GRESIK | NUGres – Siang tadi (8/3), NUGres adakan Kopdar NUtizen untuk kali pertamanya di Aula PCNU Gresik. Hadir dalam pertemuan itu para narasumber, Dr. H. Jazilul Fawaid (Wakil Ketua MPR RI), Drs. H. Mushaffa, M.H.I. (Ketua Lazisnu Gresik) dan Dr. H. Ahmad Jazuli (Ketua Maarif NU).
Para aktivis NU tua muda padati ruang pertemuan ikuti diskusi dengan tema ‘Membedah Visi Kemandirian NU’. Tema ini sengaja dipilih seiring semangat gerakan Koin (Kotak Infaq) Muktamar dan Gerakan S3 (Sedekah Segini Sewu).
Dalam kesempatan itu, wakil dari PCNU Gresik, Dr. H. Syifaul Qulub dalam sambutanya menyanyi baik forum-forum diskusi. Selain sebagai ajang silaturrahim, juga urun rembugnya dalam memperkuat jamiyah NU.
“Di era digital saat ini, ketika arus informasi dan komunikasi berlari demikian cepat, maka sudah seyogyanya NU Gresik memiliki kanal hilir-mudik arus tersebut. Dengan adanya NUGres, semoga bisa menjadi media terpercaya dan media rujukan, baik berupa berita atau kajian yang merepresentasikan fikrah nahdhiyah,” ungkapnya.
Giliran diskusi, Gus Jazililul Fawaid menyampaikan bahwa kemandirian itu bukan berarti tanpa hubungan dengan yang lain. Kalo itu namanya mengisolasi.
“Kemandirian adalah menjalin hubungan dengan pihak lain dengan profesional. Sehingga di sini dibutuhkan sinergitas. Rajutan potensi dan koneksi antar pihak. Apalagi jika mengingat bahwa kebaikan yang tidak terstrukur akan dikalahkan dengan kejahatan yang terstruktur (al-haq bila nidzamin yaghlibuhul batil bin nidzamin),” jelasnya.
H. Mushoffa Aziz menyampaikan pentingnya kesungguhan dan kebersamaan. Ketua Laziznu ini menceritakan dinamika gerakan infaq untuk jamiyah di Gresik.
“Gerakan jimpitan ini meski kecil tapi jika dikalikan jumlah nadhiyin di tingkat ranting atau wakil cabang maka akan menjadi besar. Sekarang telah banyak pengurus ranting yang memiliki ambulan, pengurus wakil cabang memiliki BMT yang asetnya mencapai milyaran rupiah dan mampu mensubsidi kegiatan NU,” ungkap pria asal Duduksampeyan ini.
Sementra itu, Jazuli menyampaikan pentingnya kekuatan dan loyalitas. Merujuk pada hasil Lembada Survey Indonesi (LSI) Danny JA tahun lalu, bahwa populasi nahdhiyyin mendekati 50 persen dari populasi muslim Indonesia.
“NU yang sedemikian banyak tersebut secara global masih lemah. Serta dibandingkan dengan yang lain militansi-loyalitasnya juga belum kuat. Padahal jika ingin mandiri dibutuhkan kekuatan dan loyalitas,” jelas pakar pendidikan Gresik ini.
Di akhir diskusi, Ketua DPRD Gresik, Fandi Ahmad Yani diberi waktu untuk menyampaikan gagasan. Yani mengamini gagasan-gagasan sebelumnya –yang dia sebut sebagai para senior- bahwa untuk mandiri dibutuhkan sinergitas, kebersamaan dan loyalitas.
“Sebagai pemegang populasi mayoritas, semestinya NU Gresik bisa lebih kuat dan hebat. Misalnya NU perlu membuat sekolah-sekolah bonafit-berkualitas di kawasan elit atau strategis. Ini jika dikerjakan bersama dengan sinergitas dan penuh loyalitas tidaklah sulit,” kata dewan ‘millenial’ ini.
Hasil jimpitan bisa dikelola secara professional dan hasilnya bisa digunakan untuk kemandirian. Sehingga ada pembelajaran ummat untuk tidak konsumtif tapi lebih kreatif. (Hasyim)