BUNGAH | NUGres – Pertemuan kedua Lailatul Kopdar di tengah bulan Ramadan 1446 Hijriah kembali berlangsung gayeng, dengan Qori’ membahas pentingnya musyawarah dan adab dalam bermusyawarah.
Digelar pada Senin (3/2/2025), program kolaborasi antar Lembaga dan Badan Otonom Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bungah itu menghadirkan Qori’ Ketua Rijalul Ansor Bungah, Gus Ihsanul Kirom. Sekitar 60 nahdliyin hadir khidmat menyimak dan memaknai kitab yang sudah disiapkan panitia.
Dimoderatori oleh Alek Salim, Gus Kirom menjelaskan dua ‘maqolah’ dari Sang Pendiri NU yang tertuang dalam kitab Al-Misku Al-Faih. Pertama, tentang janji ‘kita’ kepada Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, bahwa kita harus berjanji pada beliau dalam tiga hal. Maqolah itu disampaikan dalam acara Muktamar NU ke-12 tahun 1356 H tanggal 12 Rabi’uts Tsani di Malang.
Ketiga janji itu adalah; 1) kita berjanji harus selalu berpedoman pada Al Qur’an; 2) kita berjanji harus selalu berdoman kepada hadits Nabi. Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari juga menjelaskan beberapa fungsi hadits diantara sebagai penguat Ayat Al-Qur’an, penjelas ayat Al Qur’an yang bersifat global, menjelaskan hukum yang tertuang dalam Al Qur’an, dan menjadi pengganti hukum yang ada dalam Al Qur’an (Naskh Mansukh); dan 3) kita berjanji untuk selalu mengikuti jalan para ulama’ salaf.
“Dalam hal ini, Hadratussyekh Hasyim Asy’ari menuturkan bahwa para ulama’ salaf-lah yang menjadi jembatan kita dalam memahami Al Quran dan hadits,” terang Gus Kirom.
Gus Kirom juga mengingatkan kita agar tidak mengikuti aliran yang menafikan para salafus shalih yang memiliki jargon ‘marilah kita kembali kepada Al Quran dan Sunnah’.
“Meraka merasa diri mereka mampu memahami sendiri Al Qur’an dan hadits tanpa para ulama salaf, mengikuti mereka sama saja dengan mengingkari janji kita kepada Hadrotus Syekh Hasyim Asy’ari,” imbuh Gus Kirom.
Maqolah kedua adalah tentang bermusyawarah dan selalu beradab dalam bermusyawarah. Maqolah Hadrotus Syekh Hasyim Asy’ari ini disampaikan beliau dalam sebuah mauidhoh muktamar kedua di Surabaya yang bertepatan pada tanggal 14 Rabiul Awwal tahun 1346 H / 1927 M.
Dalam mauidhoh tersebut Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari menyampaikan 2 pesan kepada kita. Pertama, yaitu Taqwallah atau kita disuruh bertakwa kepada Allah. Gus Kirom menjelaskan tentang ciri atau karakter orang yang bertakwa, yaitu adalah orang yang selalu tenang terhadap apa yang sudah ditetapkan oleh Allah. Gus Kirom mengibaratkan ketenangan orang yang bertakwa seperti tenang seorang bayi yang menyusu kepada ibunya.
Kedua, kita diminta agar selalu bermusyawarah. Hadratussyaikh mengutip ucapan dari Imam Hasan Basri: “tidaklah sebuah kaum melakukan musyawarah kecuali mereka mendapat petunjuk yang menjadi kebaikan untuk mereka.”.
Setelah selesai kajian, Lailatul Kopdar dilanjutkan dengan tadarus secara bergantian para kader NU membaca dan menyimak Al Qur’an.
Disiarkan secara live streaming di kanal YouTube MWCNU Bungah, Lailatul Kopdar juga menjadi ruang bagi para kader untuk belajar dan menambah wawasan tentang keislaman, khususnya Ahlussunnah wal Jamaah.
Selain sebagai upaya menghidupkan malam-malam mulia bulan suci Ramadan, Lailatul Kopdar adalah sebuah kegiatan kajian ilmu yang bertujuan untuk mempererat hubungan warga Nahdliyyin yang berada dalam naungan MWCNU Bungah.
Hadir dalam Majelis tersebut diantaranya: PR IPNU IPPNU Mojopuro Gede, PK Mamba’ul Ulum Mojopuro Gede, PR IPNU-IPPNU Sidomukti, PAC IPNU IPPNU Bungah, PR GP Ansor Mojopuro Gede, PR Fatayat NU Sidomukti, PAC GP Ansor Bungah, PR Fatayat NU Mojopuro Gede, PAC Fatayat NU Bungah.
Penulis: Durotun Nafisah Abidin
Editor: Maghfur Munif