GRESIK | NUGres – Tari Sufi memang bukan kesenian yang lahir dari hasil karya, cipta, dan karsa pegiat Seni di Kabupaten Gresik. Namun kesenian yang sarat dengan nilai spiritual ini dikenalkan oleh tokoh sufi Syekh Jalaluddin Rumi dari Anatolia Turki pada abad ke 13. Seiring berjalannya waktu, sampai juga di sebuah Pesantren di Kabupaten Gresik, Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik.
Penggiat Whirling Dervishes, yakni tari yang identik sebagai sarana bermeditasi dan dzikir ini mulai diminati sejumlah kalangan Santri. Khususunya para santri putra yang sedang menimba ilmu di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, Suci Gresik.
Saat ini, Tari Sufi secara perlahan menjadi ragam kegiatan tambahan bagi para Santri di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Suci, Manyar Gresik. Bukan diwajibkan, melainkan diperkenankan bagi sesiapa santri yang ingin menggelutinya.
Salah seorang santri yang terlibat menghadirkan Tari Sufi di Pesantren Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik itu bernama Anam Syarief At-Tabrizi. Melalui sebuah wawancara relatif singkat, NUGres mendapatkan kisah bagaimana awal mula hadirnya tarian sufi di Pesantren tersebut.
Berdirinya Tari Sufi di Mambaus Sholihin
Dikisahkan Syarif, memang dirinya yang mengenal Tari Sufi. Ia telah mempelajarinya sejak duduk di kelas 5 sekolah dasar. Kemudian, ia ingin membagikan apa yang ia ketahui itu kepada rekannya di pesantren.
Melalui berjalannya proses yang ia lakukan bersama rekannya, beberapa Santri Mambaus Sholihin mulai menaruh minat pada kesenian Tari Sufi ini.
Sementara mengenai berdirinya Tari Sufi di Mambaus Sholihin, Syarif menceritakan ihwalnya. Saat itu ia bersama sahabat karibnya yakni Ahmad, santri asal Tuban Jawa Timur, memiliki keinginan untuk mengenalkan Tari Sufi di Pondok Mambaus Sholihin Suci.
“Dan waktu itu kami minta izin kepada abah KH Budi Harjono selaku orang yang mengajari saya Tari Sufi. Beliau mengarahkan agar saya dan Ahmad sowan kepada Romo KH Masbuhin untuk memohon restu dan izin untuk mengenalkan Tari Sufi di Pondok Mambaus Sholihin Suci,” terangnya.
Saat itu, lanjut Syarif, insya allah tanggal 19 bulan April 2018, ia benar-benar bersyukur dan sangat bungah hatinya, pasalnya, sang Pengasuh Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Romo KH Masbuhin Faqih mengizinkan niatnya. Namun dengan syarat, Tari Sufi dalam berkegiatan tidak boleh mengganggu rutinitas pendidikan utama di pesantren. Juga tidak boleh memberi dampak kurang baik akhlak dan moral para santri.
Kendati demikian, meski sudah diberikan izin oleh Romo Kiai, mengenai respon di awal-awal munculnya Tari Sufi masih agak menggemparkan.
“Karena apa ya, mungkin agak asing dan mungkin sebagian ada yang belum mengetahui apa itu tarian sufi. Untuk itu, kami terus mengenalkan tarian sufi sambil terus memberikan penjelasan,” lanjut Syarif.
Pencapaian Monumental Tari Sufi Mengisi Event Istimewa
Syarif menyebut dua pencapaian yang tidak akan pernah ia lupakan bersama kru Tari Sufi Mambaus Sholihin Suci. Bahkan kesan itu akan terkenang sepanjang hidup sebagai pengalaman berharga.
“Pertama, ketika Tari Sufi mengisi acara Multaqo Tsanawi Internasional ke- 29 Hai’ah As-Shofwah Al-Malikiyah, sebuah pertemuan internasional Alumni Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi al Maliki di Pesantren kami,” katanya.
Syarif mengingat dawuh Romo Kiai Masbuhin kala menyaksikan Tari Sufi secara langsung di acara tersebut. Menurut Romo Kiai Masbuhin, ada malaikat yang berputar ketika Tari Sufi dilakukan.
“Saat itu, Romo Kiai Masbuhin ngendikan, “Tari sufi ini ketika berputar dikelilingi oleh para malaikat yang ikut berdzikir pada Allah”, dan alhamdulillah sampai sekarang terus berjalan sehingga bertambah tambah anggotanya kurang lebih 70 penari sufi,” kata Syarif.
Pasca mengisi pembukaan Multaqo Tsanawi Internasional ke- 29 Hai’ah As Shofwah, para Penggiat Tari Sufi tambah semangat untuk senantiasa bertahan dan memberikan kesempatan bagi santri yang ingin mempelajari teknik tari ini.
Sedangkan event lain yang tak kalah istimewa yaitu saat Tari Sufi Mambaus Sholihin diminta PCNU Gresik menyemarakkan Harlah 1 Abad NU di Sidoarjo. Delegasi Tari Sufi Mambaus Sholihin dipercaya oleh PCNU Gresik melalui LESBUMI NU Gresik untuk ikut serta memecahkan Rekor Muri Tari Sufi sepanjang 2 kilometer.
“Untuk proses mengisi Harlah 1 Abad NU waktu lalu, kita tetap melalui prosedural izin yang berlaku. Seperti melalui izin Pengasuh, Rois Aam pondok pesantren serta Pengurus keamanan. Alhamdulillah ketika saya sowan pengasuh waktu itu juga didampingi oleh Gus Lukman selaku Perwakilan dari Pengurus PCNU Gresik dari Lesbumi dan alhamdulillah dengan niat khidmat kepada Nadhlatul Ulama, walhasil persoalan perizinan dimudahkan semuanya hingga pemberangkatan serta pemulangan kita ke pondok pesantren,” terang Syarif.
Seluruh Penggiat Tari Sufi yang berangkat, kata Syarif, merasa bahagia dan bangga dapat berkhidmah dan turut menyemarakkan perhelatan 1 Abad Nahdlatul ulama’ di Gor Delta Sidoarjo. Hal lain yang lebih membanggakan dapat membawa nama Pondok Pesantrennya, Mambaus Sholihin.
“Ya secara teknis alat penunjang tari sufi yakni seperti Tenur (kostum Tarian sufi) itu saja mungkin dan tak lupa support dari seluruh pihak yang telah mendukung kami khususnya pengasuh pondok kami, dewan Gawagis dan pengurus pondok pesantren,” pungkas Syarif.