GRESIK | NUGres – Nyaris setengah abad lamanya Makhmudin memancangkan niat dan bersetia dalam perjuangan di dunia pendidikan.
Pak Udin, demikian nama sapaan Makhmudin, dikenal luas di lembaga pendidikan wilayah perkotaan Kabupaten Gresik. Ia memberikan kesempatan media ini mencerap kisah dan petuahnya sebagai seorang guru yang terbilang sepuh.
Kisah Pak Makhmudin ini sengaja dihadirkan NUGres sebagai upaya menyemarakkan peringatan Hari Guru Nasional 2024, yang lazim diperingati setiap tanggal 25 November.
Melalui wawancara singkat, diketahui bahwa Pak Udin merupakan salah seorang tenaga pendidik yang lama bergulat dalam kepengurusan Lembaga Pendidikan Ma’arif Nahdlatul Ulama (LP Ma’arif NU) di Gresik.
Selain itu, hingga saat ini Pak Udin juga merupakan pengurus aktif Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Kabupaten Gresik.
Guru sepuh berusia 63 tahun ini berkisah bahwa mengawali perkhidmatan di lembaga pendidikan sejak tahun 1984. Saat itu, mula-mula Pak Udin mengabdi sebagai tenaga pembantu (Staf) Tata Usaha di SMP Mu’allimat NU Gresik.
“Kemudian di tahun 1986 di SMP Mu’allimat NU Gresik saya diberi kesempatan sebagai guru PSPB, kependekan dari Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa,” ungkap Pak Udin kepada NUGres, Rabu (27/11/2024).
Sekitar tahun 1990 diangkat sebagai Wakil Kepala Urusan Kesiswaan sampai tahun 2005. Pada tahun 2006 – 2015 dipercaya sebagai Kepala sekolah selama dua periode. Tahun 2015 hingga sekarang (2024) sebagai Wakil Kepala Urusan Hubungan Masyarakat (Waka Humas) di SMP Muallimat NU Gresik.
Selain mengajar di SMP Mu’allimat NU Gresik di tahun 1986, Pak Udin juga mengajar di Madrasah Aliyah (MA) Maarif Sidomukti Kebomas, Gresik. Di lembaga ini Pak Udin mengajar untuk mata pelajaran Tata Negara, Sosiologi dan Antropogi sampai lebih kurang tahun 1999.
“Di tahun 1989 saya juga mengajar di SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik. Di sekolah ini saya mengajar mata pelajaran Sosiologi dan Antropologi sampai lebih kurang Tahun 2011,” sambungnya.
Tidak hanya di SMA NU 1 Gresik, pada tahun 1992 Pak Udin juga mengajar di SMK NU Gresik. Di sini, awalnya ia mengajar Keterampilan Mengetik, kemudian pelajaran Keterampilan Mengetik ditiadakan dan diganti mengajar Aswaja sampai tahun 2023. Pak Udin berhenti di lembaga ini lantaran pensiun karena telah berusia 62 tahun.
Pak Udin menyampaikan, bila secara praktis dari sederet pengalamannya ini paling lama di SMP Mu’allimat NU Gresik. Di tempat yang menjadi ihwal perkhidmatan dan pengalaman hingga malang melintang di lembaga pendidikan naungan Nahdlatul Ulama.
Konsep Guru Barokah: Mengenggam Tuntunan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari
Pak Udin percaya. Bahkan haqqulyaqin lebih dari 100%, bahwa menjadi seorang guru itu penuh limpahan barokah. Dasar keyakinan atas pengabdian yang telah didedikasikan ini telah berbuah, bahkan melampaui batas-batas nalar serta kemampuan yang dimilikinya.
Salah satu percikan barokah itu, menurutnya ia berhasil menuntaskan pendidikan 6 orang putra-putrinya hingga lulus perguruan tinggi terkemuka. Anak pertamanya lulus dari Akademi Kebidanan, anak kedua lulus dari Unitomo, anak ketiga lulus dari Universitas Trunojoyo, anak keempat lulus dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya (Uinsa), anak kelima lulus D3 Universitas Airlangga (Unair), dan anak keenamnya tengah menempuh kuliah di UPN Surabaya. Pak Udin juga diketahui memiliki dua orang cucu yang mewarnai kebahagiaannya di masa senja.
Bagi Pak Udin, menyalurkan ilmu di lembaga-lembaga pendidikan yang didirikan dengan niatan tulus oleh para pendiri-pendahulunya. Para muassis lembaga pendidikan yang tidak sedikit jumlahnya merupakan para ulama, orang-orang alim sungguh-sungguh memperhatikan nasib generasi bangsa ini dengan mempersiapkan melalui pendidikan, adalah sumber dari keberkahan.
Saat NUGres meminta pesan apa yang ingin disampaikan kepada para guru di lembaga Nahdlatul Ulama, Pak Udin pun dengan senang hati mewedar pesannya.
“Sebagai guru mohon jadilah guru yang ikhlas penuh tanggung jawab sepenuhnya. Jangan dipakai sebagai ajang mencari uang. Carilah uang melalui rezeqi lain semisal sambil berdagang dan usaha lainnya. Insya Allah kebutuhan dalam rumah tangga akan tercukupi, dalam arti jadi guru itu Barokahi,” ungkap Pak Udin.
Selanjutnya, Pak Udin juga menyampaikan bahwa menjadi guru sesuai tuntunan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari, maka akan insya Allah bakal beroleh keberkahan dari Mbah Hasyim.
“Yang saya ketahui, menjadi guru yang sesuai tuntunan Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab Ta’lim muta’allim, di antaranya semangat dan istikamah mengajar dengan mengharap ridho Allah Swt,” tutur guru sepuh, yang semasa mudanya sempat mengenyam pendidikan di Universitas Islam Gresik (UNIG) sebelum akhirnya menjadi STIT Raden Santri.
Lebih lanjut, beberapa hal yang musti dimiliki para guru, kata Pak Udin, antara lain; sabar dan ramah terhadap murid. Mendekatkan kepada hal-hal yang terpuji. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami ketika mengajar.
“Guru juga tidak pilih kasih dengan murid. Perhatian kepada murid yang sering bolos, dan berbicara dengan murid dengan kata-kata yang baik,” tutupnya.
Sebagai seorang guru yang juga warga Nahdliyin di Gresik, Pak Udin juga sangat aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh jamiyyah Nahdlatul Ulama dan juga pesantren-pesantren di Kabupaten Gresik.
Belakangan awak NUGres menyebut bahwa menyaksikan Pak Udin turut menghadiri rangkaian Hari Santri Nasional 2024 PCNU Gresik menggelar Ziarah Muassis NU di Makam Tlogopojok, Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik.
Selain kegiatan tersebut, Pak Udin juga nampak turut menghadiri dan bertabarrukan pada puncak acara Haul ke-126 KH Sholih Tsani dan Masyayikh Pondok Pesantren Qomaruddin Bungah Gresik, beberapa waktu lalu.
Editor: Chidir Amirullah