GRESIK | NUGres – Jelang malam Asyura momentum 10 Muharram 1445 Hijirah, dimulai pada Kamis malam 27 Juli 2023, Ketua Cabang Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor (MDS RA) Gresik, Gus H. M. Ata Syifa’ Nugraha mewedar kronik atau rangkaian peristiwa yang terjadi dalam momentum tersebut.
Pengampu pengajian rutin kitab Idhatun Nasyi’in sebulan sekali di Kantor PCNU Gresik ini menguraikan, sederet peristiwa penting utusan Allah swt., yakni para Nabi dan Rasul yang berkaitan dengan momentum Asyura.
“Di antaranya taubat Nabi Adam as diterima pada hari itu (Asyura) dan ia diciptakan pada hari itu kemudian dimasukkan ke dalam surga. Tak hanya itu, pada hari itu pula Allah swt menciptakan Arsy, Al-Kursiy, lapisan-lapisan langit dan bumi, matahari, bulan, bintang-bintang dan surga,” terangnya.
Lebih lanjut, ia menuturkan, bila keutamaan Asyura telah diulas dalam karya Imam Al Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub, di antaranya sebagai berikut;
- Pada hari itu Nabi Ibrahim as dilahirkan dan selamat dari api,
- Pada hari itu terjadi keselamatan Nabi Musa as bersama pengikutnya dan Fir’aun ditenggelamkan bersama para pengikutnya,
- Pada hari itu Nabi Isa as. dilahirkan, pada hari itu ia diangkat ke langit,
- Pada hari itu Nabi Idris as. diangkat ke tempat yang tinggi,
- Pada hari itu kapal Nabi Nuh as. berlabuh di Gunung Judiy,
- Pada hari itu Nabi Sulaiman as. diberi kerajaan besar.
- Pada hari itu Nabi Yunus as. dikeluarkan dari perut ikan.
- Pada hari itu penglihatan Nabi Ya’qub as. dikembalikan kepadanya,
- Pada hari itu Nabi Yusuf as. dikeluarkan dari sumur.
- Pada hari itu bencana Nabi Ayyub as. dihilangkan, dan,
- Pada hari itu hujan pertama kali diturunkan dari langit ke bumi.
Gus Ata juga menguraikan bila puasa pada hari itu dikenal di antara umat-umat dan Nabi Muhammad saw. berpuasa pada hari itu sebelum hijrah.
Sementara ketika Nabi Muhammad saw. masuk Madinah, beliau menegaskan permintaannya untuk berpuasa pada hari itu hingga Nabi SAW berkata pada akhir umurnya yang mulia: “Jika aku hidup sampai tahun yang akan datang, aku akan berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh”
Nabi SAW bersabda: “Berpuasalah kalian sehari sebelumnya, dan sehari sesudahnya dan bedakanlah dari kebiasaan kaum Yahudi.” Yakni jangan hanya berpuasa pada hari Asyura.
Diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Syu’abul Iman: “Barangsiapa memberi kelapangan dalam nafkah kepada anak-anak dan keluarganya pada hari Asyura, maka Allah memberinya kelapangan dalam rezeki kepadanya dalam seluruh tahunnya.”
Ketahuilah, bahwa musibah yang menimpa Al-Husein r.a. pada hari Asyura sesungguhnya adalah kematian syahid yang menunjukkan tambahan kemuliaan dan derajatnya di sisi Allah dan penggolongannya dalam derajat-derajat ahli baitnya yang suci.
Maka barangsiapa yang mengingat musibahnya pada hari itu, tidak boleh menyibukkan diri dengan selain mengucapkan kalimat istirja’ demi mematuhi perintah Allah dan memperoleh pahala yang ditetapkan Allah atasnya dengan firman-Nya: “Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 157).
Janganlah menjalankan bid’ah kaum Rafidhah dan sejenis mereka dengan menjerit, meratap dan menampakkan duka cita, karena perbuatan itu bukan akhlak kaum mukminin. Seandainya perbuatan itu dibolehkan, niscaya hari wafatnya Nabi SAW lebih patut dirayakan seperti itu.
“Maka cukuplah Allah Ta’ala saja sebagai penolong kita semua. Sebab hanyalah Dia sebaik-baik pelindung,” pungkas Gus Atta menutup ulasannya.