BUNGAH | NUGres – Kajian kitab Arbain Nawawi kembali digelar pada malam kesebelas bulan Ramadan 1444 H. Pertemuan kali ini menghadirkan Ustaz Nailul Muna, (Ketua RMI MWCNU Bungah masa khidmat 2022 – 2027) sebagai pengampu tunggal kajian hadis-hadis Rasulullah SAW pada hari Rabu, (5/4/2023) di Kantor MWCNU Bungah.
Mengawali kajian tersebut, beliau memberikan apersepsi kepada jamaah Lailatul Kopdar agar berhati-hati dengan orang-orang yang seringkali menggaungkan narasi agar kita kembali ke Al-quran dan Hadis.
“Kalau ada orang yang baru belajar agama, kemudian sedikit-sedikit berfatwa, mengatakan kepada kalian agar kembali ke Al-quran dan Hadist, maka tinggalkanlah orang tersebut,” tegas Ustaz Nailul.
Hal itu disampaikan agar warga Nahdliyin lebih berhati-hati dalam menimba ilmu agama. Menurutnya, untuk mampu memahami Al-quran dan Hadis itu tidak bisa langsung, dengan cukup membacanya saja. Akan tetapi, perlu melewati berbagai peranti yang harus dipelajari. Mulai dari Nahwu, Shorof, Balaghoh, Mantiq, dan lain sebagainya.
Demikian itu dimaksudkan agar kita sebagai umat Islam mampu memahami Al-quran dan Hadis secara holistik, tidak secara parsial, sehingga tidak menimbulkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.
Kembali pada pembahasan materi yang dikaji pada malam hari ini, beliau menyajikan hadis nomor dua puluh satu yang artinya : “Dari Abu Amr -ada juga yang mengatakan- Abu ‘Amrah Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqofi r.a. dia berkata, saya berkata: “Wahai Rasulullah, katakan kepada saya tentang Islam, sebuah perkataan yang tidak saya tanyakan kepada seorang pun selainmu”, Beliau bersabda,“Katakanlah: Saya beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah (istiqomahlah)”.” (HR. Muslim).
Sebelum menjelaskan intisari hadis, beliau menceritakan kisah seorang sahabat bernama Bilal bin Rabbah. Salah seorang budak atau hamba sahaya yang memiliki keimanan yang sangat kuat kepada Allah SWT. Ketika menghadapi siksaan dari majikannya dan diperintah untuk meninggalkan agama Islam, Bilal bin Rabah dengan tegas berkata “Ahadun Ahad, Ahadun Ahad, Ahadun Ahad.”.
Hal ini tentu menunjukkan begitu kuatnya iman seorang Bilal bin Rabbah meskipun disiksa terus menerus dan dipaksa meninggalkan agama Islam, beliau tetap berpegang teguh menjaga kemurnian agamanya.
“Apabila kita berkaca pada sejarah fase awal munculnya Islam tersebut, maka kita bisa melihat fenomena letak kekuatan iman seseorang yang tidak bisa digoyahkan oleh apapun seperti kisahnya sahabat Bilal bin Rabbah,” imbuh Ustaz Nailul.
Secara implisit kemudian beliau menjelaskan bahwa Iman itu urusan bathin, sedangkan istiqomah itu urusan dhohir.
“Keimanan kepada Allah itu harus didahului dengan melakukan ketaatan kepada-Nya. Salah satu bentuk ketaatan yang dapat kita lakukan adalah dengan istiqomah melakukan hal-hal yang baik,” sambung Ustaz Nailul.
Di akhir penjelasan hadis ini, beliau memberikan resep atau cara kepada jamaah agar bisa istiqomah menjaga keimanan, diantaranya;
Pertama, harus menciptakan lingkungan yang baik, dengan berkumpul bersama orang-orang yang baik pula. Kedua, harus sering menghadiri majelis ilmu.
“Dua resep itu apabila bisa kita lakukan secara kontinu, insyaAllah kita akan dimudahkan oleh Allah untuk memiliki sikap istiqomah dalam hal baik, sehingga mampu meningkatkan keteguhan iman kita kepada Allah SWT,” pungkasnya.
Wallahu a’lam …