CERME | NUGres – MWCNU Cerme kembali menggelar Lailatul Ijtima’ pada Kamis (22/08/2024) di Masjid Mustajab Exit Tol Cerme yang juga dibarengkan dengan pengukuhan pengurus LTM MWCNU Cerme dan pengajian rutin.
Tampak hadir Wakil Ketua PCNU Gresik Drs H Saiful Kirom MM beserta para pengurus MWCNU Cerme, baik dari jajaran mustasyar, syuriyah, maupun tanfidziyah. Para pengurus lembaga, banom, dan ranting pun ikut memeriahkan acara ini.
Setelah istighotsah dan tahlil yang dipimpin Ketua Lembaga Dakwah MWCNU Cerme Ust. H. Abdul Mujib terlaksana, acara dilanjutkan dengan shalawat Nabi bil qiyam dan pengukuhan pengurus LTM MWCNU Cerme dengan dipandu oleh KH Arsyad Jauhari yang berlangsung khidmat.
Dalam sambutan pertama Ketua Tanfidziyah MWCNU Cerme Ustadz Masidi menghaturkan terima kasih kepada shohibul wilayah H Mustajab dan Ustadz Kholiq selaku ketua takmir masjid yang telah memfasilitasi pelaksanaan Lailatul Ijtima’ malam ini.
Ustadz Masidi juga menghaturkan terima kasih kepada para jamaah yang istiqomah hadir dalam Lailatul Ijtima’ selama ini.
Selanjutnya, disampaikan bila masa khidmah pengurus MWCNU Cerme akan segera berakhir. Ia pun mempersilakan kepada para jamaah untuk mengajukan diri agar bisa berkhidmah dalam struktural MWCNU Cerme.
Setelah LTM MWCNU dikukuhkan, dirinya berharap terjadinya kolaborasi antara lembaga ini dengan lembaga lainnya, khususnya dengan LDNU demi memudahkan pelaksanaan Lailatul Ijtima’ di masjid-masjid ranting NU di Cerme.
Mengakhiri sambutan, ia menyosialisasikan dua agenda MWCNU Cerme, yakni PD PKPNU yang akan dilaksanakan pada 31 Agustus – 1 September 2024 di YPI Darussalam dan ziarah para muassis NU yang akan diselenggarakan pada 8 september 2024.
Sambutan kedua disampaikan H. Saiful Kirom selaku Wakil Ketua PCNU Gresik. Ia merasa senang adanya pengukuhan lembaga baru LTM MWCNU Cerme, meskipun jumlah personilnya sedikit, tetapi diharapkan mau bekerja secara maksimal. H Saiful Kirom juga mengingatkan beberapa tujuan dibentuknya LTMNU.
“Pertama, memakmurkan masjid dengan kegiatan ritual maupun sosial. Yang kedua, menjaga agar masjid-masjid NU tidak dikuasai “minhum”, dan ketiga, mengkonsolidasikan para takmir masjid NU untuk meramaikan masjidnya masing-masing dengan kegiatan ala NU,” ujarnya.
Memuncaki acara pada malam ini KH Arsyad Jauhari mengulas sejarah Islam yang terjadi pada bulan Shafar. Diantaranya adalah bulan ini merupakan bulan keberangkatan Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Dalam bulan ini juga, Rasulullah menikah dengan Siti Khodijah serta menikahkan putrinya Siti Fatimah dengan Ali bin Abu Tholib.
Selanjutnya Kiai Arsyad juga mengisahkan tentang perjuangan yang seakan tidak masuk akal tetapi akhirnya membuahkan hasil yang gemilang, yakni kisah Usamah bin Zaid bin Haritsah yang diutus sebagai panglima perang untuk melawan pasukan Romawi ketika masih berusia 18 tahun.
Pada awalnya, tutur Kiai Arsyad, beberapa sahabat meragukan kemampuan Usamah ini. Tetapi sesuai arahan Nabi akhirnya Usamah mampu memenangkan perang tersebut. Bahkan tanpa seorang muslim pun yang gugur.
Dan sesuatu yang seakan tidak masuk akal ini mirip dengan perjuangan bangsa indonesia, seperti perjuangan Pangeran Diponegoro yang membuat kas negara Belanda hampir habis.
Kiai Arsyad juga berkisah tentang Panglima Sudirman yang dalam sebuah rapat dengan Presiden Soekarno mengenai strategi melawan agresi militer Belanda dengan menyatakan dengan dengan tegas agar berkonsultasi dengan KH Hasyim Asy’ari, yang pada akhirnya melahirkan Resolusi Jihad.
Di akhir wejangannya, Kiai Arsyad berpesan kepada para jamaah. “Nderek ulama kersane uripe dunung. Agar kehidupan manusia itu dunung, maka sesuai kitab Al-Hikam, dia harus memenuhi empat hal, yakni ikhlas ketika melakukan ketaatan, segera bertaubat ketika terlanjur melakukan maksiat, bersyukur ketika mendapat nikmat, dan bersabar ketika mendapatkan musibah,” pungkas KH Arsyad Jauhari.
Penulis: Husni Fitriawan
Editor: Chidir Amirullah