BUNGAH | NUGres – Pertemuan Lailatul Kopdar ke-8 kembali berlangsung pada Ahad 9 Maret 2025, diselenggarakan oleh MWCNU Bungah bersama elemen NU. Kegiatan yang berlangsung di Gedung MWCNU Bungah itu digelar di aula KH Hasyim Asy’ari.
Pada Lalilatul Kopdar pertemuan kedelapan ini melanjutkan kajian kitab Al-Misku Al-Faih karya Gus Nanal Ainal Fauzi. Kajian ini ditayangkan secara live streaming dan dapat disimak kembali di channel Youtube MWCNU Bungah.
oleh sahabat Hasan Mahfud. Kemudian dilanjutkan dengan acara inti, yakni ngaji kitab Al-Misku Al-Faih yang dalam kesempatannya dibacakan oleh qori’ Ustadz Hamdi Ahmadi Mushzabi, yang juga selaku Wakil Sekretaris MWCNU Bungah.
Sebelum menyajikan dan memberikan pemaknaan pada maqolah Hadratussyaikh KH Hasym Asy’ari, qori’ terlebih dulu mengajak semua yang hadir untuk mengirimkan fatihah yang ditujukan kepada Mbah Hasyim, serta semua yang berjuang di Nahdlatul Ulama, “Agar kita mendapat keberkahan dari beliau semua,” ajaknya sebelum mengawali pengajian.
Ustadz Hamdi demikian sapaannya, kemudian menjelaskan beberapa maqolah dari sang pendiri NU. Penjelasan pertama, ia menyampaikan tentang langkah-langkah dari Mbah Hasyim Untuk menegakkan agama Islam. Dalam hal ini tentang bagaimana Hadratussyaikh menenggakkan 4 madzhab. Atau bisa juga cara berorganisasi di NU.
Selanjutnya, ustadz Hamdi juga membeberkan sifat egois atau senang dirinya sendiri yang disebut dalam kitab Al Misku Al Faih diistilahkan Hadratussyaikh dengan sifat atau watak ananiyah. Sifat ananiyah ialah tabiat alami seorang manusia. Egois dalam dunia psikologi yaitu Narsistik Personality Disorder.
Ia pun mencontohkan hal sederhana yang mencirikan seseroang terjangkit dengan sifat Ananiyah. “Orang Ananiyah ini pendapate aneh. Anehnya (berbeda) dari pendapat umumnya masyarakat atau umumnya ulama,” ungkapnya.
Ustadz Hamdi menjelaskan sifat Ananiyah dengan contah yang mudah dijumpai di sekeliling kita. Ia juga menyampaikan dalam kitab tersebut kalau hampir tidak ada orang yang sama sekali tidak punya sifat Ananiyah.
“Wajar dalam kondisi tertentu, dalam prosentase tertentu, orang punya watak ananiyah itu wajar. Cuma tidak boleh dikasih makan terus. Watak seperti ini (ego) tidak boleh kita terus-teruskan menerus karena kalau ego dikasih makan terus menerus kita bisa menang sendiri akibatnya kita bisa tidak memiliki teman.
Ustadz Hamdi juga menyampaikan semua manusia adalah produk terbaik dari Allah Swt. Ia menjelaskan bahwa Allah juga menciptakan malaikat, setan, dan binatang. “Maka kalau sifat ananiyah kita kasih makan terus, atau ego kita kasih makan terus maka kita akan lebih dekat dengan sifat-sifat setan yaitu suka menjelek-jelekkan kalau tidak sesuai dengan kemauannya,” wedarnya.
Ustadz Hamdi juga menjelaskan watak ananiyah cenderung muncul di kalangan orang yang pintar atau berpengaruh. Orang yang memiliki keunggulan dibanding orang yang lain. Padahal, kalau ia sudah mampu, maka setidaknya dapat memberikan kesempatan buat orang lain.
“Jadi kalau dalam organisasi jika ego (sifat ananiyah) maka yang akan tampil orang itu melulu. Maka agar roda organisasi (regenerasi) maka perlu memberikan kesempatan bagi yang lain untuk belajar dan diarahkan jika masih terdapat kekurangan,” jelasnya.
Dalam penjelasan berikutnya, Ustadz Hamdi menyampaikan pesan Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dalam kitab Al Misku Al Faih, bila wajib bagi kita untuk berusaha mengikhlaskan amal hanya karena Allah Swt. Dan juga membersihkan niat karena Allah Swt.
Lebih lanjut, salah satu wujud ikhlas dan bersihnya niat dalam organisasi atau masyarakat itu adalah tidak melalu “harus saya”—”tidak harus keluarga saya”. Kalau ada kebaikan bisa dilakukan orang lain gakpapa, yang penting kebaikan itu berjalan.
Lailatul kopdar malam itu dihadiri para pengurus banom NU dari PR IPNU IPPNU Raci Wetan, Sidokumpul dan PAC IPNU IPPNU Bungah. PR GP Ansor Raciwetan, PR GP Ansor Raciwetan Sidokumpul dan PAC GP Ansor Bungah, PR Fatayat NU Kalitebon, Sidokumpul, PR Fatayat NU Raciwetan, PR Fatayat NU Raci Delanyar dan PAC Fatayat Bungah.
Di akhir, Sebelum acara ditutup dibuka sesi pertanyaan yang dijawab secara langsung dan kritis oleh Ustadz Hamdi Ahmadi Mushzabi lalu dilanjutkan dengan tadarus Al-Qur’an oleh para Banom NU yang berlangsung secara khusuk dan khidmat.
Penulis: Duratun Nafisah
Editor: Maghfur Munif