GRESIK | NUGres – Menjadi seorang pembawa acara bukanlah hal mudah, terlebih jika harus tampil sesuai ekspektasi. Grogi dan takut salah sering kali menjadi bayang-bayang, bahkan bagi mereka yang sudah profesional. Namun, hal ini tidak menghalangi semangat Masbahah, anggota Pimpinan Anak Cabang (PAC) Muslimat NU Sidayu, untuk tampil memukau.
Dalam acara “MWCNU Sidayu Bersholawat” yang digelar pada Sabtu, 18 Januari 2025, di Alun-alun Sidayu, Gresik, Masbahah menunjukkan kemampuannya. Sebagai seorang pendidik di MI Muttabiul Huda Petiyin Wadeng, ia sukses memandu acara dengan rapi dan penuh khidmat, meski tantangan dalam mengemas acara bernuansa Nahdlatul Ulama tidaklah mudah.
Acara yang digelar untuk memeriahkan Hari Lahir Nahdlatul Ulama ke-102 tersebut melibatkan rangkaian kegiatan, mulai dari pembukaan, sambutan, pelantikan Pengurus Ranting NU se-Wakil Cabang NU Sidayu, hingga puncaknya, bersholawat bersama. Dengan tenang, Masbahah memandu jalannya acara di hadapan ribuan peserta yang terdiri dari masyarakat, pengurus NU, serta tamu undangan.
Seni Merangkai Kata
Di usianya yang ke-44 tahun, Masbahah—yang akrab disapa Bu Baha—mampu memikat audiens dengan narasi yang indah. Ia menyisipkan kata-kata mutiara yang relevan pada setiap segmen acara. Baginya, tugas seorang MC bukan hanya membacakan susunan acara, tetapi juga menciptakan suasana yang mengalir dan berkesan.
“Untuk bisa nge-MC dengan khidmat, kita harus senang membaca buku, menulis draft, percaya diri, dan menjaga adab. Selain itu, memahami alur acara, membangun komunikasi dengan panitia, serta konsentrasi penuh juga sangat penting,” ungkap Bu Baha saat diwawancarai pada Rabu (22/1/2025).
Ia juga memiliki prinsip unik saat bertugas. “Ketika nge-MC, saya tidak makan apa pun, hanya minum. Konsentrasi harus dijaga agar acara berjalan lancar,” tambah ibu tiga anak ini.
Berawal dari IPPNU
Meskipun jarang menjadi MC, pengalaman Bu Baha dimulai sejak masa mudanya di Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU). Saat itu, ia sering ditugaskan memegang mikrofon, bahkan melantunkan qiroah. Pengalaman tersebut menjadi dasar yang memperkuat kepercayaan dirinya hingga kini.
“Saya mulai aktif di IPPNU. Sering ngemce sekaligus qiroah dan sholawat. Dari situ, saya belajar banyak,” kenang istri Saikhuddin, S.Pd.I., yang juga pernah nyantri di Ihyaul Ulum Dukun, Gresik.
MC dengan Niat Menolong
Bu Baha juga dikenal rendah hati. Ia kerap menerima tugas sebagai MC secara mendadak tanpa banyak syarat. “Niat saya bukan cari uang, tapi membantu yang membutuhkan,” tuturnya. Bahkan, ketika diberi amplop honor, ia sering mengembalikannya.
“Saya biasanya bilang, Kulo nyumbang, tak balikno maneh amplope. Itu prinsip saya,” ujar alumni Universitas Qomaruddin Bungah ini.
Kunci Kesuksesan
Baginya, seorang MC tidak hanya harus menguasai panggung, tetapi juga memiliki hati yang tulus. “Yang penting, jangan punya penyakit AIDHTS: Angkuh, Iri, Dengki, Hasud, Tamak, dan Sombong. Itu kunci utama,” tegasnya.
Dengan prinsip yang dipegang teguh, Bu Baha telah menunjukkan bahwa tugas seorang MC bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga soal keikhlasan dan khidmat. Untuk diketahui acara MWCNU Sidayu dapat dilihat kembali di channel YouTube Ansor Sidayu.
Editor Chidir Amirullah