BUNGAH | NUGres — Malam Minggu Wage bertepatan 26 Muharram 1445 Hijriah atau bertepatan 12 Agustus 2023, jajaran keluarga besar Pengurus Majelis Wakil Nahdlatul Ulama (MWCNU) Bungah, menggelar Lailatul Ijitima’ dengan tuan rumah Pondok Pesantren Al-Ishlah Bungah, Gresik.
Menariknya, Lailatul Ijtima’ MWCNU Bungah dimulai dengan menjalankan ibadah salat ghaib. Para jamaah yang hadir diajak salat gaib untuk seluruh Muassis NU dan Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia di wilayah Bungah. Ini dilakukan lantaran Lailatul Ijtima’ MWCNU Bungah mendekati puncak peringatan HUT RI 78 pada 17 Agustus.
Salat ghaib secara berjamaah dipimpin oleh KH. Suratin Abbas yang merupakan Kiai Sepuh sekaligus Wakil Rais Syuriah MWCNU Bungah. Tak hanya itu, Kiai Suratin juga merupakan Ketua MUI Kecamatan Bungah.
Usai menjalankan salat gaib secara berjamaah, kegiatan disambung dengan istighasah yang dipimpin oleh Wakil Rais Syuriyah MWCNU Bungah, KH. Fathan Anwari.
Memasuki acara inti Lailatul Ijtima’ Katib Syuriyah MWCNU Bungah, Ir. KH. Hamdan dalam sambutan pembuka menyampaikan, kalau Lailatul ijtima’ pada kesempatan kali ini sangat istimewa.
Pasalnya, kata Pak Hamdan sapaan akrabnya, majelis rutinan bagi warga NU ini digelar di pesantren yang diasuh oleh dua sosok Rais Syuriyah MWCNU Bungah. Yakni, KH. Ahmad Thohawi Hadin pada periode sekarang, dan almaghfurlah KH. Ahmad Maimun Adnan yang dijelaskannya merupakan Rais Syuriyah MWCNU Bungah pada periode sebelumnya.
“Penting bagi kita sebagai warga Nahdlatul Ulama khususnya yang berada di Bungah untuk meneladani sikap dari sosok KH. Ahmad Maimun Adnan. Salah satunya, beliau dalam mengemban amanat kepengurusan tidak pernah mendahulukan kepentingan pribadi. Kiai Mun selalu mengutamakan kepentingan bersama dan kepentingan NU,” kisahnya.
Memasuki acara inti Lailatul ijtima’, Ketua MWCNU Bungah KH Muhammad Alauddin menyampaikan salah satu keunggulan Nahdlatul Ulama. Menurutnya, NU tidak pernah ada kekurangan anggota. Karena, lanjut dia, meski masa jabatannya telah habis, tetap dianggap sebagai anggota NU.
Kiai Alauddin juga menyinggung perihal ibadah haji. Ia berpesan bahwa status haji yang telah melekat bagi yang telah melaksanakannya beberapa waktu lalu, bukan untuk disombongkan.
“Sebagai warga Nahdhiyyin, kita tidak boleh menyombongkan status Haji yang sudah kita dapatkan. Memang sulit karena haji termasuk ibadah yang dhohir, tidak bisa dirahasiakan, tapi kita tetap harus rendah rendah diri,” wejang Pemangku Pondok Pesantren Qomaruddin Gresik ini.
Ditambahkannya, bila ibadah haji juga merupakan ibadah yang bersifat sakral dan prosesnya pun penuh dengan misteri.
“Tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan berkunjung ke tanah haram guna melakukan haji. Sekalipun orang kaya maupun pejabat, belum tentu bisa berangkat,” sambungnya.
Namun untuk menembus misteri itu, Kiai Alauddin menganjurkan kepada warga Nahdlatul Ulama agar berikhtiar untuk menjalankan rukun Islam yang kelima tersebut.
“Sebagai warga NU kita kita tetap harus berusaha untuk haji, tidak boleh karena meyakini hal demikian murni takdir tuhan, kita sebagai muslim tidak berupaya sama sekali” Tutup beliau.
Sebagai informasi, Lailatul Ijtima’ MWCNU Bungah di Ponpes Al Ishlah ini juga dihadiri oleh Kapolsek Bungah, Danramil Bungah, Badan otonom NU di Bungah antara lain; Fatayat NU, Muslimat NU, IPNU IPPNU, dan beberapa tokoh masyarakat se-Kecamatan Bungah.