BUNGAH | NUGres — Hujan deras tidak menyurutkan semangat puluhan santri dari berbagai kalangan untuk mengikuti Majelis Ya Kafi perdana di Fakultas Kopi, Ahad (9/4/2023) malam.
Sebagai ajang “Ngaji Ngopi Poro Santri”, Majelis Ya Kafi adalah wadah bagi para santri dan masyarakat ‘ahlul kohwa’ untuk berdiskusi dengan santai perihal kajian sosial, budaya, dan keagamaan khas pesantren. Tentunya sambil ditemani secangkir kopi. Digawangi oleh Ma’had Al-Jamiah dan didukung oleh Lesbumi PCNU Gresik, Lesbumi MWCNU Bungah serta Fakultas Kopi, edisi perdana Majelis Ya Kafi kali ini membahas perihal Rotibul Hadad.
Kepala Pusat Studi Alquran dan Hadist Ma’had Al-Jamiah Universitas Qomaruddin, Hasan Mahfudz mengatakan alasan pengambilan tema Rotibul Hadad itu karena banyak yang mengamalkan tapi sedikit sekali yang tahu makna dan sejarahnya.
“Di Sampurnan sendiri, KH. Sholeh Tsani menulis Rotibul Hadad pada tahun 1282 H. Ini menarik, karena ternyata sudah lama ada. Jadi bukan barang baru,” kata Hasan Mahfudz, yang juga menjadi Ketua Aswaja Center MWCNU Bungah.
Dalam penjelasannya, Ketua Lesbumi MWCNU Bungah, Ki Wasil Amin mengatakan bahwa menurut catatan manuskrip, ada dua kemungkinan kapan Rotibul Hadad itu ditulis oleh KH. Sholeh Tsani, yaitu pada saat masih nyantri di Pamekasan, atau setelah pulang dari Pamekasan dan menetap di Sampurnan.
“Dalam catatan manuskrip disebutkan, bahwa Mbah Sholeh Ngaji ing Kedung Meduro Sidoarjo, 1275 H. Beliau menikah 1280 H bulan Jumadil Akhir. “Aku ono Mekasan Muharrom 1281″. Jadi Kemungkinan naskah itu ditulis di saat di Pamekasan atau setelah itu, saat mendito di Qomaruddin,” kata Ki Wasil.
Sementara itu, salah satu Majelis Kebudayaan Lesbumi PCNU Gresik, Kiai Mudhofar Usman mengatakan amaliyah membaca Rotibul Hadad di Sampurnan sudah dimulai sejak zaman KH. Ismail.
“Yang pasti, menurut ayah saya, dan ayah saya dari Mbah saya, yang itu sezaman dengan Mbah Ismail, mengatakan sudah rutin ada pembacaan Rotibul Hadad di Sampurnan. Kalau sebelum itu, zaman Mbah Sholeh, Wallahu a’lam. Tapi bisa jadi,” tutur Kiai Mudhofar.
Selain itu, Kiai Mudhofar juga menjelaskan bahwa Rotibul Hadad pada intinya adalah bertujuan untuk mengingat Allah, berzikir, dan meminta kepada Allah agar diselamatkan dari celaka para orang-orang dholim.
“Jadi, Rotibul Hadad tidak menjurus kesaktian. Paling tinggi minta perlindungan dari serangan. Rotib ini tidak untuk yang ‘keras-keras’. Doanya, insyaallah dapat mati Husnul khatimah. Taqorrub ilallah. Selamat dari bahaya,” tambah Kiai Mudhofar, yang juga merupakan Kepala Pusat Studi Masyarakat dan Pesantren Ma’had Al-Jamiah UQ.
Dalam kesempatan itu, Kiai Mudhofar mengkaji satu per satu makna dari bacaan Rotibul Hadad. Lengkap. Mulai dari pembukaan hingga penutupan, hingga versi-versi tambahan di beberapa wilayah.
Ia juga menceritakan sejarah Rotibul Hadad, bahwa Rotibul Hadad tersebut disusun pada Lailatul Qadar.
“Pembacaan juga dilaksanakan pertama kali pada malam Jumat tanggal 27 atau 28 Ramadan, setelah Isya, kalau menurut kitab Syarah yang saya bawa ini. Tapi ada juga yang sebelum Isya. Tidak apa-apa, tidak masalah,” tuturnya.
Untuk diketahui, hadir juga dalam acara tersebut Mudir Ma’had Al-Jamiah Kiai Alimin, Owner Fakultas Kopi, Syamsud Dluha, serta beberapa perwakilan dari Lesbumi PCNU Gresik, Pengurus PMII Komisariat UQ, dan ‘mahasiswa’ Fakultas Kopi.