TOKOH | NUGres – Melalui Tugu Manyar Gresik yang akan dipindahkan sebagai median jalan usai terdampak pelebaran jalan nasional, pada berita sebelumnya; Kisah Sebotol Air yang Ditanam Kiai Sahlan Warnai Proses Pemindahan Tugu Manyar Gresik, terungkap nama Ulama Gresik di wilayah Manyar bernama Kiai Sahlan.
Siapakah Sebenarnya Kiai Sahlan Manyar?
Sejarah atau manakib Kiai Sahlan ini pernah ditulis oleh salah seorang penggiat Lesbumi (Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia) MWCNU (Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama) Manyar Gresik, Ishomul Yaqin.
Bahkan, tulisan dalam blog artikel Ishomul Yaqin juga menampilkan beberapa gambar Kiai Sahlan. Terlampir foto Kiai Sahlan saat memimpin salat jamaah. Juga Makam Kiai Sahlan. Hanya saja, potret Kiai Sahlan yang ditampilkan sebagai gambar blog tersebut kurang cukup jelas terlihat.
Berikut ini ulasan sejarah atau manakib Kiai Sahlan Manyar menurut Ishomul Yaqin, dikutip NUGres, Jumat (14/7/2023), dari blog yang dikembangkannya.
Silsilah Kiai Sahlan Manyar
Kiai Sahlan lahir sekitar tahun 1901 Masehi atau 1319 Hijriah di Leran Manyar Gresik. Ayahnya bernama Sholech bin Husain bin Seno bin Jomi bin Jim. Bila silsilahnya dirunut ke atas, ia termasuk keturunan Kanjeng Sunan Giri, Sunan Dalem, Sunan Prapen, Panembahan Kawis Guo yang makamnya terletak di area makam Sunan Prapen, di Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.
Ibu Kiai Sahlan bernama Muslihah binti Umu Kultsum binti Aslam bin Abu Bakar bin Umar, yang kalau dirunut ke atas nasab Kiai Sahlan ini sampai pada Abdullah Al Khotib. Sedangkan, Abdullah Al Khotib adalah salah seorang ulama Hadramaut, Yaman Selatan.
Silsilah Kiai Sahlan ini didapatkan Ishomul Yaqin dari sejumlah keterangan. Salah satunya, menyebutkan sumber silsilah itu ia dapatkan dari keterangan KH Ali Hasan Ahmad, seorang alim yang memiliki minat menelisik silsilah beberapa ulama Islam Nusantara.
Peran Kiai Sahlan di Manyar Gresik
Menurut tulisan Ishomul Yaqin, Kiai Sahlan mendirikan sebuah langgar bernama Langgar Sahliyah. Surau itu terletak di utara Masjid Jami’ Manyar Gresik. Kala itu, fungsi langgar selain menjadi tempat salat, juga menjadi tempat Kiai Sahlan untuk mengajar masyarakat ngaji Al Qur’an dan Fikih.
Walau di usia yang masih sangat muda, yakni 18 tahun, Kiai Sahlan sudah mengajar ngaji dan juga mengenalkan masyarakat Manyar tentang ilmu fikih. Sedangkan dalam proses mengajak masyarakat untuk berbuat baik (amar ma’ruf), beribadah sesuai ajaran islam Ahlussunnah wal jamaah—Kiai Sahlan selalu mengedepankan tata krama dan akhlak yang baik.
Dalam proses memberikan bimbingan keagamaan Kiai Sahlan tidak menggunakan cara kekerasan dalam syiarnya. Bukan karena ia penakut atau tidak tegas, akan tetapi ia meletakkan prinsip bila masyarakat melakukan suatu kemaksiatan itu karena ketidaktahuan atau awamnya ilmu agama, dan belum mendapatkan hidayah Allah SWT.
Sementara Ishomul Yaqin juga menuliskan bila terdapat keunikan pada penampilan Kiai Sahlan. Ia selalu mengenakan udeng di kepalanya. Udeng jowo batik sebagai ciri khas beliau, kalau dipakai seperti blangkon.
Di sela-sela dakwah, Kiai Sahlan Manyar juga tetap berdagang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Ia pernah berdagang barang perkakas masak dari tanah liat seperti; dandang, kemaron, kendi, sapu dan lainnya. Tak hanya itu, Kiai Sahlan juga pernah menggembala kambing dan membudidayakan bebek. Disamping itu, Kiai Sahlan juga menjadi naip desa dan tukang khitan.
Kiai Sahlan dan Laskar Hizbullah
Di tengah kesibukannya berdakwah di Manyar, tepatnya Oktober 1945, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari mengeluarkan fatwa untuk berjihad mempertahankan NKRI dengan mengusir para penjajah. Maklumat ini kemudian dikenal dengan Resolusi Jihad.
