yasin oleh KH. A. Resa, S.Ag. kemudian tahlil dipimpin oleh kiai sepuh KH. M. Chilmi Sanusi.
Dalam kesempatan sambutan mewakili keluarga KH. M. Zubair disampaikan Dr. H. Muchammad Toha. Ia merupakan tokoh Gresik yang kini menjabat sebagai Kepala Balai Diklat Keagamaan Semarang. Ia mewedar pemaknaan yang dapat dipetik dari sosok Kiai Zubair, Mustasyar PBNU yang pertama dari Gresik, di masa Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari sebagai Rais Akbar Nahdlatul Ulama.
Dalam pemaparan manakib singkat, Kiai Toha mengajak para hadirin majelis haul untuk bersama-sama meneladani dan menapak tilas bagaimana KH M. Zubair. Menurutnya, Mbah Kiai Zubair ialah tokoh yang luar biasa, sebab dalam sejarah hidupnnya sudah belajar ke Mekkah. Perjalanan yang tidak mudah di zaman dahulu.

“Jaman sekarang memang dekat ke Mekkah itu, naik pesawat hitungan jam sudah sampai. Jaman dulu naik kapal. Kalau berangkat dari Gresik ke Tanjung Perak naik perahu. Lalu naik kapal menuju Palembang, kemudian transit kedua ke Banda Aceh. Di sana, jaman dulu ada tempat karantina jamaah haji, ‘gudek-gudekan’ (bangunan/pemondokan) hingga saat ini masih ada bangunannya. Lalu dari Banda Aceh melanjutkan perjalanan selama berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Bergantung pada penguasaan kapal dengan gelombang laut menuju ke Jeddah. Kok saya tahu? Karena saya pernah menapak tilasi perjalanan haji,” kisah pria yang lebih akrab disapa Doktor Toha.
Dengan suasana dan keadaan saat itu, A’wan PCNU Gresik itu lantas mengajak hadirin merenungkan secara mendalam, bagaimana perjalanan Mbah Kiai Zubair yang berangkat haji dengan kesungguhannya. Mulai dari persiapannya secara ekonomi, kekuatan niat untuk belajar, hingga landasan ilmu penunjang guna bertahan di tanah suci, yaitu penguasaan bahasa Arab.
Selain memaknai kisah perjalanan hidup Kiai Zubair, Doktor Toha juga dengan kesempatan yang singkat itu, mengajak jamaah Haul 100 tahun wafatnya KH Zubair untuk melanjutkan perjuangannya, salah satu cara yaitu dengan memperkuat ukhuwah Islamiah dan menjauhi dari pertikaian.
Selanjutnya pembacaan doa secara berurutan dimulai secara tertib dari KH. Khoirul Anam Rissa (Rais Syuriyah MWCNU GRESIK), KH. Muhammad Ala’uddin (Pengasuh PP Qomaruddin Bungah), KH. Muhammad bin Idris (Masyayikh Manyar), dan sebagai pemungkas doa oleh KH. Umar Toha.
NUGres juga mewawancarai tokoh yang juga termasuk keturunan almaghfurlah KH Muhammad Zubair, yakni KH Chisni Umar Burhan. Kiai Chisni bilang bahwa Kiai Zubair berasal dari Morodemak Jawa Tengah yang diambil menantu oleh warga Gresik.
“Bertahun-tahun Kiai Zubair (mulang ngaji) di Gresik. Murid-muridnya hingga dari luar kota Gresik. Tahun depan mudah-mudahan kita bisa menyuguhkan biografi Kiai Zubair,” tutur Kiai Chisni, yang juga merupakan Musytasyar PCNU Gresik.
Usai tahlil putra, kegiatan malam hari selepas Isya’ dilanjutkan dengan tahlil putri. Untuk diketahui warga Pekauman melaksanakan Haul KH Zubair setiap Jum’at terakhir di Bulan Syawal. Sedangkan pada Haul ke 100 KH M. Zubair, warga juga menginisiasi bazar di komplek Langgar Pondok secara terpisah dari rangkaian acara utama selama dua hari yang diisi dengan khatmil Qur’an, Ziarah Makam, Tahlil Putra dan Anak-anak, serta Tahlil Putri.
Editor: Chidir Amirullah