GRESIK | NUGres – Ratusan orang terdiri dari Pengurus Cabang NU Gresik, Lembaga NU dan Badan Otonom NU serta masyarakat umum turut mengiringi kepergian tokoh muda NU Gresik, Abdul Basith, Jumat (20/5/2022) sore.
Basith demikian ia kerap disapa, pergi menghadap Ilahi Robbi setelah melakukan perlawanan cukup lama melawan sakitnya, Liver.
Lelaki kelahiran tanah Osing, Banyuwangi itu tinggal bersama istrinya Datus asal Desa Sembungan Kidul, Kecamatan Dukun Gresik ini memang tidak asing. Dirinya dikenal luas para aktifis NU Gresik sebab pernah menjadi instruktur Pendidikan Kader Penggerak NU (PKPNU).
Belakangan pada penghujung tahun 2021, Basith bersama Tim LPBI (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim) NU Gresik, didelegasikan PCNU Gresik untuk turut membantu warga terdampak bencana alam Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru.
Bersama Tim Semeru PCNU Gresik, Basith mendedikasikan dirinya dalam misi kemanusiaan. Berbulan-bulan ia tinggal di sejumlah desa terdampak APG Semeru di Kecamatan Pronojiwo Lumajang.
Di sana, Basith turut serta membangun kembali fasilitas rumah ibadah dan pendidikan dari NU Gresik untuk masyarakat Lumajang. Dari dedikasinya ini, masyarakat warga Dusun Tumpak Nanas, Desa Sumber Urip, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang sangat akrab dengan Pak Basith.
“Iya tadi ada warga dari Lumajang ikut menshalatkan dan turut mengantarkan jenazah ke liang lahat,” kata penduduk setempat.
Sementara itu, salat jenazah ‘Pahlawan Semeru NU Gresik’ ini dilaksanakan di Masjid Faqihiyah setelah menjalankan Ibadah Shalat Ashar, desa setempat.
Istimewanya, Imam Salat Jenazah almarhum yang tercatat sebagai Pucuk Pimpinan Lembaga Wakaf dan Pertanahan (LWPNU PCNU Gresik 2021-2026) langsung dipimpin oleh Rais Syuriah PCNU Gresik, KH Mahfudz Ma’shum.
“Insyallah Pak Basith ini khusnul khatimah. Karena meninggal setelah melewati Bulan Ramadan. Saya mewakili keluarga PCNU Gresik mohon maaf apabila ada kesalahan baik sengaja atau pun tidak dari pak basith,”
Semula ambulan sudah bersedia di depan Masjid Faqihiyah untuk membawa Jenazah ke Pemakaman Umum. Namun kebanyakan jamaah meminta penghormatan terakhir dengan memikul jenazah ke pemakaman umum yang berjarak ± 3 kilometer. (Chidlir)