Warga Nahdlatul Ulama pun menyambut dengan semangat maklumat Hadratussyaikh KH untuk berjihad dengan membentuk Laskar Hizbullah yang dikomandani oleh KH Wahab Hasbullah.
Kiai Sahlan memimpin milisi perang mengusir penjajah melalui Hizbullah di wilayah Manyar. Ia tanpa henti mengobarkan semangat jihad di kalangan warga Manyar Gresik.
Sehingga tahun 1948 sempat akan ditangkap oleh pasukan Pemerintahan Hindia Belanda atau NICA. Ia bahkan sempat mengungsi ke Tuban, tepatnya di daerah Nguruan Kecamatan Soko Kabupaten Tuban, bersama anak-anak dan istri beliau.
Dalam masa pengungsiannya, Kiai Sahlan diuji oleh Allah SWT. Salah seorang putranya bernama Muhammad Rozi meninggal. Penyebabnya, terkena wabah penyakit (Pagebluk).
Keturunan Kiai Sahlan
Kiai Sahlan mempunyai sebelas putra dan putri dari pernikahannya dengan Nyai Zainah. Nyai Zainah sendiri merupakan keturunan dari Kiai Qomaruddin Sampurnan Bungah Gresik. Secara berurutan Nyai Zainah putri dari Kiai Rozi putra dari Maryam putri dari Rosiyah putri dari Kiai Harun putra dari Kiai Qomaruddin. Sedangkan Nyai Zainah dipersunting oleh Kiai Sahlan Manyar pada tahun 1920.
Duka bertubi-tubi dirasakan oleh Kiai Sahlan dan Nyai Zainah. Pasalnya putra-putrinya meninggal pada waktu kecil dan perjaka. Kecuali Kiai Ahmad Zahid, Kiai Abdul Wahhab, dan KH Muhammad Idris. Ketiga putranya inilah yang meneruskan perjuangan Kiai Sahlan.
Putra-putri Kiai Sahlan
1. Achmad Zahid,
2. Abdul Wahhab,
3. Amin,
4. Zarkasi,
5. Dimyathi,
6. Jabar,
7. Jabir,
8. Muhammad idris,
9. Zakariya,
10. Maryam, dan
11. Ahmad rozi.
Karomah Kiai Sahlan
Diceritakan Ishomul Yaqin, suatu waktu Manyar pernah dilanda banjir besar. Namun, sebelum banjir ini datang, Kiai Sahlan kerap memborong bambu. Bahkan setiap ada orang yang melintas (ider) menjual bambu, Kiai Sahlan membelinya. Para santrinya heran, gumam mereka tak terbendung dengan sejuta tanya yang berkecambah.
“Kiai Lan, tuku ori akeh iki digawe opo?”, Pertanyaan seperti itu hanya memusar dalam percakapan para santri dan sahabat-sahabat Kiai Sahlan. Tidak satu pun berani bertanya. Malah masih dalam posisi memendam keheranan dan penasaran membuncah itu, para santri diminta untuk merakit bambu yang telah ia beli menjadi rakit (gethek).
Berselang beberapa hari setelah pembuatan rakit tersebut, ternyata banjir besar datang dan gethek sebagai alat transportasi Kiai Sahlan dari rumah ke masjid untuk menjadi imam jamaah salat lima waktu. Cerita kewaskitaan Kiai Sahlan ini ditulis Ishomul Yaqin melalui penuturan salah satu santri Kiai Sahlan.
Wafatnya Kiai Sahlan
Pada malam Selasa Pon malam 20 di bulan Jumadil Akhir 1389 Hijriah bertepatan dengan tanggal 2 september 1969 Masehi, di malam itu setelah jamaah maghrib, Kiai Sahlan langsung turun dan pulang ke ndalem. Tentu saja membuat para santri dan sahabat-sahabat beliau keheranan karna tidak biasa Kiai Sahlan pulang selepasa jamaah maghrib.
Sebab, kebiasan Kiai Sahlan nyambung sampai salat Isya’. Ketika beliau sampai rumah, Nyai Zainah istri beliau juga keheranan dan bertanya “Dengaren njenengan kok mantuk awal? (Kok tidak biasa pulang lebih awal) beliau Kyai Sahlan langsung menjawab; “كل نفس ذائقةالموت”.
Kemudian Kiai Sahlan mandi dan berganti sarung putih seraya minta untuk memanggil putra-putranya. Dan minta untuk berbaring menghadap kiblat. Di penghujung mangkatnya, Kiai Sahlan Manyar bahkan sempat membaca Surat Al Ikhlas 100 kali, kemudian para putranya, sahabat, dan santri-santrinya membacakan Surat Yaasin. Dan sekira pukul 19.30 WIB, Kiai Sahlan dipanggil oleh Allah SWT.
Dikutip dari : https://indahnya-gresik.blogspot.com/2020/02/manaqib-singkat-kyai-sahlan-manyar.html?m=1