GRESIK | NUGres – Istilah nadzam belakangan menjadi perbincangan hangat. Tidak hanya bagi kalangan santri dan pesantren, melainkan meluas didengar, bahkan mulai didendangkan secara riang gembira oleh anak-anak kecil di pemukiman. Mereka sambil bermain menirukan konten lagi viral petikan Kitab Aqidatul Awam, Abdau bismillah.
Paling mutakhir nadzam semakin menggema saat bergulirnya Festival Tradisi Islam Nusantara (FTIN) yang dihadiri Presiden RI Joko Widodo, Senin (9/1/2023) di Banyuwangi. Ini semakin memperluas pengenalan santri dan pesantren sebagai salah satu titik pelestarian corak kebudayaan Islam di Indonesia.
Presiden Jokowi dibuat terpukau dan sangat menikmati dengan suguhan lalaran nadzam alfiyah diiringi musik oleh ratusan santri. Tradisi lalaran dengan tetabuhan memang jadi hiburan bagi para santri dipesantren.
Kenapa santri harus menghafal nadzam?
Tentu akan muncul pertanyaan, “Kenapa sih, santri itu perlu menghafalkan beribu bait nadzam?,”. NUGres pun coba melayani yang tengah penasaran, agar segera menemukan jawabannya.
Sekeping pandangan mengenai hafalan nadzam didapat dari Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI NU Gresik), Gus Mufis Salam. Ia memberikan tetanda bila menghafal merupakan sebuah jalan, atau salah satu metode transformasi keilmuan. Khususnya di pesantren.
“Al Ilmu bilhifdzi (Ilmu itu dengan menghafal),” kata Gus Salam secara singkat. Namun, ia tidak menjelaskan dan merinci, melainkan hanya memberikan kata kunci saja.
Hafalan Nadzam Bentuk Konsistensi Santri, Lalaran Metode Belajar Riang
Mengenai hafalan dari ribuan nadzam atau syair yang memuat gramatika Bahasa Arab, bagi Gus Ihsanul Kirom merupakan wujud konsistensi seorang santri dalam belajarnya.
“Nadzam Alfiyah karya Ibnu Malik misalnya, ada 1002 beit. Dikaji di pesantren rata-rata dalam setahun santri akan hafal 500 beit, dan akan tuntas di tahun berikutnya,” kata Gus Kirom, Kamis (12/1/2023).
Sehingga, imbuh dia, bukan perihal ribuan beitnya ini, melainkan lebih ke bagaimana keteraturan serta kesungguhan seorang santri dalam mempelajarinya.
Kemudian, bila ditanyakan sejauh mana manfaat hafalan dan lalaran nadzam Alfiyah bagi Santri di pesantren, Gus kirom lantas membagikan beberapa poinnya.
“Mulai dari memudahkan memahami gramatika (Bahasa Arab), lalu tambahan mufrodat (perbendaharaan kosakata) bisa dengan mudah teringat dan pastinya faham murod (bisa menguraikan dan memberikan argumentasi),” jlentreh lelaki yang juga Pengurus Anak Cabang Majelis Dzikir dan Sholawat (MDS) Rijalul Ansor Bungah Gresik ini.
Ditambahkannya, nadzam nantinya bakal dipahami menjadi suatu mainset bagi para santri yang sudah menjalaninya. Santri akan paham betul bahwa menghafal itu hiburan, bukan rintangan apalagi beban.
Lalaran sendiri jadi hiburan di dalam pondok usai menyetorkan hafalan beit kepada ustadz. Lalaran menggunakan alat musik seadanya serta dilakukan bersama-sama menurutnya akan menjadi kenangan indah tentang kebersamaan, kekompakan, yang begitu khas di pesantren.
Sekedar diketahui, Presiden Joko Widodo pun terpukau dengan lalaran Alfiyah Ibnu Malik yang ditampilkan 500 santri dari seluruh pelosok nusantara dari enam pondok pesantren di Banyuwangi pada gelaran FTIN.
FTIN menjadi serangkaian semarak menyambut Harlah 1 Abad NU yang pada puncaknya akan dihelat di Gelora Sidoarjo 7 Februari 2023 mendatang. Dalam berbagai kesempatan, Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf menyampaikan bila tak kurang dari 1 juta orang akan berkumpul di tempat tersebut. (Chidir)