MANYAR | NUGres – Beberapa tahun sempat mandek lantaran pandemi, semarak haul KH Syafi’i ke 57 digelar kembali, pada Rabu (23/11/2022). Rangkaian haul Tokoh Desa Pongangan Kecamatan Manyar Gresik, dimeriahkan dengan kirab tumpeng raksasa, pasar jajan, hingga sholawat bersama Habib Muchsin Al-Hamid.
Hadir di tengah sukacita warga setempat, antara lain Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (Gus Yani) dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Gresik Ir Achmad Wasil Miftahul Rahman.
Gus Yani tampak larut membersamai ratusan warga berbagai usia di Desa Pongangan dan beberapa desa pun dusun sekitarnya. Pada kesempatan itu, Gus Yani menyampaikan rasa senang dan syukur atas terselenggaranya acara haul. Menurutnya, ada dua hal yang dapat dilakukan masyarakat saat memperingati haul tokoh desa ini.
“Yang pertama adalah mendoakan para pendahulu kita. Kedua, kita sebagai generasi saat ini juga harus berdoa untuk keberkahan kita bersama. Jadi, sering-seringlah ziarah, jangan hanya saat tumpengan saja.” tuturnya.
Gus Yani sapaan akrab Bupati Gresik juga mengatakan, generasi saat ini memiliki tugas dalam melanjutkan perjuangan para pendahulunya. Mulai dari bidang agama hingga menyediakan sandang pangan.
“Hari ini kita bisa bercocok tanam karena dulu para pendahulu dan sesepuh kita juga bercocok tanam. Maka hari ini kita harus menirunya agar generasi kedepan mendapatkan manfaatnya.” ujar Gus Yani.
Lebih lanjut, Gus Yani bersama rombongan juga menyempatkan diri untuk berziarah di makam KH Moh Syafi’i. Kendati dalam suasana kemeriahan dan semarak, Gus Yani juga mengajak ratusan warga yang hadir untuk mendoakan keselamatan para korban bencana gempa bumi Cianjur, Jawa Barat.
Dzikir Nggereng di Makam Kiai Syafi’i Pongangan
Seperti galibnya maqbaroh (makam) Waliyullah, adalah tempat yang penuh keberkahan. Terlebih dalam tradisi Nahdlatul Ulama, tata cara memanjatkan doa dengan berwasilah atau pemerantaraan do’a tersampaikan melalui pelibatan atau penyebutan nama orang salih, sosok mulia di sisi Allah SWT.
Amaliyah warga NU ini menjadi kekhasan tersendiri dalam memanjatkan doa kepada sang Khalik. Termasuk jamaah dzikir nggereng yang dibina oleh generasi penerus KH Syafi’i Pongangan, yakni KH Mujaddid cucu KH Syafi’i, dari seorang putranya, Kiai Mansur.
“Nggereng ini dimulai sejak Abah (Kiai Mujaddid bin Mansur) pulang dari Pesantren. Dilatari dengan kondisi saat itu banyak warga Pongangan yang masih minim pengetahuan tentang agama, bahkan beberapa tidak bisa sholat dan mengaji,” tutur Gus Muhammad Najib, cicit dari KH Syafi’i Pongangan, pada Kamis (24/11/2022).
Selain itu, kata Gus Najib, tidak hanya Dzikir Nggereng sebagai upaya membimbing warga desa setempat untuk bertafakkur dengan cara mengikuti keluarnya suara rendah dari sang Pembimbing. Melainkan sejumlah ilmu syariat lainnya juga diajarkan oleh KH Mujaddid.
“Semula kegiatan Dzikir Nggereng, Sholat dan Ngaji digelar di sebuah langgar kecil yang terletak di dalam lingkungan maqbaroh KH Syafi’i Pongangan. Namun seiring waktu, kini langgar itu tidak lagi dan jadi petilasan,” tutur Gus Najib.
Dalam suatu waktu, jamaaah Nggereng tidak hanya digelar di makam KH Syafi’i Pongangan, akan tetapi juga digelar di makam para Auliya diantaranya ke Makam Sunan Giri.
“Jamaah Nggereng juga bersama Abah berjalan kaki bersama menyusuri gunung suci hingga Gunung Giri,” tutup pria yang sehari-hari menjadi Pendidik di Universitas Qomaruddin Gresik ini. (HO/Chidir)