Kisah penuh hikmah menambah mahabbah pada dzurriyat Rasulullah ini dikutip dari sumber media onlie https://bangkitmedia.com/. Kisah nyata bermula tentang kegalauan putra sang wali Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsi atau yang dikenal masyarakat dengan Habib Ali Kwitang, Habib Muhammad Bin Ali Al-Habsi
Suatu ketika, Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid (akrab disapa Habib Tanggul Jember) memberi kabar kepada Habib Muhammad bin Ali Al-Habsyi (Kwitang) bahwa dirinya pada hari ahad besok akan hadir di Majlis Kwitang. Kabar tersebut sangat mendadak yaitu di hari Sabtu.
Sudah menjadi kebiasaan Habib Muhammad Al-Habsyi selalu menjamu tetamu yang datang berkunjung, teristimewa pada Habib Sholeh Tanggul. Waktu itu, Habib Muhammad sedang tidak memiliki persiapan apapun. Akhirnya Habib Muhammad berziarah ke makam ayahnya yang berada di samping Masjid Kwitang, untuk mengadukannya:
“Ya Walid, besok Ahad akan ada tamu yaitu Habib Sholeh dari Tanggul. Bagaimana ini ya Walid? Persediaan tidak ada. Tidak pegang fulus. Tolong bantu ya Walid biar Allah SWT mudahkan, untuk ikram duyuf (memuliakan tetamu) ya Walid,” adu Habib Muhammad di maqbarah ayahnya. Setelah itu Al Habib Muhammad pulang untuk istirahat tidur siang.
Setelah Habib Muhammad terbangun ada tamu yang sudah menunggunya. Tamu itu adalah murid dari ayahnya yang tinggal di Tanah Abang. Dengan sambutan yang khas, Al Habib Muhammad RA menerima sang tamu.
“Ahlan … apa kabarnya Pak Haji ?
Dari mana saja?
Tumben Sabtu ke sini, ada yang bisa saya bantu ?”
Tanya Habib Muhammad saat tahu tamunya adalah murid dari sang ayah.
“Maaf ya Habib, ganggu istirahatnya. Ini saya antar kambing dari rumah buat Habib,” jawab tamu tersebut.
Tercenganglah Habib Muhammad sejenak, dan langsung berkata,
“Ajiiib… Masya Allah ente tahu aja Ji.”
Sambil mengikat kambing di pekarangan tamu itu berkata;
“Ini yang suruh Abahnya Habib” Tadi saya lagi tidur, Habib Ali datang dalam mimpi saya sambil bilang begini, “Ji, itu kambing yang di belakang ente anterin ke anak saya Muhammad di Kwitang. Dia lagi perlu kambing buat menjamu Habib Sholeh dari Tanggul. Lekas ya Ji, kasian anak saya lagi bingung cari buat jamuan besok,” Dapat mimpi begitu saya langsung bangun Bib, langsung saja saya bawa ini kambing ke sini.”
Habib Muhammad seraya geleng kepala terkagum-kagum berkata, “Masya Allah… rekes sudah, Syukron ya Ji.”
Esoknya di hari Ahad (Minggu) pagi, Habib Muhammad memimpin pengajian rutin di Kwitang. Tamu yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Singkat cerita, setelah pengajian selesai Habib Muhammad mempersilakan Habib Sholeh untuk ke kamar yang sudah dipersiapkan. Segala bentuk makanan pun dikeluarkan, termasuk nasi kebuli spesial dengan lauk daging kambingnya.
Sebelum memakannya, Habib Sholeh bertanya kepada Habib Muhammad sambil memegang Laham (daging kambing yang sudah digoreng): “Ya Habib Muhammad, dari mana ini ? Aromanya sungguh menakjubkan tidak seperti biasanya.”
“Kemarin ada Pak Haji kirim ini kemari, ya Habib.” Jawab Habib Muhammad.
“Bukan! Ini hadiah dari ahlul barzakh, ya Habib Muhammad. Ayo bismillah kita makan.” kata Habib Sholeh.
Sambil tersenyum, Habib Muhammad mempersilakan para tamu termasuk Habib Sholeh untuk menikmati hidangan dan berkata, “Apa sih yang Habib Sholeh gak tahu. Jangan-jangan, malah sudah janjian dengan walid ali.”
Kisah ini diceritakan kembali oleh Habib Muhammad dalam perayaan Maulid di Kwitang. Para jama’ah takjub mendengar kisah ini, sekaligus tertawa ketakjuban atas karomah Habib Ali Kwitang dan Habib Sholeh Tanggul.
Editor : Ahmad Zain