Keputusan Sidang Isbat 1 Syawal 1444 H Jatuh Pada 22 April 2023, Ketua Komisi VIII DPR RI Minta Tidak Dipolitisir dan Jadi Debat Kusir

oleh -49 Dilihat
Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas. Foto: Kemenag.go.id/NUGres

GRESIK | NUGres – Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Agama RI telah menggelar Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1444 H, pada Kamis (20/4/2023) malam. Hasilnya, Pemerintah memutuskan Hari Raya Idulfitri 1444 H jatuh pada Sabtu 22 April 2023.

Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, dalam siaran pers usai sidang isbat menghimbau kepada umat Islam agar perbedaan dalam pelaksanaan Idulfitri disikapi dengan mengedapankan toleransi.

“Jika pada hari ini atau mungkin di hari-hari besok ada perbedaan dalam pelaksanaan Idulfitri kami berharap, kita tidak menonjolkan perbedaan. Tetapi kita mencari titik temu dari persamaan-persamaan yang mungkin kita miliki,” kata Menag RI, Yaqut Cholil Qoumas, via streaming Youtube TVRI diakses NUGres, Kamis (20/4/2023) malam.

Lebih lanjut, sebelum penyampaian pesan Pimpinan Komisi VIII DPR RI yang hadir dalam forum tersebut, Gus Yaqut demikian ia biasa disapa kembali menekankan dibutuhkan sikap toleransi dalam mendudukan perbedaan yang tengah terjadi. “Harus toleransi, kita harus saling menghargai, dan saling bertoleransi satu sama lain,” tutup Gus Yaqut.

Simak Juga:  LFNU Gresik Tidak Lihat Hilal, Sidang Isbat Kemenag RI Putuskan 1 Syawal 22 April 2023

Advertisment

Pada gilirannya, Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi menyampaikan pandangannya. Ia melihat bahwa sidang isbat ini adalah bagian dari penghormatan pemerintah terhadap umat Islam di Indonesia. “Oleh karena itu, keputusan sidang isbat ini tidak boleh dibawa kemana-mana termasuk dibawa ke ranah politik,” ujarnya.

Ditambahkannya, hasil sidang isbat ini justru harus dijadikan sebagai sarana untuk memperkokoh ukhuwah di kalangan umat islam. Oleh karena itu, ia meminta menghormati keputusan berbagai pihak dalam penentuan 1 syawal.

“Bagi yang menetapkan lebih awal dari keputusan pemerintah, diharapkan menghormati umat Islam yang masih menyempurnakan puasanya di hari terakhir,” katanya.

Atas nama ukhuwah islamiyah pula, sambung Ashabul Kahfi, perbedaan yang sudah sangat sering terjadi ini seperti ini dalam pandangannya tidak perlu diperdebatkan.

Sejauh ini para ulama belum bisa menyatukan argumen yang satu dengan yang lain. Karena itu, menurutnya pandangan-pandangan yang berbeda ini seharusnya memiliki kedudukan yang sama. “Sama-sama benar, sesuai dengan manhaj dan pendekatan yang dipakai,” tandasnya.

Simak Juga:  Catut Nama Lembaga, GP Ansor Gresik Angkat Bicara Soal Aksi Warga Bringkang Tolak Pendirian Gereja

Demikian pula, sambungnya, bagi mereka yang sudah berbuka, diharapkan tidak makan dan minum di sembarang tempat atau makan minum secara vulgar, sebagai bentuk penghormatan bagi masyarakat yang masih ingin menyempurnakan puasanya sampai di hari ketiga puluh.

Ashabul Kahfi akan menyayangkan, bila sampai terjadi perdebatan tersebut mengarah pada debat kusir yang tidak perlu. “Masing-masing pihak pasti punya argumentasi secara syar’i dan aqli untuk membenarkan pandangannya,” tandasnya.

Pada akhirnya, ia juga mengapresiasi Menteri Agama RI yang sedianya telah memberikan himbauan kepada Pemerintah daerah untuk tetap memberi ruang dan memfasilitasi umat islam yang akan melaksanakan salat ied lebih awal dari ketetapan pemerintah.

Sekedar diketahui, dalam pengamatan NUGres jelang Sidang Isbat Kemenag RI ini, memang jagat media sosial sempat menghangat. Pasalnya, kicauan akun Twitter dari para tokoh muslim berpengaruh di Indonesia saling mencuitkan pandangan masing-masing berkenaan dengan proses hingga perayaan Idulfitri 1444 H.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *