UJUNGPANGKAH | NUGres – Asap tebal menyembul, membumbung ke udara. Sejumlah manusia kocar-kocar. Pekik suara berdentuman dari rekaman audio soundsystem, sontak saja membangun suasana yang mengimajinasikan suasana perang di masa silam.
Demikian penampilan teater dari sejumlah siswa SMK Ihyaul Ulum (SMKIU) Dukun Gresik pada event Gosari Fest III, di destinasi Wisata Alam Gosari (Wagos), Desa Gosari Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik.
“Jadi itu tadi penampilan para siswa-siswi SMK Ihyaul Ulum yang sudah meminta dilatih mengisi acara untuk memperingati hari Pahlawan. Anak-anak berlatih sepulang sekolah jam selama seminggu,” terang Lukmanul Hakim, Ahad (5/11/2023).
Pendidik, penyair, penulis naskah drama yang kini sebagai Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia Nahdlatul Ulama (Lesbumi NU) Cabang Gresik masa khidmat 2021 – 2016, berbahagia atas totalitas pemeran teater dalam event tersebut.
Dikatakannya, naskah “laskar bersarung” merupakan karyanya pada tahun 2017. Laskar Bersarung ini sebagai bentuk alih wahana dari membaca sejarah perjuangan kiai dan santri dari pesisir utara. Sekaligus untuk menghargai dan mengenang resolusi jihad dan peristiwa 10 November.
Adapun pementasan Laskar Bersarung ini dibagi dalam tiga babak,.dengan tokoh Kiai Faqih, Sulaiman (Komandan PETA), Hasan (Santri kodam Kiai Faqih), Bung Tomo, Jendral Malaby, Komandan Smits, Pasukan Sekutu dan Pasukan bersarung. Jadinya, teater ini melibatkan banyak personil atau disebut sebagai Teater Kolosal.
“Ini (Laskar Bersarung) ditampilkan pada event Gosari Fest III, karena diapit dua peristiwa besar: hari santri dan hari pahlawan. Yang mana 11 November 2023 mendatang juga bakal dipentaskan di halaman SMK Ihyaul Ulum Dukun, selepas upacara bendera,” imbuh Rakai Lukman, sapaannya.
Menurutnya, teater pelajar sudah aktif dari dulu sampai hari ini. Yang perlu diperhatikan dan dibina adalah teater yang lahir dari lingkungan pesantren dan madrasah. Materi materi di pesantren perlu juga dialih wahanakan.
“Dulu sempat saya buat alih wahana bersumber dari literatur pesantren, diantaranya Bahtera Cahaya dipentaskan Teater Ilat IAI TABAH Paciran dan Teater Akeq STAI Qomaruddin dan Delima Separuh dipentaskan SMANUSA, SMANSA dan Teater Havara MA Assa’adah,” tukasnya.
Dari kegiatan ini, Rakai Lukman berharap agar teater pesantren dan madrasah terinspirasi untuk terus eksis, dan mengajak anak-anak berani tampil dengan dimensi penonton yang lebih beragam. Tidak hanya di depan para guru dan teman satu sekolah semata.
“Jika misalnya pesantren dan madrasah membutuhkan pendampingan, insya allah kami dari Lesbumi NU Cabang Gresik siap membantu mengembangkan minat bakat anak-anak dalam dunia seni peran/teater, dan berbagai kesenian lainnya,” pungkasnya.