GRESIK | NUGres – Menjalankan rutinan tahunan pasca lebaran, GUSDURian dan GKJW Jemaat Gresik kompak menggelar kegiatan Kupatan dengan mengusung tema “Bersama Pemuda Merawat Tradisi dalam Kebhinekaan”, Jum’at (19/4/2024) kemarin.
Menggandeng pemuda dari berbagai organisasi, lembaga, komunitas, diantaranya yakni: PMII Gresik, Kipan Gresik, PC IPNU IPPNU Gresik, Formagam.
Kemudian dari Santri muda PPI Al Illiyin, Pattiro, Simpul Belajar GIRI, Komunitas Anak Gresik, Pansigres, BEM Gresik, dan Kartar Gresik.
Kupatan kali ini disambut meriah dan penuh semangat dari peserta yang hadir. Sedangkan di depan anak-anak muda, Pendeta GKJW Daniel menyampaikan tentang keberagaman dan pilar kebangsaan.
“Bangsa ini dibangun di atas keberagaman dan Pancasila merupakan pilar bangsa,” kata Pendeta Daniel.
Lebih lanjut, Pendeta Daniel juga mengatakan bahwa pemuda memiliki peran penting dalam merawat kebhinekaan.
“Pemuda bangsa inilah yang akan meneruskan dan merawat kebhinekaan di tengah-tengah bangsa,” tandasnya.
Pada gilirannya, Koordinator GUSDURian Gresik Choirul Anwar dalam sambutannya juga mengatakan bahwa tradisi kupatan tidak hanya milik agama Islam, tapi budaya Nusantara.
Ia menambahkan bahwa salah satu ajaran Islam yaitu saling mengenal.
“Tidak hanya mengenal bangsa tapi mengenal adat budaya juga karena disitu ada tanda-tanda kebesaran Tuhan,”ungkapnya menambahkan
Dari unsur Pemerintah daerah yang diwakili oleh Sekretaris Kecamatan Gresik Muntadhim menghimbau untuk menghargai kebhinekaan.
Ia menjelaskan karena nilai kebhinekaan, meskipun Indonesia terdiri dari berbagai pulau, ras bahkan agama mampu hidup saling menghormati dibanding dengan negara lain. Baginya, negara lain yang hanya satu pulau sering kali tidak dapat meredam konflik antar warganya.
“Dengan bahasa yang bermacam-macam kita tetap rukun-rukun saja, warisan nilai luhur kita” jelasnya.
“Kalau kita berbicara kerukunan kita tidak melihat perbedaan tapi persamaan. Persaudaraan sesama manusia,” tambahnya.
Mengulas pemaknaan Kupatan yang memang makanan tersebut ada sejak zaman masyarakat jawa kuno sebelum kerajaan-kerajaan Islam muncul di Jawa. Tradisi leluhur yang lekat sekali dengan jati diri sebagai bangsa di era globalisasi kian menggeser minat untuk memperlajari hal-hal demikian.
Melalui forum-forum seperti ini, para pemuda diajak untuk tidak meninggalkan tradisi-tradisi yang ada, seperti yang disampaikan oleh kedua narasumber, diantaranya Jauharin Ismhmatul Maula perwakilan Santri muda PP. Internasional Al Illiyin dan Bintang Darma Saputra perwakilan pemuda Penghayat Kepercayaan.
Kegiatan Kupatan juga semakin khidmat, ketika para pemuda perwakilan dari agama dan kepercayaan membacakan do’a dan harapan, diantaranya Fransisca (Katolik), Nanda (Hindu) dan Muhammad Chafidin Muslimin (Islam).
Menariknya, sebelum kegiatan berlangsung para peserta diajak untuk menikmati Kupat, terlihat penuh kegembiraan ketika para pemuda GKJW dan GUSDURian juga mengajak para peserta menutup kegiatan dengan menyanyikan lagu Nyanyian Perdamaian.
Penulis: Maslamatin Miladiyah
Editor: Chidir Amirullah