BUNGAH | NUGres – Pertemuan keenam, Lailatul Kopdar MWC NU Bungah, Jum’at (31/03/2023) malam, semakin semarak. Pertemuan ini membahas mengenai Hadis ke 11 dan 12 dalam kitab Arbain Nawawi.
Kali ini, Sekretaris MWCNU Bungah, Ustaz Ahmad Sodiq menjadi pengisi kajian kedua hadis tersebut. Sebelum memulai, ia menyampaikan beberapa hal mengesankan mengenai kitab Arbain Nawawi. Di mana, kitab ini ditulis oleh Imam Nawawi Muharrir Madzhab Syafi’i.
Kemudian ia menceritakan secara gamblang urutan dan nama-nama kitab yang mu’tamad dan mu’tabar dari kitab-kitab imam Nawawi dan Rofi’i ke atas sampai kitab Al Umm.
Sehingga kita tahu bahwa, Imam Nawawi memiliki jalur muttashil dalam mentahrir ijtihad ulama sebelumnya sampai dengan kitab Al Umm yang ditulis oleh Imam Syafi’i. Meskipun selisih masa diantara keduanya adalah 400 tahun.
“Luar biasa, kita patut bersyukur dan bangga, karena malam ini kita belajar pada salah satu kitabnya imam Nawawi”, tuturnya
HADITS KE SEBELAS
Dari Abu Muhammad Al Hasan bin ‘Ali bin Abi Thalib, cucu kesayangan Rasululloah Shallallohu ‘Alaihi Wa sallam. Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib Radliyallohu ‘anhu adalah cucu dari rasululloh SAW dari jalur Perempuan, sehingga disebut سِبْط sedangkan cucu dari jalur laki-laki disebut حَفِيد.
Hadits ini sangat ringkas sekali namun bukan berarti ringkas juga penjelasanya, ia memiliki kandungan yang luas dan banyak pelajaran penting. Kandungan utama hadits tersebut adalah anjuran meninggalkan hal – hal yang syubhat, karena hal itu merupakan sesuatu yang meragukan. Karena apabila kita meninggalkan perkara yang syubhat, maka hati kita akan tenang.
Keraguan ini bukan hanya dalam bersikap tetapi dalam berbagai hal mulai dari Ibadah, makanan, hingga organisatoris.
Tentunya makanan yang kita konsumsi sehari hari adalah makanan yang tidak dari unsur syubhat atau makanan yang haram karena hal itu bisa berakibat tidak adanya ketenangan dalam hati kita. Begitupun sebagai seorang pemimpin di sebuah organisasi tentunya pernah mengalami keragu-raguan dalam mengambil keputusan.
Senada dengan hadits ini, dalam fiqih ada kaidah yang berbunyi Alyaqiinu Laa yuzaalu bisy syak yang artinya Keyakinan tidak bisa dikalahkan dengan keragu-raguan.
HADITS KEDUABELAS
Dari Abu Hurairah R.A., ia berkata, Rasulullah SAW. bersabda : “diantara tanda kesempurnaan Islam seseorang adalah ia meninggalkan hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya”. Abu Hurairaah dikenal selalu menggunakan waktunya untuk hal-hal yang bermanfaat dan menjauhi hal-hal yang sia- sia.
Hadits ini sangat pendek namun punya arti yang cukup luas. Bermanfaat yang di maksud adalah dari segi Agama dan Dunia, dengan kata lain kebaikan dunia dan kebahagiaan akhirat.
Sebagai manusia tentunya kita berhak untuk menggunakan waktu sesuai apa yang kita inginkan. Akan tetapi perlu kita sisihkan 4 waktu.
Pertama, waktu untuk munajat, mengerjakan ibadah-ibadah sunnah. Kedua, waktu untuk berfikir, berfikir disini bisa dengan berbagai macam versi menurut masing-masing individu, namun lebih dikhususkan berfikir tentang ciptaan Allah. Ketiga, waktu untuk diri sendiri (me time). Terakhir, waktu untuk menyepi, dengan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT (Taqorrub Ilallah).
Hadits ini tanpa kita sadari mengajarkan kepada kita bagaimana cara kita mengatur waktu (manajemen waktu), yakni hanya mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat, dan tidak melakukan hal-hal yang sia-sia. Akhir kata dari penjelasan ini “Tanda bahwa Allah berpaling dari seseorang adalah jika seseorang menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak bermanfaat.”.
Semoga Allah memudahkan kita meninggalkan syubhat/meragukan dan menjadikan kita orang yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain. Amin